: : D E T A K : :
.
.
.HAPPY READING, LUVV
SIANG ini lapangan utama dipenuhi oleh siswa-siswi, bukan karena ada acara penting, tapi suatu kejadian yang membuat keramaian itu terjadi.
Ada Naka disana bersama Hadif yang sedang beradu otot. Sontak tak jarang yang terkejut mendengar tentang kabar perkelahian itu. Naka bukanlah siswa yang memiliki catatan buruk apalagi sampai terlibat pertengkaran seperti ini.
"CEWE LO EMANG CEWE MURAHAN!" jerit Hadif lalu kembali melayangkan bogeman mentah pada pipi tirus Naka.
"TUTUP MULUT KAMU, HADIF!" Emosi Naka memuncak mendengar hinaan yang dilontarkan untuk gadisnya, Anara.
Tak ada yang berani membubarkan mereka. Janar selaku kembaran Naka pun tak terlihat batang hidungnya.
Anara hanya bisa menjerit panik sembari berusaha menghentikan pertengkaran itu. Sungguh ia tak tega hati melihat wajah Naka yang sudah dihiasi banyak luka.
"Naka, udah! Aku ngga papa." Anara masih terus berusaha memisahkan mereka walau kemungkinan akan berhentinya sangat sedikit.
Prittt
Suara pluit yang sudah sangat dihapal para siswa dan siswi pun terdengar. Ada Pak Janu selaku guru bimbingan konseling yang dikenal killer.
"BERHENTI! KALIAN BERDUA IKUT BAPAK."
. . . . .
Plak
"Saya baru aja tiba di Indonesia, Naka. Kamu ngga tau saya capek?" tanya Jefri dengan intonasi cukup tinggi yang diperuntukkan bagi remaja laki-laki dihadapannya.
"Maaf, Ayah. Tapi mereka udah keterlaluan," jawab Naka yang masih setia menundukkan kepalanya.
Tak jauh dari mereka berada, ada Anara yang bersembunyi dibalik pilar sesuai perintah kekasihnya, Naka.
Jefri baru saja tiba di Indonesia tadi pagi. Namun, telepon dari pihak sekolah kedua anak kembarnya membuat ia menunda istirahat nya. Sebenarnya dia enggan untuk datang, tetapi ia takut di cap sebagai orang tua yang tak bertanggung jawab dengan tidak menghadiri panggilan tersebut.
Tangan Jefri hendak melayang kembali sebelum teriakan lantang menghentikan kegiatannya.
"BERHENTI TUAN JEFRI!" Ada Janar disana dengan kilatan marah nya.
Dua pasang mata disana beralih menatap kedatangan Janar.
"Janar?" cicit Naka.
"Jangan merasa ayah yang paling punya peran disini," ujar Janar dengan intonasi datar namun mampu membuat atmosfer sekitar menjadi mencekam.
"Bicara apa kamu, Janar?"
"Berhenti menghakimi Naka tanpa ayah tau kejadian sebenarnya."
"Tapi Naka memang salah!" balas Jefri dengan lantang.
"Apa yang ayah tau?" ujar Janar seolah menantang.
"Janar, udah. Aku yang salah." Naka mencoba menghentikan Janar yang masih bersitegang dengan Jefri.
Janar tak menggubrisnya sama sekali. Ia masih menatap lekat Jefri tanpa takut sedikitpun.
"Ayah bahkan ngga pernah tau tentang kami. Jadi, jangan pernah datang lalu seolah ayah yang paling punya peran."
Jefri tertegun mendengar ucapan anak sulungnya itu.
"Ayah perduli sama kalian berdua. Ayah ngga mau Naka membuat onar kaya tadi."
"Perduli sama kita? Ngga, Yah. Ayah ngga pernah perduli ke Naka," saut Janar cepat.
Rasanya dunia ini tak adil untuk saudara kembarnya, Naka. Ia sama sekali tak senang melihat orang-orang hanya berpihak pada dirinya tanpa melihat daksa Naka yang sebenarnya juga butuh pengakuan.
"KALO AYAH PERDULI, AYAH JUGA HARUS HADIR DI PEMBAGIAN RAPOT NAKA, BUKAN HANYA JANAR. KALO AYAH PERDULI, AYAH HARUS MAU BAWA NAKA TINGGAL BARENG AYAH BUKAN CUMA JANAR!" teriak lantang Janar.
Naka sekuat tenaga menahan air matanya. Rasanya sakit mengingat perlakuan orang tua yang berbeda antara dirinya dan juga Janar. Ayah mana mau repot menghadiri pembagian rapotnya. Ibu juga mana mau sedia untuk membawakan bekal yang sama seperti bekal Janar untuknya.
"Janar, satu hal yang harus kamu tau. Saya dan ibu kalian tidak pernah mengharapkan kehadiran Naka."
Deg
Rasanya seperti ada bogeman tak kasat mata yang menghantam relung Naka. Tak ada yang berpihak padanya. Bahkan Nenek dan Kakek yang dulu selalu membelanya pun sekarang berada di pihak Janar setelah remaja laki-laki itu berhasil menyeimbangkan nilai akademik nya.
"Ayah, maaf. Naka pikir, dengan Naka yang selalu berusaha mendapat nilai tertinggi diantara yang lain udah cukup buat Ayah bangga dengan kehadiran Naka." Naka akhirnya mengangkat suara.
Keadaan justru berbalik. Janar malah bergeming ditempatnya. Ia juga merasakan sakit yang Naka rasa.
"Kamu anak yang menyusahkan, Naka." Jefri pergi dari sana dengan meninggalkan luka yang berjanji tetap tinggal dihati kedua anaknya.
: : To Be Continue : :
-panggil Nda, jangan author. wandaafauziahh
Jangan lupa pantengin WATTPAD.NDAA di Instagram untuk info-info lainnya.
OIYA JANGAN LUPA PANTENGIN UNTUK AZKA YAA, DIKIT LAGI TERBIT DI PAM PUBLISHING
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK [TAMAT✓]
FanfictionTentang 2 Arnawama yang berusaha saling utuh di kehidupan yang sebenarnya sudah terlanjur rapuh. Tentang cara si sulung-Janardana, untuk menunjukkan kasih sayangnya pada Nakala, saudara kembarnya. "Naka, jangan pernah merasa sepi. Detak ku selalu ad...