part 38 (END)

3.9K 252 146
                                    

Happy reading
PS. Jangan kaget baca part ini ya :)
slight JiChen.








°°°

Ten years later



"Papiiiii!!!" Teriakan anak remaja berumur 10 tahun terdengar dari sebuah kamar.

Haechan segera melangkahkan kaki menaiki tangga, sedikit tergesa lalu membuka pintu kamar.

"Chenle?! Kenapa sayang?" Tanya Haechan panik.

Remaja itu melempar sebuah kertas yang sudah tak berbentuk kelantai, di atas kasur duduklah seorang lelaki remaja berumur 17 tahun.

"Aku gak sudi diantar sekolah sama dia!" Amuk Chenle seraya menunjuk remaja yang duduk santai didekatnya; Jisung.

"Papi sudah bilang kamu gak boleh begitu sama Jisung, dia lebih tua dari kamu loh, tapi apa ini? Kamu malah robek hasil ujian Jisung. Chenle... kalau papa tau, papa gak bakal senang dengarnya" Haechan berjongkok memungut kertas-kertas yang sudah dilempar Chenle, di bantu Jisung.

Chenle melipat tangan di depan dada, ia mendengus kesal. Papanya kan sangat menyayanginya, jadi... Gak mungkin kalau papanya marah pada dirinya, kan?

"Aku pokoknya gak mau diantar-jemput sama Jisung, Pi!" Chenle kembali menunjukkan ketidaksetujuannya.

Haechan berdiri lalu menaruh tangannya dipinggang, menatap Chenle dengan tegas, anak umur 10 tahun didepannya ini harus diberi ketegasan jika sudah susah diatur seperti ini.

"Kalau gitu tolak di depan papa, jangan ke papi!"

"Huh!" Chenle pergi dari kamar Jisung dengan menghentakkan kakinya, ngambek.

Haechan memijat pangkal hidung, "begini deh kelakuan Chenle kalau papanya ada kerjaan di luar negeri, pasti ada aja yang dia jadikan bahan untuk mogok makan." Keluhnya seraya menggeleng.

Meski terlihat kesal, Haechan sangat mencintai Chenle, bayi kecil yang dilahirkan di kota Shanghai ini banyak buat Haechan mengenang banyak hal; indahnya jari-jari mungil yang genggam telunjuknya, pipi yang kemerahan, suara tangis yang sering ganggu tidurnya.

Semua yang ada pada diri Chenle sangat ia cintai, begitu pula dengan Daddy dan Papanya.

Hanya saja sikap merajuknya itu sangat menurun dari Minhyung. Apapun yang ia mau jika tidak terwujud maka ia akan ngambek atau puncaknya mogok makan; hal yang paling Haechan benci.

Mark pulang kerja dengan membawa sekotak donat kesukaan Chenle dan sebuah buku tebal ditangan kirinya; sepertinya pesanan anak sulungnya.

"Mana Chenle?" Tanyanya pada Haechan setelah kecup pipi tembam sang terkasih.

"Ngambek, dia gak mau diantar-jemput Jisung" jelas Haechan seraya bantu Mark lepaskan jasnya.

"Yah, ini donat kesukaan dia loh... Kalau ngambek bakal lama lagi..." Mark mendesah kecewa, padahal ia ingin melihat anak manisnya itu makan donat kesukaannya dengan mata berbinar, pipi menggembung lucu, belum lagi krim yang belepotan.

Benar-benar lucu.

Jisung datang dari lantai atas, "thanks dad." Ucapnya menerima buku tebal yang disodorkan Mark.

Mark terkekeh, "Yo! son! Kamu sudah pintar, untuk apa terlalu banyak belajar?" Haechan mengangguk setuju dengan penuturan Mark.

"Ah— aku cuman ingin tahu lebih banyak hal-hal yang gak dijelasin disekolah, just curious."

Mark tepuk bahu anak kebanggaannya dua kali, "sekarang...bujuk adikmu dulu, okay? Daddy mau bantu papi siapkan makan malam. Bilang kalau dia gak mau diantar-jemput sama kamu, nanti daddy yang usahain antar."

NOXIOUS  (MARKHYUCK) END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang