Bagian 12

1.6K 78 7
                                    

#bagian12

Disinilah Syasya dan kedua temannya Naura dan Aurel, berdiri di depan tiang bendera dengan hormat.

Terik matahari menyengat kulit mulus mereka, tak ayal keringat bercucuran di pelipis ketiganya.

Akibat kesiangan tadi, mereka harus menerima hukuman itu selama jam pelajaran pertama. Panas, haus dan lelah, itulah yang sekarang mereka rasakan.

"Ih, panas banget sih! Mana pegel juga kaki gue!" oceh Naura. Memang sedari tadi ia sibuk mengoceh inilah itulah.

"Iya Sya panas banget." Keluh Aurel pula, ia menendang-nendang kakinya ke udara berharap rasa penggal di kakinya hilang.

"Berisik lo pada! Lo kira kalian doang yang kepanasan!? Gue juga!!" ketus Syasya.

Ia sangat pusing dengan kedua temannya yang sangat cerewet ini. Sudah capek di hukum dan harus mendengarkan ocehan yang unfaedah dari kedua temannya ini.

Kadang ia berpikir, kenapa ia bisa berteman dengan dua manusia yang minim otaknya, bukannya menyelesaikan masalah, kedua temannya ini malah membuatnya gila.

"Lagian ni Sya, lo kenapa sih mau aja di hukum ama guru killer itu, lo bisa aja nolak secara ni ya bokap lo itu donatur tetap di sekolah ini, jadinya kita gak bakal cape-cape kayak gini," ucap Aurel kesal.

Memang benar apa yang di katakan Aurel, orang tuanya Syasya adalah salah satu donatur tetap di sekolah ini.

Bahkan setiap tahunnya orang tua Syasya mentransfer hampir 100 juta ke pihak sekolah untuk di sumbangan.

Ya, itu semua karena keluarga Syasya adalah salah satu sultan yang ada di Indonesia.

"Karena bokap gue nyuruh guru-guru disekolah ini agar gak nurutin kemauan gue, bokap bilang gue harus di samain sama murid-murid yang lain," jawab Syasya jujur.

Memang benar faktanya, kalau orang tuanya Syasya tak mau  kalau Syasya memanfaatkan kekuasaan itu untuk hal yang tidak-tidak.

Ia tak mau Syasya berbuat semena-mena di sekolah ini, ya walau pada intinya itu semua tak berlaku pada Syasya.

Dia akan tetap semena-mena kepada orang yang tak ia suka, contohnya Dara.

"Lo serius Sya!?" tanya Naura tak percaya, bahkan suaranya seperti memekik saking kagetnya.

"Serius lah, ya kali gue boong sama kalian,"

"Eh-eh, itu bukannya teman-temannya Dara? Ngapain mereka?" tanya Aurel saat tanpa sengaja dirinya melihat, Allia, Anya dan Tasya.

Syasya dan Naura langsung melihat arah tunjuk Aurel, benar saja di sana ketiga temannya Dara sedang berjalan di pinggir lapangan.

Mereka seperti sedang buru-buru, dan mereka berjalan menuju parkiran sekolah. Bisa di lihat wajah cemas mereka yang sangat tampak terutama dari raut wajahnya Allia.

"Daranya kok gak ada?" tanya Naura.

Saat mereka bertiga lewat, Syasya dan kedua temannya tak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Eh, lo udah tau alamat rumah sakitnya?" tanya Allia, yang tanpa sengaja Syasya dan keuda temannya dengar.

"What? Rumah sakit? Siapa yang sakit?" tanya Naura kaget.

"Paling juga Dara," jawab Aurel santai dan tersenyum devil, membuat Syasya ikut tersenyum.

'mati, aja sekalian!' batin Syasya.

"Gue udah tau, alamatnya, tadi udah di share lock sama kak Dava," jawab Tasya.

"Hah!? Dava? Dia ada disana? Apa jangan-jangan Vigo...fiks, Vigo ada disana juga," ucap Aurel menerka.

Badboyfriend:Alvara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang