Setelah meninggalkan teman-temannya yang masih kebingungan, kini Aya yang masih setia ditemani oleh Noel pun telah sampai di tempat yang telah teman lamanya sebutkan.
"Zam, Ibu gimana?" tanya Aya setelah sampai di hadapan lelaki itu.
"Masih ditangani dokter."
Bersamaan dengan itu pintu IGD yang semula tertutup kini perlahan terbuka dan menampilkan sosok yang familiar bagi Ayana.
"Gimana keadaan Ibu Aya, Dok?"
"Itu Ibu kamu?" tanya dokter itu yang hanya di balas anggukan oleh Aya.
"Mau masuk?"
"Boleh?" Aya berbalik tanya.
"Boleh, dong. Yuk, sekalian saya jelasin keadaan Ibu kamu."
Akhirnya Aya pun memasuki ruangan IGD rumah sakit tempat dirinya bekerja tanpa menggunakan jas putih dokter. Cukup lama Aya berada divruang penanganan gawat darurat itu. Kini, Aya sudah kembali berada di depan ruangan itu dengan raut yang sudah lebih tenang.
"Ibu gimana?" tanya Alzam.
"Belum siuman, tapi udah dipasang alat-alat kok jadi aman," jawab Aya dengan senyum simpul.
"Makasih ya, Zam. Kalau lo nggak mampir nggak tau akan terjadi seperti apa pada Ibu."
"Sama-sama, Ay."
***
Sudah setengah jam setelah kepulangan kedua teman lelakinya, dan kini ibunda Ayana sudah dipindahkan ke ruang rawat inap yang bisa dibilang ruang rawat yang cukup bagus. Namun, sejak pemindahan itu sang ibu belum juga siuman sejak ditemukan pingsan oleh Alzam.
"Ibu kenapa katanya?" tanya Selina yang sudah menemani Aya di ruang rawat.
"PPOK." Selina yang menjabat sebagai dokter pun langsung mengangguk paham ketika Ayana menyebutkan nama penyakit Ibunda nya.
"Lo tau?" tanya Selina yang hanya disaut gelengan kepala.
"Ibu nggak pernah ngeluh apa-apa ke gue. Di depan gue juga Ibu selalu terlihat baik-baik saja. Gimana gue mau tau?" lirihnya dengan terus menatap ibundanya yang masih terkapar di atas brankar rumah sakit.
"Ibu orang yang kuat, gue yakin sebentar lagi Ibu pasti siuman," ucap Selina dengan mengusap pundak sahabatnya.
"Aamiin, semoga, ya."
Keduanya pun kembali bungkam. Bukan Selina tidak mau mengajaknya bicara, tetapi dirinya tau bahwa sahabatnya itu sedang tidak ingin berbicara banyak untuk saat ini.
"Sel, titip Ibu, ya. Gue pengen mandi dulu," tuturnya.
"Iya, mandi aja. Biar gue yang jagain Ibu."
"Bajunya ada? Kalau nggak gue suruh Eca buat sekalian bawain baju nanti kalau ke sini," lanjutnya.
"Masih ada, kok."
Menghabiskan waktu 30 menit di toilet rumah sakit membuat Ayana ketinggakan beberapa berita dari luar, salah satunya sang ibu yang kini sudah siuman.
"Loh, Ibu udah siuman?!" kaget Ayana saat baru saja keluar toilet.
"Iya, beberapa menit lalu," saut Selina.
"Ibu, kenapa nggak pernah bilang sama Aya?" lirihnya dengan menggenggam sebelah tangan Emma.
![](https://img.wattpad.com/cover/306734266-288-k225167.jpg)
YOU ARE READING
We Don't Know
Teen FictionPerihal apa yang akan terjadi ke depannya, kita tidak tahu. Cukup ikuti saja alurnya, dan serahkan semuanya pada Yang Kuasa.