🍁 Life Lesson

1.3K 319 171
                                    

Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Pribahasa klise—tentang kebohongan yang bagaimana pun disimpan rapatnya, suatu saat pasti akan terkuak juga—faktanya memang sering terjadi di kehidupan nyata. Karma is real, they said. Dan kadang ada sesuatu yang mungkin lebih baik tidak kita ketahui.

Hari itu, Jevando sedang lunch biasa dengan Maudy. Di salah satu restoran langganan Maudy. Ditengah-tengah makan, Maudy ijin ke toilet. Ponselnya dia biarkan terletak di atas meja.

Pada saat itu lah tiba-tiba sebuah notifikasi pesan tergulir di layar si ponsel. Jevando tak sengaja membacanya. Satu pesan dari nomor kontak dengan foto profil seorang gadis, mungkin dia teman sejurusan Maudy.

Rara - FK
Gaskeun dy
Mingdep kan baru mulai intern jadi gpp puasin pacaran dulu deh lo skrg wkwk

Kening Jevando refleks mengernyit. Tak lama, ada pesan baru lagi yang muncul di notifikasi layar. Kali ini dari foto profil cowok yang sedang menghadap ke belakang.

Hasbi
Semangat ❤

Detik kemudian Maudy sudah kembali ke meja makan. Dia mengelap tangannya dengan tisu. Sedang Jevando hanya menatapnya dalam diam sejenak, sebelum lelaki itu memutuskan bertanya to the point.

"Kamu baru mau mulai intern minggu depan? Jadi yang kemaren bukan?"

"Ah, iya. Kemaren-kemaren itu baru probation. Tapi kok kamu tau?"

"Barusan ada chat di hape kamu terus aku—"

"Kamu ngapain?" tatapan Maudy berpindah ke ponselnya, lalu bergegas merogoh benda itu dalam jangkauannya, "kamu bukain pesan di hape aku tanpa ijin?"

"Aku gak buka pesannya. Cuma gak sengaja baca di lockscreen."

"Tetep aja. Astaga," Maudy memasang raut kesal, "bukannya dari awal kita udah setuju ya buat saling menghargai privasi masing-masing walaupun statusnya pacaran? Tapi kok kamu gini sih sekarang? Gak sopan banget. Minta maaf."

"Aku?" Jevando menunjuk dirinya sendiri, tak lama dia tertawa konyol, "dang, okay. I'm sorry. Tapi kamu juga kayaknya harus minta maaf kan, karena udah bohongin aku. Kamu bilang kemarin intern tapi ternyata belum mulai?"

"Kenapa malah mojokin aku? Kamu ngalihin fokus dari fakta kalau kamu baru aja meriksa chat aku tanpa ijin."

Jevando mulai merasa sesuatu di karsa terdalamnya memberontak. Kesabaran yang hampir mencapai ambang batas.

"Aku gak ngalihin pembicaraan, Maudy, kan aku udah minta maaf," lelaki itu mengepalkan tangannya. Bersusah payah tetap menjaga intonasinya berada di vokal normal, "dan lagi, aku baca pesan lainnya tadi. Ada chat dari cowok lain ke kamu pake emoticon love. Can you explain that?"

"He just my friend."

"Emoticon love?"

"Ya itu kebiasaan dia, aku harus gimana?!" suara Maudy lebih dulu meninggi, "kan gak mungkin aku maksa seseorang buat ngubah cara ngetiknya??"

Sepanjang menjalin hubungan bersama, ini adalah untuk pertama kalinya mereka bertengkar. Beberapa pasang mata pengunjung lain mulai melirik kepo pada keduanya. Maudy terkesan sangat frustasi menjelaskan. Seolah Jevando adalah tipikal laki-laki yang suka mencari perdebatan.

"Kamu kalau cemburu tuh gini ya? Apa aja di sensiin. Kayak cuma karena aku dapet chat love dari cowok lain loh. Padahal aku juga tau kamu sering chatting sama cewek-cewek yang bahkan aku sendiri gak tau isi chat kalian apaan."

[✔️] NeophyteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang