Chenle bangun pukul 6 pagi dan dia terkejut ketika melihat teleponnya dengan Yuhi masih tesambung. Lelaki itu tidak langsung mematikannya tapi dia menempelkan kembali telepon itu ke telinganya untuk memastikan apa Yuhi masih disana atau tidak.
Dan hal pertama yang di tangkap oleh indra pendengarannya membuat Chenle tersenyum tipis.
Yuhi pasti masih tidur. Chenle bisa mendengar suara nafasnya yang teratur.
'Aku pasti mabuk dan tidak sadar meneleponnya semalam' pikir Chenle.
Chenle memutus sambungan teleponnya dan berjalan ke kamar mandi.
Hari ini dia ada kelas pagi dan Chenle masih punya waktu untuk sekedar sarapan.Suho dan Irene ibunya ternyata sudah ada di ruang makan saat dia turun. Chenle menyapa mereka ala kadarnya lalu ikut bergabung untuk makan.
"Kau ke rumah Kris kemarin?" Suho bertanya. Mereka tengah menunggu makanan mereka disiapkan oleh kepala koki.
"Ya. Aku sudah memutuskan."
"Bukankah ini terlalu mendadak? " Irene menautkan jemarinya di depan dagu lalu menatap putra tunggalnya.
"Kupikir juga begitu, tapi aku tidak ingin menunggu." Karena Chenle tau bagaimana kondisi Yuhi makanya dia tidak akan menunda pernikahan ini.
Tapi Chenle tidak akan memberitau orang tuanya tentang masalah ini."Yah... papa tidak akan melarang. Hanya saja papa mau kau berpikir dengan matang karena pernikahan itu bukan permainan."
Chenle mengangguk. Bertepatan dengan itu, para pelayan datang membawakan makanan mereka.
Mereka makan dalam diam karena ini adalah kode etik di meja makan. Suho dan Chenle mungkin sedang memikirkan hal yang sama selagi mulut mereka mengunyah.
Karena pernikahan bisnis itu tidak sesederhana pernikahan pada umumnya.Pernikahan bisnis biasanya melibatkan aset kedua belah pihak keluarga, dimana akan ada aset yang keluarga Chenle berikan sebagai mahar dan juga ada aset yang mereka jadikan proyek bersama sebagai ikatan bisnis. Ini agak sensitif karena kelangsungan bisnis biasanya berhubungan dengan keberlangsungan pernikahan tersebut. Satu hal itu sangat Chenle benci.
Chenle paham konsekuensinya. Dia tau bahwa menikahi Yuhi adalah langkah berbahaya yang akan dia ambil. Chenle tidak hanya mengorbankan perasaannya dalam menolong gadis itu, tapi dia juga telah mengorbankan aset keluarganya.
"Aku akan memberikan 30% saham hotel di Shanghai sebagai mahar dan proyek resort di jepang sebagai proyek kerja sama."
Chenle melirik Suho.
"Kau tau betapa pentingnya dua aset kita itu kan.. kuharap kau tidak main-main dengan putri keluarga Nakamoto."
Chenle bertemu Jaemin di cafetaria kampus setelah kelas mereka berakhir. Jaemin ada di jurusan baking and pastry art, dia dan Chenle juga tertarik dalam bidang kuliner. Bedanya Chenle fokus pada bisnisnya sementara Jaemin fokus tentang bagaimana cara memasak kue dan segala yang berhubungan dengan roti."Kau tidak masuk kelas bisnis kemarin." Kata Chenle. Jaemin yang terlihat mengantuk menatapnya datar.
"Aku malas." Jawaban singkatnya terlalu monoton.
"Kudengar kau menerima lamaran gadis itu?"
Chenle mengangguk dia tidak berniat menceritakan rencana pernikahannya pada siapapun, tapi itu percuma, karena Chenle tidak akan bisa menyembunyikan rahasia dari teman-temannya.
"Ya." Itu jawaban singkatnya. Chenle berharap Jaemin tidak akan curiga dan bertanya alasannya.
"Aku bertemu dengan Yuhi saat semester pertama di kelas Boulangerie Viennoiserie kita satu tim, dan kurasa aku menyukainya sejak saat itu. "
Boulangerie Viennoiserie adalah kelas khusus untuk membuat roti ala prancis. Jaemin dan Yuhi ada di kelas yang sama dalam mata kuliah tersebut.
Pertemuan awalnya memang tidak terduga tapi melihat bagaimana Yuhi yang sangat mandiri dan mempesona saat membuat kue sepertinya telah memikat hati Jaemin.Chenle menatap Jaemin. Tatapan itu cukup tajam bahkan Jaemin juga membalas tatapan tajamnya.
"Kau memintaku mundur dan mengalah untukmu?" Tanya Chenle. Lelaki itu merasa sedikit dongkol dengan tawa Jaemin yang tiba-tiba.
"Bukan begitu.... " Jaemin menepuk bahu Chenle lalu merangkulnya.
"Aku sudah pernah mengirimkan proposal pernikahan pada keluarganya, tapi dia menolakku."
'Aahhh... pantas saja.' Batin Chenle.
"Aku tidak menyangka, gadis yang tampak lugu itu malah berani melamarmu duluan." Ada nada kekecewaan dalam suara tawa Jaemin dan Chenle cukup peka dengan itu.
Seandainya saja Jaemin tau alasan Yuhi melamarnya.'Ah.. tidak.. Jaemin tidak boleh tau. ' pikir Chenle.
Chenle tau Yuhi menolak Jaemin karena yang gadis itu cari adalah 'pria yang tidak tertarik dengannya' karena gadis itu ingin bercerai setelah menikah.
Tapi anehnya saat Chenle bilang tidak akan pernah menceraikannya Yuhi malah setuju. Mungkinkah Yuhi sudah berada pada titik paling frustasi dalam hidupnya, Hingga dia rela saja untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama keluarga Chenle?"Kita tidak akan bermusuhan hanya karena cewek kan?" Chenle memberi Jaemin tatapan jahil dengan alis naik turun.
"Aih.. tentu saja tidak. Kau pikir aku bocah sma yang masih rebutan pacar? "
"Aku lega mendengarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Master | Zong Chenle
FanfictionTidak pernah terpikir dalam benak Yuhi untuk merendahkan harga dirinya dan meminta seorang tuan muda kaya raya untuk menikahinya. Meletakkan asa nya pada seorang Zhong Chenle yang tak percaya pada cinta untuk membantunya keluar dari kehidupan pelik...