part 12

4.6K 468 37
                                    

Happy reading
Jangan lupa komen yaa, aku suka baca+balasin komentar kalian












°°°

Kilas balik kisah Johnny.

Hujan di sore hari itu mempertemukan Johnny dengan sosok indah bernama Ten. Pria mungil yang sedang sibuk bekerja di cafe itu nampak mempesona dalam binarnya yang meredup.

Ada sesuatu dalam diri Ten, dan itu sukses menarik perhatian pria kelahiran Chicago itu. Kala itu Johnny masih pada masa-masa awal kuliah, ia menatap penuh damba pada sosok cantik Ten.

"Hai?" Sapa Johnny, Ten yang disapa tersenyum manis. "Hai juga, mau pesan apa?" Tanyanya ramah.

Sebelum menjawab, Johnny lebih dahulu bergerak mencari tempat duduk yang cukup nyaman, "mocktail, dan... Emm... almond croissant!" Ten mengacungkan jempol, "pilihan yang bagus!" Ia mengedipkan sebelah matanya.

Pria yang penuh energi positif itu mendekati kehidupan Johnny yang gelap. Johnny pikir hidupnya sudah lebih gelap dibanding seluruh orang yang ada didunia ini, nyatanya tidak.

Pria manis itu sedang menjalankan tugas berat yang tak bisa disebutkan, ada sesuatu yang menahan pria itu. Ada pedih yang tersimpan, dan Johnny ingin mengangkat beban itu.

Hanya satu momen yang Johnny ingat jelas, sama seperti awal pertemuan mereka di bawah hujan yang mengguyur, disore hari; pria bernama Ten itu menangis sembari menelungkupkan kepalanya di antara lipatan tangan.

"Satu-satu alasan gue ada dijalan ini, cuman satu, John. Adik gue, meskipun kita beda ibu, dia adik gue, yang malangnya harus menjalani hidup keras karena kesalahan ayah gue"

Satu hal yang Johnny tahu, adik Ten adalah kelemahan terbesar bagi pria itu.

Setelah berucap lepas demikian, esok hari ketika Johnny ingin ungkap rasa dan menjalani sesuatu yang lebih serius dibanding hidupnya, pria bernama Ten itu menghilang, pergi meninggalkan dirinya tanpa sepatah kata, membuatnya terus menerus terkubur dalam rindu.

°°°

Minhyung meniup ujung pistolnya, beruntung ia membawa pistol kesayangannya; Colt 1911, pistol yang selalu menjadi andalan Minhyung. Ia sedikit menyesal karena baru menyadari tentang keberadaan pistol dikantung celananya.

Seandainya ia tahu lebih awal, ia takkan perlu memecahkan kaca dan membuat bodyguard yang kini sudah tak bernyawa itu berhasil menakuti Haechan.

Ia berjongkok didekat bawah ranjang tidur. "Sayang?" Haechan masih bergeming, jelas pemuda itu syok.

"Ini aku" ucap Minhyung pelan, Haechan masih meringkuk dengan menutup mata dan wajahnya sekuat mungkin; mungkin berniat melindungi diri. Sebab sepintar apapun Haechan dalam bela diri jika dibandingkan dengan sebuah pistol, bela diri yang sudah ia pelajari pun takkan ada gunanya.

"Sayang? Dengarkan aku, oke? Sekarang tutup matamu sekuat mungkin, jangan buka mata. Aku bakal nuntun kamu keluar dari bawah ranjang, setelah itu kita pergi dari sini"

Dengan telaten Minhyung mengarahkan Haechan keluar dari tempat persembunyiannya. Kaki Minhyung tidak sengaja menginjak kaki mayat bodyguard, hal itu menyebabkan darah kembali merembes keluar.

Haechan berhasil keluar dari bawah ranjang, matanya terpejam kuat. Minhyung merasa lucu dengan keadaan Haechan saat ini, ia merentangkan tangannya dihadapan Haechan yang terpejam kuat dan ketakutan.

Kini Haechan sudah dalam dekapan Minhyung, "kamu takut?" Haechan sedikit terisak, kepalanya yang bersandar di bahu Minhyung bergerak untuk mengangguk.

Minhyung berkali-kali menepuk punggung Haechan untuk menenangkan, bahkan kini ia menggendong Haechan ala koala. Si yang lebih muda masih menyembunyikan wajahnya ditengkuk Minhyung.

NOXIOUS  (MARKHYUCK) END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang