Setelah perjalanan panjang, kini mereka semua telah sampai di lokasi dimana mereka akan melakukan perkemahan Sabtu Minggu. Kini mereka semua tengah berkumpul bersama untuk menyiapkan kegiatan mereka selama dua hari ini. Namun, tidak untuk Aya, dirinya justru tengah berduduk santai di atas dahan pohon yang sudah ditebang.
"Ngapain di sini, kenapa nggak ikut kumpul?" tanya seseorang yang sudah duduk di sebelahnya.
"Lah, ngapain? Itukan acara kalian," saut Aya yang masih menatap pemandangan di sekitarnya.
"Daripada di sini sendirian," ujarnya.
"Yuk, ke sana. Biar saya kenalkan ke mereka," ajaknya.
"Nggak usah, malah ganggu kegiatan kalian. Udah sana ikut kumpul lagi aja."
"Kamu kalau ada apa-apa atau butuh sesuatu hubungin saya!" pintanya yang disetujui oleh Ayana.
Karena waktu yang semakin siang, ya artinya juga matahari bersinar semakin terik, akhirnya Aya pun memutuskan untuk bangkit dan menuju tempat dimana dirinya bertugas—tenda kesehatan.
***
"Dokter Aya, kenapa masih di sini? Yang lain ikutan api unggun, loh," tutur salah satu dosen wanita.
"Saya di sini aja, ibu dilanjut saja kegiatannya," balas Ayana.
"Ada apa? Ayo ikut saja, lagian kita juga tidak ada kegiatan. Hanya hiburan saja."
"Ibu duluan saja, nanti saya nyusul," ujar Aya dengan tersenyum simpul.
Akhirnya Ibu dosen yang masih cukup muda itu pun pergi meninggalkannya sendirian. Namun, tidak lama kemudian ia yang semula masih terduduk nyaman di tenda kesehatan itu kini sudah berpindah tempat di salah satu sisi api unggun.
"Baru kelihatan, kemana aja?" tanya seseorang yang mendudukkan dirinya di samping Aya.
"Nggak kemana-mana, di tenda aja," jawabnya dengan mata yang tertuju pada pertunjukan hiburan malam ini.
"Udah makan?" tanya sosok itu lagi.
"Udah, tadi dianterin makan sama Bu Devi," sautnya dengan mata yang masih terus memperlihatkan setiap gerakan dari pertunjukkan seni.
"Baguslah kalau udah makan."
Semakin malam udara semakin dingin. Namun, pementasan hiburan masih terus berlanjut, bahkan semakin malam semakin meriah. Semua terlihat bahagia, dan menikmati acara malam ini. Walau udara yang semakin dingin, dan tidak sedikit yang kedinginan. Acara pun terus berlanjut dengan meriah.
Aya yang memang tidak terlalu betah dengan udara dingin pun mulai menghangatkan tubuhnya dengan memeluk dirinya sendiri. Menyadari akan itu, sosok yang sedari tadi di sampingnya itu tiba-tiba saja melepaskan jaketnya dan memasangkannya pada tubuh dokter muda di sebelahnya.
"Loh, kamu nggak dingin?" tanya Aya saat melihat perlakuan lelaki itu.
"Saya lebih tahan dingin dibandingkan kamu," tuturnya manis yang hanya dibalas senyuman oleh Aya dan membenarnya posisi jaketnya.
"Kalau udah ngantuk tidur aja, nggak usah nunggu selesai," tutur lelaki yang tidak lain adalah Noel.
"Nggak, kok. Belum ngantuk."
"Nanti tidur di villa aja bareng dosen lainnya, jangan tidur di tenda kesehatan sendiri," pintanya.
"Nggak usah, saya di tenda kesehatan aja," tolaknya.
YOU ARE READING
We Don't Know
Teen FictionPerihal apa yang akan terjadi ke depannya, kita tidak tahu. Cukup ikuti saja alurnya, dan serahkan semuanya pada Yang Kuasa.