Bagian 41

693 29 2
                                    

Happy membaca!

Sorry for typo!
.
.
.
.
.

"kenapa?"

Dara menoleh, melihat manik mata Vigo lalu tersenyum. "Ga,"

"kenapa?" Ulang Vigo, merasa tak puas dengan jawaban Dara.

"Kak, apa aku boleh egois?" Tanya Dara kemudian, membuat suasana menjadi serius.

Vigo mengangkat sebelah alisnya. "Maksud lo?"

Dara menatap kebawah, kearah pahanya, ia menyatukan kedua telapak tangannya di atas pahanya.

"Aku bakal pergi besok, dan mungkin gak bakal balik, pindah ke laur negeri, ikut sepupu," Dara berucap tanpa mengalihkan pandangannya kebawah.

Deg!

Perkataan Dara barusan mampu membuat jantung Vigo seakan berhenti berdetak, matanya langsung melihat Dara dengan penuh Kemarahan.

"Ngapain? Kenapa harus pergi?" Tanya Vigo yang mulai emosi.

"Aku harus pergi, banyak kenangan disini, tapi kenangan hanya untuk di kenang, sedangkan di sana masa depanku sudah menunggu, maaf,"

"Gak! Lo gak boleh pergi! Gue, gue gak bakal biarin lo pergi!" Bentak Vigo tak terima.

"Sayangnya aku bakal tetap sama, pergi dari sini," Dara menepuk pundak Vigo pelan seraya tersenyum hangat. "Gak semua orang bisa melakukan apapun sesuai ekspektasinya, gak semua orang harus bisa menggapai apa yang ia mau, maaf kalau aku egois," Dara bangkit dari duduknya, mulai melangkahkan kaki pergi dari sana.

Deg!

Tiba-tiba Vigo berlutut di kakinya Dara, langsung membuat langkah gadis itu terhenti.

"Gue mohon jangan pergi! Gue bakal lakuin apapun yang lo mau, tapi jangan pergi, please! Gue gak bisa tanpa lo Ra," mohon Vigo, ia bahkan sudah menangis.

Dara tersenyum, ia memegang kedua bahu Vigo membantu cowok itu berdiri. "Berdiri kak, jangan hidup di bayang masa lalu, ada masa depan yang sudah menanti, jangan biarkan masa depan menunggu,"

Vigo menggeleng cepat. "Gak! Lo gak boleh pergi! ADHARA FANAZA WILLIANSYA, LO ITU MILIK GUE! DAN SAMPAI KAPANPUN LO GAK BAKAL GUE BIARIN PERGI!"

"sayangnya, itu gak berlaku pada takdir kita," Dara melangkah, ia tak memperdulikan Vigo lagi.

Vigo yang melihat Dara pergi, berniat mengejar Dara, namun sayang teman-temannya malah menghalanginya.

"LEPAS! GUE MAU KEJAR DARA! DIA GAK BOLEH PERGI! GAK!" Vigo terus memberontak. "DARA! JANGAN PERGI LO! BALIK! ATAU GUE HUKUM LO!"

"ARGHH!" Varo berteriak histeris, membuat teman-temannya bingung sekaligus heran.

Ternyata hanya mimpi.

"Kenapa lo? Sakit? Atau gila?" Tanya Pandu.

"Dara mana? DARA MANA? Dia, gak pergi kan? Gak jadi pergi?" Tanya Vigo bertubi-tubi.

"Lo kenapa sih? Dara? Ya dirumahnya lah, lo kenapa sih?" -aneh pikir Arga.

'kenapa mimpinya kayak nyata?' batin Vigo.

---

Sejak kejadian Aldo nembak Dara di taman rumah sakit, sejak saat itu Dara sepertinya menghindar dari cowok itu.

Dan hari itu juga ia mendapatkan kabar baik kalau Omanya sudah sadar koma.

Seperti pagi ini sebelum berangkat ke sekolah Dara selalu menyempatkan diri menjenguk Omanya, gadis itu sedang menyuapi Oma dengan telaten.

Badboyfriend:Alvara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang