Kesedihan Naka

207 21 0
                                    

: : D E T A K : :

.
.
.

HAPPY READING, LUVV

INI sudah ketiga kalinya Janar mengetuk pintu kamar Naka, namun tampaknya remaja laki-laki itu tak mau menunjukkan batang hidung nya.

Janar sungguh khawatir dengan keadaan saudara kembarnya di dalam. Dari kemarin sore hingga pagi ini Naka belum mau menemuinya. Bahkan untuk turun sarapan ataupun makan malam saja tidak mau.

"Naka, ayolah keluar. Lu harus minum obat," bujuknya.

Kejadian kemarin cukup berefek pada Naka. Bukan nya berlebihan, namun rasanya sakit sungguhan. Ini pertama kali nya Naka merasakan cinta pertamanya.

Janar menghela nafas kasar.

"NAKA! CEPET KELUAR!" Sabar Janar sudah habis ternyata.

"NAKA! PIKIRIN KEADAAN LU. LU BISA MATI KALO BEGINI."

Tetap tak ada suara yang membalas nya.

"BISA NGGA SIH LU NGGA NGEREPOTIN GUE TERUS? GUE CAPEK, NAKA!"

Brak

Kalimat terakhir yang Janar lontarkan, mampu membuat Naka menunjukan batang hidung nya. Wajah nya memerah. Tampak mata panda di bawah mata nya. Tampaknya ia terjaga semalam.

"IYA! AKU EMANG SELALU NGEREPOTIN KAMU! BIARIN AKU MATI AJA, JANAR! INI KAN YANG KAMU MAU?"

Naka, bukan maksud Janar begitu. Ia sudah kepalang khawatir dengan keadaan kamu. Bahkan sekarang hati Janar seperti tertusuk belati tak kasat mata saat kamu menganggap ia menginginkan kematian mu.

"Naka, gue ngg–"

"Aku capek, Janar. Tapi ini juga salah aku. Aku yang terlalu berharap ke mereka tanpa aku inget kalo mereka juga bisa matahin harapan aku." Naka terisak di tempatnya.

Naka tidak pernah menunjukan sisi ini selain pada Janar, saudara kembarnya.

Janar menghela nafas lalu meletakan nampan yang ia bawa di nakas sebelahnya. Ia membawa Naka masuk kedalam kamar remaja itu.

Mereka berdua duduk di tepi kasur. Menurut Janar, kamar Naka sangat menenangkan dengan suasana monokrom. Naka bilang, kenapa ia memilih monokrom, menurutnya monokrom adalah hidupnya. Hanya tentang hitam dan putih tanpa ada orang yang hadir untuk memberikan warna.

Naka, kamu salah. Janar adalah warna dalam hidup mu.

"Naka, gue paham gimana hancur nya lu–"

"KAMU NGGA PAHAM, JANAR!"

"GUE PAHAM, NAKA!"

"Gimana kamu bisa paham sementara kamu ngga pernah rasain penolakan?"

"Jauh sebelum lu, gue udah rasain penolakan itu, Naka."

Mata itu menerawang kearah depan. Luka lama yang ia kubur hidup-hidup dipaksa untuk naik ke permukaan lagi.

Kala itu..

Di tempat itu..

Semua tentang penolakan.

: : To Be Continue : :

-panggil Nda, jangan author. wandaafauziahh

Jangan lupa pantengin WATTPAD.NDAA di Instagram untuk info-info lainnya.

DETAK [TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang