8. Revealed

291 52 8
                                    

Vote dulu, follow kyoritess ya dan ig Kyo juga @aasrinok dan @wp.kyoritess
.
.
.

Sudah hampir dua minggu ini, Win di teror oleh kedatangan Bright yang terus-menerus mengganggunya. Win kesal? Tentu saja. Apakah Bright tidak ada kegiatan lain selain mengganggunya?

Seperti sekarang, Win baru saja tiba dan keluar dari mobil mewahnya. Tetapi ia sudah disuguhkan dengan wajah Bright dengan senyum yang menyebalkan, menurut Win. Dan setelah ini, Win tebak pasti ia akan segera mengklaimnya dengan kata-kata tidak masuk akal.

"Kavin, kau milikku. Apakah kau akan terus bersikap seperti ini kepada jodohmu yang sangat tampan ini?"

Nah kan, baru saja dibicarakan. Ia sudah mengeluarkan kalimat bodohnya, ingin sekali rasanya Win memukul dan mencakar wajah Bright, agar dia tidak terus menyebut dirinya itu tampan. Menurut Win, masih tampan juga dirinya dibanding Bright yang tidak ada apa-apanya itu.

"Kau!" Win menghela nafas sebentar sebelum kembali berujar.

"Apa kau tidak bosan terus menerus mengganggu ku dengan kalimat bodoh mu itu? Kau akan membuat orang lain salah paham nantinya."

"Untuk apa aku bosan mengganggu mu? Kau saja semakin hari semakin manis." sela Bright dengan cepat kemudian ia tersenyum kearah Win.

Sudah cukup! Win sudah tidak tahan, wajahnya sudah memerah sekarang. Bukan memerah karena malu, melainkan karena menahan emosinya akibat Bright yang terus bertingkah menyebalkan ini. Ingin sekali rasanya ia meninju wajah Bright agar ia tidak terus bertingkah seperti ini, Win sudah muak. Tetapi ia juga memikirkan masa depan Kavin nantinya, kalau ia dikeluarkan dari kampus ini bagaimana? Itu sebabnya Win menahan diri untuk tidak melakukan tindak kekerasan kepada anak pemilik universitas ini, Bright.

"Ah baiklah, sepertinya jodohku ini sedang tidak mood untuk bertemu denganku, kalau begitu aku pergi dulu, bye jodoh. Sampai jumpa lagi nanti, di altar pernikahan." ucap Bright.

Cup.

Mengambil kesempatan saat Win sedang lengah sepertinya menguntungkan sekali, lihatlah bahkan Bright dengan beraninya mencium pipi Win di kala banyak orang-orang berlalu lalang di universitas ini.

Win pun membelalakkan matanya kearah Bright yang sudah menjauh darinya dengan melambaikan tangan kearahnya, sial! Pipi Win memanas sekarang, bahkan telinganya pun memerah karena ulah Bright. Apakah ia sedang malu sekarang? Tentu saja, itu karena Bright menciumnya di tempat terbuka seperti ini.

"Sialan kau Bright!" umpat Win pelan menggertakkan giginya.

ʕ•ᴥ•ʔ

Win sekarang sedang menikmati waktu istirahatnya di kantin fakultas Kavin bersama dengan Prim dan juga Ren, untung saja Bright tidak ada disini, karena kalau ada dia pasti Ren dan juga Prim akan disuruh pindah tempat olehnya.

"Hai istriku, apakah kau sudah makan siang?"

Oh tidak! Sepertinya Bright ini mempunyai kemampuan untuk mendengarkan isi pikiran orang, bagaimana bisa ia tiba-tiba muncul didepan meja yang ia dan teman-temannya tempati setelah Win membicarakannya dalam hati tadi.

"Siapa yang kau bilang istrimu kak?" tanya Ren yang sepertinya sebentar lagi akan meledakkan tawanya.

"Tentu saja istri cupu dan manis ku, Kavin."

Uhuk.. uhuk.

Win tersedak makanan yang ia makan setelah mendengarkan kalimat Bright yang bodoh itu, lihatlah bahkan ia dengan tidak tahu malunya duduk disamping Win setelah tadi dengan seenaknya ia mengusir Prim yang sebelumnya duduk disamping Win.

"Kau! Hati-hati jika berbicara, itu akan membuat semua orang salah paham nantinya." ucap Win berbicara lirih kepada Bright.

Ren mengerutkan keningnya, "kau benar-benar berubah Kavin, aku suka jika kau banyak bicara seperti ini pada kak Bright." ucapnya.

Win langsung menundukkan kepalanya ketika mendengar Ren berbicara seperti itu, seperti yang biasa Kavin lakukan.

"Kak, kita pergi?" tanya Prim yang kemudian langsung diangguki oleh Win, kemudian keduanya beranjak dari duduknya dengan Win yang memberikan dua lembar uang kepada Prim untuk membayar makanan mereka berdua.

Sesampainya dikelas Win yang tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua, Prim langsung menarik Win ke sudut ruangan dengan posisi seperti Win yang sedang mengukung Prim agar tidak kemana-mana.

"Tuan, aku tidak suka melihat kakak yang tadi menggoda mu." ungkap Prim yang langsung mencium bibir Win.

Win memberontak, "jangan melewati batas mu Prim! Ingatlah batasan mu di sini. Kau tidak berhak untuk mengaturku. Dan ingat ini masih dikampus, dan siapa saja bisa masuk dan melihat kita nanti." ucap Win dingin dengan wajah datarnya.

"Tapi di kelas ini tidak ada siapa-siapa tuan, dan jam masuk kelas berikutnya masih setengah jam lagi. Jadi, bolehkah Prim mu ini menggoda mu terlebih dahulu sebelum masuk kelas berikutnya?" tanya Prim dengan menggigit bibir bawahnya agar Win tergoda.

Win merasakan sesuatu yang aneh dibawah sana, "Sial! Prim kau duluan yang memulai, jangan salahkan aku jika aku tidak bisa berhenti!" peringatnya tidak main-main.

Prim bukannya takut dengan peringatan itu, ia malah tersenyum menyeringai yang membuat Win seperti ditantang olehnya. Tanpa aba-aba apapun Win langsung menyatukan bibirnya dengan bibir Prim.

Mereka berciuman disudut kelas itu, dengan tangan Prim yang mengalung indah dileher Win dan Win yang memeluk erat Prim dan juga tengkuk Prim yang semakin ia tekan agar ciuman itu semakin dalam dan panas.

Entah bagaimana ceritanya posisi mereka kini sudah berganti dengan Prim yang membelakangi pintu dan Win yang menghadap pintu, setelah sebelumnya Win lah yang membelakangi pintu.

Kepala Win ia miringkan kekanan dan kekiri agar mempermudah mereka yang saling melumat bibir satu sama lain, mereka bahkan tidak sadar kalau ada orang didepan pintu yang melihat mereka yang sedang berciuman.

Setelah orang tadi pergi, tak lama muncul sosok Ren yang melihat mereka berciuman. Ren masih memperhatikan Kavin yang terlihat sangat mahir dan lihai dalam melakukan ciuman itu, sampai suara Ren yang dingin membuat mereka menghentikan aksi mereka.

"Sudah ku duga, ternyata kau memang bukan Kavin."

Win yang tadinya memejamkan mata karena terlalu menikmati ciuman itu pun kini membuka matanya terkejut ketika mendengar suara itu.

"R-ren?" lirih Win kali ini ia benar-benar tergagap dalam pengucapan bahasanya.

"Jadi dimana Kavin, sahabatku?" tanya Ren berjalan masuk kearah mereka.

"I-ini aku Kavin, sahabatmu." bohong Win lagi dan lagi, tetapi kali ini Ren tidak mempercayainya.

"Bohong! Kau bukan Kavin sahabatku. Kavin sahabatku tidak bisa atau bahkan tidak akan berciuman dengan mahir seperti tadi, Kavin sahabatku tidak mungkin kasar atau bahkan berani mengumpat kepada kak Bright, Kavin sahabatku tidak mungkin bisa mengendarai mobil mewah atau bahkan mobil biasa sekalipun, Kavin sahabatku tidak akan berkelahi dikampus atau bahkan di manapun karena dia tidak pandai bela diri atau berkelahi, Kavin sahabatku tidak akan berani mengangkat kepalanya jika ada orang yang mengatainya, dan satu lagi Kavin sahabatku tidak akan pernah meminum minuman yang ia benci." ungkap Ren panjang membandingkan Kavin dengan Win.

Win sangat tidak suka jika ada yang membanding-bandingkan dirinya dengan kembarannya, dia dan kembarannya sudah jelas sangat berbeda sekali. Mereka memang mirip bahkan hampir menyerupai satu sama lain, tetapi mereka adalah dua orang yang berbeda. Dan itu mutlak.

"Ya, kau memang benar aku bukanlah Kavin yang asli, aku adalah kembaran Kavin, yaitu Win, namaku Metawin." jujur Win mengakuinya karena ia muak mendengar Ren yang membandingkan dirinya dengan kembarannya sembari membuka kacamatanya.

ʕ•ᴥ•ʔ

-TBC-

FAKE NERD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang