Haiii!
I'm back, how are you today?
Maapkan saya, karena baru up
Beberapa orang sedikit meneror diriku, katanya " kapan mau lanjutin? "Hanya itu namun terus menerus.
Oke jadi ini ektra chap YG ke-2.
Selamat MembacaLevi membuka matanya perlahan, dia menatap kosong ruangan putih yang ia tempati. Carla berada di sampingnya setia menunggu dirinya sadar. Sebuah senyuman terukir diwajahnya, terlihat di sela matanya terdapat bekas air mata.
"Levi..." Carla membantu Levi untuk duduk di ranjang, sekilas dia terlihat senang tapi juga sedih dalam bersamaan.
"Apa yang terjadi, Mama? Mengapa aku disini? Dan dimana Ere-"
"Sstt, Eren baik baik saja tenang lah. Sekarang kau harus bisa menjaga kesehatanmu, mengerti."
Levi tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Carla, perasaannya mengatakan sesuatu yang buruk telah terjadi. Ingin sekali Levi mengatakan apa isi pikirannya, Carla mengambil sebuah bubur yang terbengkalai disana walau baru datang beberapa menit yang lalu.
Dia mulai menyuapi menantunya dengan penuh kasih sayang, bahkan Carla sudah menganggap Levi sebagai putranya sendiri.
"Mama," panggil Levi di sela sela makannya, gumaman terdengar dari Carla. Dia masih sibuk dengan makanan Levi.
"Eren baik baik saja kan, ma?" Tubuh Carla tersentak, dia menatap Levi. Dan anehnya Levi balas menatapnya dengan penuh harapan. Sebuah senyuman kembali menghiasi wajah cantiknya.
"Tentu saja sayang, Eren itu kuat dia pasti bisa sembuh karena tidak ingin membuat istrinya repot," kata Carla santai yang membuat Levi bersemu merah diwajahnya. Carla yang melihatnya terkekeh lucu dengan tingkah lucu menantunya.
"Aku beruntung memiliki menantu seperti dirimu, Levi-chan,"
Carla mencubit pipi Levi dengan gemas, membuat sang empu meringis. Kegiatan mereka terhenti mendengar keributan di luar kamar.
Terlihat para suster dan dokter berlarian di area rumah sakit, mereka terlihat tergesa-gesa seakan nyawa seseorang sedang terancam. Melihat suaminya ikut di keramaian itu, Carla penasaran dan menghampiri mereka.
"Levi-chan, mama akan menghampiri Grisha dulu. Jika tidak ada apa-apa, mama akan kembali kesini. Tetap lah disini ya, Levi."
Setelah mengatakan itu Carla ikut menghilang bersama keramaian tadi. Levi bahkan belum sempat menjawab. Selama 2 jam lebih, Levi masih setia menunggu. Walau dia khawatir dengan Erennya, tapi dia harus tetap tenang dan berharap semua baik-baik saja.
Pintu kamarnya dibuka kembali, kali ini menampakkan seorang dokter berkacamata. Levi mengenal nya sangat mengenalnya.
"Yooo cebollll!" sapa Hange dengan bersemangat, dia menghampiri Levi yang menatapnya tajam.
"Kenapa kau disini, Hange?" ketus Levi.
"Kau tidak tau, aku berkerja disini sekarang. RS yang dulu sudah bangkrut,"
Alis Levi mengerut, dia memijit pangkal hidungnya, rasanya sangat lelah. Hange duduk dengan tenang di kursi yang disediakan, dia menatap Levi dengan serius.
"Ada yang ingin ku tanyakan, Levi."
"Apa?"
"Apakah kau sudah bertemu dengan Eren?"
"Belum, mengapa?"
Hening, tak ada sahutan dari Hange lagi. Kepala Levi sudah benar benar pusing tentang apa yang terjadi saat ini.
"Eren..." Hange menundukkan wajahnya sedalam mungkin, Levi yang peka akan hal itu memiliki berbagai pertanyaan di benaknya. Jemarinya mengepal erat, membuat selimutnya menyusut tak rapi. Rasa cemas mulai ia rasakan, apa yang terjadi dengan belahan hatinya saat ini?
"Apa yang terjadi dengannya, Hange? Jawab aku!" tegas Levi, Hange masih setia menundukkan kepalanya tak berani menjawab pertanyaan Levi sahabatnya itu. Ditarik kerah kemejanya, Levi menatap sahabatnya dengan emosi.
"Eren... mengalami koma saat ini, tidak ada yang tau kapan ia akan bangun. Maafkan aku..."
Hening, Levi maupun Hange sama sama terdiam. Seperti ada Sambaran petir yang kuat di hati Levi, mengingat cintanya sedang berjuang di ambang kematian. Dia meremas erat selimutnya, mencoba menahan diri dari semua ini.
Hange beranjak dari duduknya, meninggalkan Levi sendiri. Air mata kembali meneteskan perlahan, entah haruskah dia senang atau sedih. Senang karena sang kekasih masih bisa bertahan dari kecelakaan maut itu, namun sedih ketika tau dia ternyata koma. Itu sama saja, dia akan meninggalkan Levi jika Eren tak bisa bertahan lagi.
"Eren..." lirih Levi, dia menekuk kedua lututnya lalu menenggelamkan wajahnya. Untuk sekian kalinya dia menangis. Tak bisakah dirinya bahagia bersama dengan orang yang ia cintai.
Di ruang lain...
Seorang pemuda berambut Brunette terbaring lemas di ranjang rumah sakit. Terlihat selang infus di tangannya, dan perban dimana-mana. Tubuhnya penuh luka memar dan jahitan.
Pintu kamar terbuka menampilkan seorang lelaki berambut pirang dengan kacamata, Zeke. Dia tidak sendiri, seorang wanita pirang tinggi disampingnya dengan catatan kecil.
"Zeke, aku tak percaya dia adikmu..."
"Aku sendiri juga tak menyangka Yelena, adik kecilku akan seperti ini," gumam sendu Zeke, Yelena hanya bisa menatap nanar keadaan Eren. Saat ini kondisi pemuda bermata emerald itu tidak jauh dari kata baik namun juga buruk. Dia memang sudah bertahan sebaik mungkin melewati operasi tadi, namun kita tidak tau daya tahan tubuhnya.
"Eren pasti bisa, aku yakin anak itu sangat kuat," kata Grisha menepuk pundak anak sulungnya, dia percaya anak kesayangan mereka itu dapat bertahan demi mereka semua terutama seseorang yang sedang menunggu nya saat ini.
"Ayah..."
Levi masih terdiam di ranjangnya, memikirkan apa yang akan terjadi. Dia terus menerus menangis tak bisa berhenti, walau ia tau percuma dia hanya menangis. Levi berniat untuk bertemu Eren, apapun kondisinya. Dia tak akan bisa tenang jika tidak melihat kondisi Eren dengan mata kepalanya sendiri. Perlahan dia beranjak dari kasurnya, tubuhnya terasa sedikit lemas. Namun, Levi sudah bertekad.
Langkah demi langkah ia jalani demi bisa bertemu dengan sang kekasih hati. Sudah berulangkali, Levi bertanya kepada suster atau dokter yang lewat. Namun, tak seorang pun mereka ingin menjawabnya. Mungkin ini karena, RS ini milik keluarga Eren jadi mereka bisa saja menyuruh para dokter disini untuk tidak memberitahukan keberadaan Eren.
Saat ini juga, Levi sangat membutuhkan Eren. Apapun akan ia lakukan demi Erennya. Bahkan, ia rela memberikan jantungnya demi Eren. Levi tak menyerah, ia kembali menyeret kakinya memeriksa setiap ruang di RS ini.
"Eren... Aku merindukanmu..."
TBC
Nanggung enggak sih, tapi aku keburu ngantuk. Maaf ya sengaja kupanjangin. Jam segini emang biasanya gk ngantuk, tapi tadi udah lakuin aktivitas dari pagi hingga sore. Jadi capek poll. Ini aja aku nulis sambil merem-merem saking ngantuk nya.
Byeee
Love yourself
Muach 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart is Only for You
Randomwelcome di book says Karakter memiliki hak cipta yaitu Hajime Isayama. Saya hanya meminjam doang hehe. . . . Menceritakan Eren seorang model muda yang jatuh cinta dengan seseorang. Siapakah dia? Penasaran baca aja WARNING IT'S BXB YANG HOMOPHOBIC SI...