Sesampainya di rumah, Aya pun bergegas membersihkan dirinya dan merebahkan badannya sekejap setelah hampir seharian di rumah sakit. Namun, baru saja badannya menempel pada sofa ruang tengah, terdengar suara ketukan pintu yang langsung membuatnya segera berlari ke kamarnya yang mengganti pakaiannya.
Setelah siap, akhirnya Aya kembali meninggalkan kamar tidurnya dan menuju pintu utama rumahnya.
"Cari siapa, ya?" tanya Aya kepada sosok lelaki yang kini membelakanginya setelah pintu terbuka.
Menyadari akan kehadiran tuan rumahnya, lelaki itupun segera membalikkan badannya dan menatap sosok yang menemuinya itu.
"Loh ..., kamu ngapain ke sini?" tanya Aya heran.
"Saya mau ketemu Ibu. Bu Emma nya ada?" tanya balik sosok itu.
"Ibu lagi nggak di rumah. Ada apa, ya?" tanya Aya lagi.
"Ada yang mau saya omongin sama Ibu. Kira-kira masih lama nggak pulangnya?"
"Malam baru pulang, sih. Kamu bisa titip pesan ke saya, kok, atau nggak besok bisa datang lagi," tutur Aya sopan.
"Kalau gitu saya titip ke kamu saja nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa, daripada harus nunggu sampai malam. Oh iya, silakan duduk," pinta Aya mempersilakan duduk pada kursi teras depan rumahnya.
"Ada apa?" tanya Aya lagi.
"Jadi begini, hari Sabtu itu saya ada acara, dan saya mau pakai catering Bu Emma buat acara itu, apa bisa?"
"Sabtu ini? Mau buat berapa?"
"Iya, Sabtu ini. Buat 75 aja, nggak banyak sih, tapi lumayanlah," ujar lelaki itu.
"Nanti saya coba tanyakan ke Ibu dulu ya, barang kali udah ada pesanan atau mau libur dulu," jawab Aya.
"Iya, nggak apa-apa. Ditanyakan dulu aja ke Ibu. Saya boleh minta nomor kamu biar gampang nanti menghubunginya?"
"Iya, boleh. Sebentar, ya," ucap Aya dengan bergegas pergi mengambil ponselnya yang masih tergeletak di atas meja ruang tenganya.
Saat ponselnya sudah berada di dalam genggamannya, Aya pun kembali menemui tamunya dan mendektekan angkat nomor ponselnya satu persatu hinggal selesai.
"Terima kasih, ya, maaf saya ganggu ke rumah. Habisnya saya ke warung hari ini tutup, jadinya saya datangin ke rumah aja biar pasti ada orang," tukasnya.
"Kamu kok bisa tau rumah saya disini?"
"Tadi sempat nanya tetangga warung kamu, terus dikasih tau katanya ke sini. Yaudah kalau begitu saya permisi, nanti saya hubungin lagi bagaimana selanjutnya, ya," tutur lelaki itu yang perlahan-lahan sudah tidak terlihat lagi dari padangan gadis mungil itu.
***
"Ibu nggak jualan lagi hari ini?" tanya Aya dengan mendudukan dirinya di kursi meja makan.
"Iya, bahan-bahannya habis. Ini mau belanja dulu," jawab ibundanya.
"Belum berangkat, Teh?" tanya gadis kecil yang baru saja bergabung dengan kedua wanita itu.
"Iya, hari ini masuk siang. Aish mau ikut Ibu ke pasar?" Aya berbalik tanya.
"Iya nemanin Ibu, sekalian jalan-jalan lihat sekitar."
YOU ARE READING
We Don't Know
Teen FictionPerihal apa yang akan terjadi ke depannya, kita tidak tahu. Cukup ikuti saja alurnya, dan serahkan semuanya pada Yang Kuasa.