Jevando celigukan di lantai dua depan kelasnya. Dari sini dia bisa mengawasi kelas Ayumi yang kebetulan berada di lantai satu. Lelaki itu tahu mereka ada jadwal masuk yang sama dan seharusnya Jevando akan menemukan Ayumi tepat setelah kelasnya juga selesai.
Beruntung Ayumi betulan keluar tak lama kemudian. Dia sendirian karena Sandi dan Windy mengambil mata kuliah berbeda. Dan Ayumi tampaknya tak sadar jika Jevando sudah menunggu sedari tadi, jadi dia bermaksud langsung ke parkiran saja untuk pulang. Melihat itu, Jevando bergegas mengejarnya.
Namun, di tengah jalan tiba-tiba Hasbi muncul. Jevando refleks menghentikan langkahnya di ujung tangga, memperhatikan Hasbi yang kini dengan kasar menarik Ayumi ke belakang gedung fakultas.
"Sakit! Apaan sih, Bi?! Lepasin!"
Lelaki itu menghentakkan pegangannya di pergelangan tangan sang gadis. Meninggalkan bekas memerah karena terlampau kencang ditahan.
"Udah gue bilang jangan ikut campur, sialan. Gara-gara lo Maudy mutusin gua. Anjing emang lo!" maki Hasbi.
Ayumi jelas tak terima dengan tuduhan itu, "Kenapa jadi gue?! Lo yang anjing!"
Murka. Kali ini Hasbi beralih mencengkram kedua bahu Ayumi. Netranya menatap tajam, seolah hendak menerkam si gadis. Membuat keberanian Ayumi instan menguap. Hasbi terlihat benar-benar marah.
"Berhenti ngurusin hidup orang lain. Lihat apa yang udah lo lakuin. Semuanya jadi berantakan karena kesoktauan lo. Take a responsible now, bitch."
Ayumi mengepalkan tangannya. Cengkraman Hasbi terasa menyakitkan di pundaknya. Lelaki itu mendorong Ayumi dan memojokkannya ke dinding gedung dengan keras.
Di posisi itu Ayumi tak bisa membalas apapun. Lebih tepatnya jangan. Karena kalau Hasbi lebih terprovokasi, dia mungkin akan bertindak di luar nalar.
Tapi yang namanya amarah sudah di ubun-ubun, dari awal Hasbi memang berniat memberi Ayumi 'pelajaran yang setimpal'. Lelaki itu menaikkan sebelah tangannya.
"Benalu kayak lo harus gue bikin jera sih. Perusak hubungan orang."
Ayumi akan di tampar. Terlalu takut gadis itu sontak memejamkan matanya sembari meringis. Apapun yang terjadi ya terjadilah. Tak ada yang bisa dia perbuat, Ayumi seratus persen hanya bisa pasrah sekarang.
Sekon berikutnya, Ayumi merasa cengkraman Hasbi terlepas. Berganti dengan cahaya yang tadinya tertutupi lelaki itu, merangsek masuk ke iris sang gadis yang terpejam. Ayumi langsung membuka matanya lagi. Di sana, dia bisa melihat Hasbi baru saja di tonjok oleh seseorang.
Jevando melayangkan tinjuan lainnya ke pelipis Hasbi. Membuat lelaki itu mundur selangkah. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Umpatan Hasbi meluncur tanpa jeda.
"Sekali lagi lo nyentuh Ayumi, lo abis."
Mendengar itu Hasbi tentu saja semakin tersulut. Dia beranjak hendak membalas, tapi Jevando membaca gerakannya. Dengan sangat akurat, Jevando menangkis bogeman Hasbi dan lantas menyerang perut lelaki itu. Hasbi langsung ambruk sembari memegang perutnya.
"Gue serius. Maju lo," tantang Jevando.
Rahang Hasbi mengeras. Dengan kesal di pandanginya Jevando dan Ayumi secara bergantian lalu bergumam, "Bangsat."
Sebelum kemudian dia mengambil langkah mundur. Karena merasa tak bisa melawan Jevando, dia pun pergi tak lupa mengancam dulu tanpa konteks, "Awas ya lo berdua."
Setelah itu barulah Jevando membalikkan badannya. Menghampiri Ayumi yang kini sudah terduduk di lantai. Kedua tangan Ayumi menutupi wajahnya sendiri, terisak pelan.
"Ay, lo nggak apa-apa? Gue nggak telat kan? Dia belum ngapa-ngapain lo kan?"
Tapi Ayumi justru mengabaikan pertanyaan Jevando. Dia terus bergumam tanpa henti, "Maaf. Gue minta maaf. Semua gara-gara gue. Maaf..."
Jevando jadi semakin bersalah melihat itu. Dia lalu memegang pergelangan yang sudah memerah di kedua tangan Ayumi, dengan perlahan menurunkannya.
"Ayumi, gue yang minta maaf. Lo nggak salah," ujar Jevando lembut, "Harusnya gue berterimakasih sama lo. Windy udah ngasih tau yang sebenernya. Gue bener-bener minta maaf karena udah salah paham."
Ayumi menunduk, menghindari tatapan Jevando. Maka lelaki itu berpindah menangkup rahang sang gadis, memintanya kembali bertatapan. Masing-masing ibu jari Jevando mengusap air mata Ayumi, "Gue bersyukur bisa mengenal lo."
"Lo bilang lo nyesel?"
"Nyesel, karena udah sembarangan ngomong waktu itu. Gue bener-bener minta maaf..." Jevando memasang wajah sendu lalu melepas tangkupannya di rahang Ayumi, "gue bakal ngelakuin apa aja biar lo mau maafin gue."
"Apa aja?"
"Hm, apa aja. Jadi, lo mau gue ngapain?"
Ayumi tertawa pelan, "Udah lah. Lo nggak ngapa-ngapain juga udah gue maafin kok. Semua orang pasti pernah ngelakuin kesalahan dan karena lo udah minta maaf, ya itu udah cukup. Lagian tadi lo juga udah nolongin gue. Makasih ya."
"Gue yang lebih makasih, Ay," balas Jevando lalu tersenyum, "dan makasih lagi karena lo pernah suka sama gue."
Pupil Ayumi jadi melebar berkat itu, "Lo tau dari mana? Ah... Windy?"
"Iya, dia keceplosan. Tapi buat sekilas gue seneng pas tau itu. Gue juga suka sama lo. Ini pertama kalinya gue ngerasa lega punya perasaan suka ke orang lain. Walaupun nggak bersambut sih."
"Kenapa nggak bersambut?"
"Emangnya lo masih suka sama gue? Setelah gue nyakitin lo?"
Ayumi menipiskan bibirnya, "Gue pasti kedengeran bucin banget ngomong gini deh, tapi... perasaan suka tuh gak bisa ilang gitu aja tau. Gue masih suka sama lo, Je...."
Mereka bilang, laki-laki baik untuk perempuan yang baik. Jevando tak pernah merasa seberuntung ini. Lelaki itu tersenyum lebar. Memandang Ayumi penuh kasih sayang.
"I'll be good to you from now on. Thank you for giving me chance."
Ayumi mengangguk.
"Can I hug you?"
Sebagai respon atas pertanyaan Jevando. Ayumi balas merentangkan tangannya pula, "Come here."
Dan seiring dengan Jevando yang merengkuh Ayumi dalam pelukan eratnya, Jevando berjanji pada diri sendiri untuk tidak akan mengecewakan Ayumi lagi.
"Aku sayang kamu," bisik lelaki itu.
Si gadis pun membalas, "Aku juga sayang sama kamu."
sayang jevanyumi banyak banyak 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Neophyte
Fiksi PenggemarTidak sengaja terlibat sebagai objek sosial eksperimen beberapa kali, Ayumi jadi menyadari kalau Jevando itu orangnya baik. Written on: Feb 5, 2022 - June 13, 2022. ©RoxyRough