🍁 The Wounded Won't Heal

1.3K 320 84
                                    

Jevando tidak pernah merasa terkhianati separah ini sebelumnya. Bahkan mengetahui Ayumi adalah bagian dari orang yang mengkhianatinya itu lebih mengecewakan dari pada fakta tentang Maudy yang berselingkuh selama sebulan.

"Eh, Je?" sapaan Ayumi membuat Jevando mengangkat kepalanya. Ayumi baru selesai kelas hari itu dan ternyata di parkiran dia kebetulan bertemu dengan Jevando yang sedang duduk di atas motornya, "Tumben lo markir disini. Mau balik juga?"

"Nggak. Gue emang nungguin lo."

Ayumi mengerutkan kening, bingung, "Hm? Ada perlu apa sama gue?"

"Ciyee kak Yumi sama kak Vando nempel muluuu deh sekarang. Enaknyaa pacaran satu kampuss."

Tiba-tiba dari seberang jalan ada seorang gadis yang berseru demikian. Jevando mengenalnya sebagai anggota baru di Ruang Tanggap, waktu itu.

"Sky lu diem ya! Jangan menggiring opini seenak jidat!" balas Ayumi.

"Kak Yumi kalo lagi salting galak yeu."

"WOEY!"

Gadis bernama asli Langit itu langsung kabur setelah berhasil membuat Ayumi berteriak. Sementara Jevando yang biasanya tersenyum, kali ini tak bereaksi banyak atas itu.

Sekilas dia melirik pada Windy dan Sandi di belakang Ayumi. Jevando hanya sendirian di sini. Wajar, karena biasanya yang parkir di situ adalah anak jurusan Public Relation. Makanya Ayumi cukup aneh karena bisa bertemu dengan lelaki itu di parkiran jurusannya.

Tak ingin mengulur waktu lagi, Jevando lantas berdiri menyajari tingginya dengan Ayumi. Sang gadis hanya mengerjap sebagai respon tanpa asumsi apapun.

"Dari kapan lo tau kalau Maudy selingkuh sama Hasbi?"

Jantung Ayumi terasa berhenti sejenak karena pertanyaan to the point Jevando yang tertuju personal. Pupilnya melebar syok. Terlalu terkejut Ayumi jadi tak bisa membalas.

"Maudy mutusin gue kemarin, dia bilang alasan yang sebenernya. Kalau dia selingkuh sama Hasbi dan lo tau gilanya apa? Ternyata lo temennya Hasbi?"

"Je—"

"Lo udah tau tentang ini kan sebelumnya?"

"Iya, gue emang tau soal Maudy yang selingkuh sama Hasbi, tapi—"

"Fuck."

"Jevando, I'm sorry but can you please give me a chance to explain first?"

Percuma. Bagi Jevando itu semua sudah jelas. Dia sudah muak. Ketika semua yang dia percaya ternyata berbalik menusuknya dari belakang di waktu yang bersamaan.

"Pantes aja lo bilang jangan percaya sama orang 100 persen ya? Lo udah prediksi kalau gue bakal kecewa setelah tau ini kan," tawa sumbang Jevando menguar, menyakitkan, "I thought you're different, but turn out you're not. Jujur, lo bahkan nggak lebih baik dari Maudy."

Ayumi tertegun. Semua kosakata di kepalanya mendadak menghilang. Ayumi tahu Jevando sangat terluka sekarang, tapi ucapan yang terdengar berasal dari hatinya itu sejujurnya juga telah menyakiti Ayumi.

"Selamat. Lo sama temen-temen lo pasti bangga karena berhasil ngebegoin gue selama sebulan ini. Menyenangkan ya?"

Justru Windy yang tersulut mendengar itu. Dia baru hendak maju menginterupsi obrolan tapi Sandi bergegas menahannya, Sandi juga membekap mulut Windy. Membuat gadis itu memberontak kecil. Menurut Sandi ini bukan waktu yang tepat bagi mereka untuk ikut campur. Lebih baik mengamati situasi saja dulu.

Beruntung Jevando mengatur vokalnya tetap di nada normal. Jadi mereka tidak terlihat seperti sedang bertengkar di tengah umum atau mengundang tontonan gratis dari khalayak yang lewat.

[✔️] NeophyteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang