🍁 Heartbroken Scar

1.1K 309 135
                                    

update teros sebagai penebusan dosa karna udah ngeghosting kalian selama lebaran wkwk nggak sih, cuma lagi gabut aja hiyaa jangan lupa baca dua chapter sebelumnya juga yaa 🙏🏻










Ada yang aneh, mulai dari Maudy yang tumben-tumbenan mengajak Jevando coffee friday di Hoca sore ini. Maudy sudah mulai intern—bukan bohongan lagi—dan mengingat itu, Jevando sebagai yang paling memaklumi kesibukan gadisnya tahu, Maudy tidak selalu punya waktu bebas. Tapi anehnya hari ini dia mau melowongkan waktu agar mereka bisa berduaan. Jevando pikir ini adalah agenda kencan mereka seperti biasanya.

Sampai begitu dua cangkir latte sudah terhidang di atas meja berlanjut dengan kalimat selamat menikmati dari pelayan yang lalu dibalas ucapan terimakasih dari keduanya, Jevando bisa merasa ada yang salah di sini. Terutama dari sikap Maudy. 

Maudy terlihat berulang kali menggigit bibir bawahnya. Pasang netranya juga mengerjap gelisah. Seakan ada sesuatu yang sulit untuk ia sampaikan. Tapi lebih dari pada siapapun, Maudy tetap harus melakukannya sekarang.

Jadi tepat saat netra mereka bertemu, Maudy lebih dulu mengawali pembicaraan.

"Vando, sebenarnya aku ngajak kamu ketemuan karena ada yang mau aku bilang," dia menarik napas dan mengembuskannya dalam satu waktu sebelum melanjutkan final, "Aku mau kita putus."

Benar kan. Firasat buruk itu, ternyata benar. Pikiran Jevando mengawang. Antara enggan mempercayai indera pendengarannya dan beribu pertanyaan di belakang kepala tentang mengapa Maudy tiba-tiba ingin menyudahi hubungan mereka. Terlalu tiba-tiba.

"Becanda kan?" ulang Jevando. Netranya berpendar nanar, "Out of sudden? Why? Kita kan baru aja baikkan kemarin?"

"Actually I've cheated on you. I'm sorry."

"You... what?" Kali ini pupil Jevando melebar. Teramat syok, "enggak, enggak, kamu pasti lagi bercanda kan? Aku hampir percaya loh... Udahan dong."

"Vando, aku gak lagi bercanda..."

Maudy bukan tipikal yang senang bercanda, Jevando juga tahu. Itu artinya semua yang ia katakan sekarang adalah kenyataan.

"Dari kapan?"

"Sebulan ini..."

"Sebulan? Berarti pas kita annive kemarin kamu udah...." Lelaki itu refleks mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Omong kosong apa yang baru saja ia dengar kini, "Dan selama itu kamu terus bohongin aku?"

"Maaf..."

Jevando hampir kehilangan semua kata-katanya. Rasa kecewa meluap di tabung emosi itu. Ingatan Jevando memutar tentang perdebatan yang membuat mereka bertengkar tempo lalu juga kebohongan-kebohongan kecil Maudy yang sempat ketahuan olehnya. Semua menjadi masuk akal. Kekasihnya itu memang berselingkuh.

"Jadi chat yang waktu itu beneran dari selingkuhan kamu? Terus tanda di leher juga—damn. What the fuck I just heard now?! Shit, how could you..."

Maudy hanya menunduk. Membenarkan dalam diam. Membuat Jevando semakin frustasi atas kebenaran ini. Jujur, Maudy tidak pernah melihat Jevando mengumpat sebanyak itu. For real, he's really mad.

"Maaf, aku mutusin buat jujur karena aku nggak mau nyakitin kamu lebih lama lagi."

"Kamu udah nyakitin aku. Lama atau enggak, sama aja. Kalau emang kamu bosan harusnya kamu bilang dari awal. Bukan malah selingkuh kayak gini. Bahkan setelah semua yang udah aku lakuin buat kamu. Serius, kok bisa sih kamu tega?" 

Maudy masih mengalihkan pandangannya. Tak berani menatap Jevando, "Semua barang yang pernah kamu kasih ke aku, bakal aku balikin dan ganti. Jadi kamu bisa kirim nomor rekening—"

[✔️] NeophyteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang