Origami Kuning

168 25 2
                                    

: : D E T A K : :

.
.
.

HAPPY READING, LUVV

NAKA menghampiri Janar yang sedang bersantai di depan televisi dengan setoples cookies dipelukan nya.

"Janar," panggil Naka. Janar hanya meliriknya sekilas sebelum memusatkan kembali atensinya ke televisi.

"Aku mau nembak cewe," lanjut Naka membuat Janar cepat-cepat melotot.

Janar menetralisir ekspresi terkejut nya sebelum kembali bertanya.

"Siapa?" tanya Janar ragu-ragu walaupun sebenarnya ia tau jawabannya.

"Anara."

Janar hanya mengangguk sekilas. Ini pertama kalinya Naka bercerita tentang percintaan nya kepada Janar.

"Aku harus apa?"

"Dia suka apa?"

"Warna kuning."

Janar kembali mengangguk-anggukan kepalanya sebelum ia menyodorkan ponsel nya.

"Buket bunga dari origami?"

"Iya."

"Aku ngga bisa buatnya." Naka menunduk lesu.

"Gue bisa. Ayo gue ajarin."

. . . . .

Saudara kembar itu berakhir di Gramedia untuk mencari bahan-baham yang mereka butuhkan. Jika orang lain mungkin memilih beli jadi, namun Janar dan Naka tidak.

Janar bilang, kebanyakan perempuan lebih menyukai barang-barang yang dibaliknya ada perjuangan lebih. Membuat mereka bisa berfikir bagaimana usaha laki-laki itu untuk menyayangi nya.

"Apalagi yang dibutuhin?" tanya Naka.

Janar memperhatikan bahan-bahan yang mereka beli.

"Wrapping paper," jawab nya.

Naka langsung mencari bahan yang Janar maksud. Ia meninggalkan Janar yang hanya menunggu di dekat rak buku.

"Janar?" panggil seseorang mengalihkan atensi Janar.

"Lagi ngapain disini?" tanya Anara lagi.

"Ya liat aja gue lagi apa." Anara hanya menghela nafas sembari tersenyum tipis mendengar jawaban ketus Janar.

"Brownies yang aku bikin udah kamu makan? Enak ngga?" tanya nya lagi.

"Ngga tau. Gue buang." Janar berbohong, Anara.

Janar melirik sekilas ekspresi Anara. Gadis itu tampak menampilkan wajah sendu nya. Janar langsung membuang mukanya. Bahkan ia tak tega melihat raut sedih gadis itu.

"Masakan lu selalu enak, Anara," batin Janar.

"Ya udah aku pergi duluan ya. Sampai jumpa, Janar."

Anara pamit dari hadapannya. Tak lama kemudian Naka kembali.

"Udah?" tanya Janar.

"Udah. Tadi kamu ngomong sama siapa? Aku perhatiin kamu kaya lagi ngomong sama orang."

"Bukan siapa-siapa. Ayo bayar."

Anara, maaf atas semua penolakan Janar. Bukan bermaksud menyakiti, namun ada alasan yang membuat nya seperti ini.

. . . . .

"Bukan begitu, bodoh!" omel Janar yang sekian kalinya. Sudah terhitung setengah jam mengajari Naka, tampaknya laki-laki itu belum paham juga.

"Diapain? aku engga tau!" sungut Naka dengan wajah sebal.

"Di lem dulu baru di tempel." Janar kembali mencotohkan cara membuat bunga dari kertas origami itu.

Sekarang ruang tamu sudah di penuhi dengan ceceran bahan kerajinan yang di dominasi warna kuning. Hampir dua jam membuat mau bersama, sebuket bunga buatan itu sudah jadi dengan tujuh tangkai bunga didalamnya.

"Dia suka ngga ya, Janar?"

"Pasti."

Tuhan, semoga kali ini takdir baik berpihak pada Naka.

: : To Be Continue : :

Maaf karena ini bener-bener telat update huhu, ada urusan hehe.

-panggil Nda, jangan author. wandaafauziahh

Jangan lupa pantengin WATTPAD.NDAA di Instagram untuk info-info lainnya.

DETAK [TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang