part 24

3.1K 322 72
                                    

Happy reading.

°°°

Haechan terbangun karena pelukan di perutnya yang mengerat, ia sesak nafas.

Haechan menepuk pipi Mark beberapa kali, ini masih tengah malam, pria itu malah menganggu tidur Haechan dengan pelukan tidak manusiawinya.

"J-jangan pergi" bukannya melonggarkan pelukan, Mark malah mengigau.

"Mark!" Satu teriakan Haechan sadarkan Mark dari alam mimpi. Menariknya ke alam sadar dan buat pria kelahiran Kanada itu kerjapkan matanya pelan.

"Kenapa?" Tanyanya, suaranya memberat buat Haechan merinding seketika.

"Longgarkan pelukan mu" kesal Haechan.

Mark segera longgarkan pelukannya. Kemudian pria itu langsung kembali tertidur. Saat Haechan baru saja ingin kembali terlelap tiba-tiba saja Mark terisak tipis.

Haechan panik dan bingung.

"Hei! Kenapa sih?!" Mark ini sebenarnya sudah bangun atau masih dalam tidurnya?

Haechan teringat saat ia tidur di samping Minhyung, pria itu juga sama gelisahnya dengan Mark.

Tangan lentik Haechan terulur mengelus rambut Mark, air mata masih jatuh walaupun Mark pejamkan matanya erat.

Tangan pemuda itu terkepal kuat, keringat dingin basahi tubuhnya.

Namun, Haechan tak menyerah begitu saja. Suara indahnya mengalun indah nyanyikan melodi yang bisa buat Mark kembali tenang.

Kerutan itu perlahan hilang, bersama dengan kepalan tangan yang ngerat, namun kepalan itu semakin melonggar, dan perlahan nafasnya Mark pun teratur.

Haechan masih nyanyikan lagu kesukaannya sebelum tidur, setelah di rasa Mark sudah pulas, Haechan kembali selimuti dirinya dan Mark.

Batin Haechan merasa sakit, sebenarnya seberapa kelamnya kisah hidup yang telah mereka lalui? Batin Haechan.

°°°

"Ampun! Ayah!" Mark teriak kesakitan. Punggung telanjangnya di cambuk ayahnya menggunakan ikat pinggang.

Keadaan Minhyung juga tak jauh berbeda, kaki pemuda itu sudah di penuhi dengan darah karena kakeknya.

Kesalahan Minhyung adalah tidak bisa menggunakan sepeda di umurnya yang menginjak tahun ke-empat itu.

Sedang Mark, kesalahannya adalah bangun terlambat dan mengamuk saat dibangunkan.

Mark menangis keras, sedang Minhyung air mata yang basahi pipi sudah mengering sejak tadi.

Ia menatap ngeri punggung Mark yang di aliri darah.

Minhyung tatap sendu ayahnya yang masih layangkan cambukan pada punggung Mark.

Apakah orang tua di luar sana seperti orang tua mereka?

Apakah sebegini sakitnya dilahirkan di dunia?

Jika memang rasanya sesakit ini ia mending memilih tidak di lahirkan.

Air mata Minhyung kembali meleleh saat tatapannya bertabrakan dengan tatapan Mark.

Bibir kecil yang pucat itu bergetar mengatakan 'sakit' berkali-kali.

Seandainya Minhyung bisa gantikan kembarannya disana. Tapi, ia sendiri juga sama sakitnya.

Ruangan ini, ruangan yang di desain khusus untuk menghukum anak-anak keluarga Lee.

NOXIOUS  (MARKHYUCK) END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang