Berulang kali Chenle harus menatap Yuhi dan bertanya tentang kesiapan gadis itu. Semua hal yang berhubungan dengan ibunya akan terasa sensitif untuk itu Chenle tidak akan memaksa Yuhi untuk menghadiri persidangan Kris hari ini.
Chenle sangat khawatir, bahkan sudah membujuk Yuhi untuk kembali ke Korea dan hanya membiarkan Yuta yang mengurus semuanya tapi gadis itu menolak. Dia akan tetap menjadi saksi di persidangan meskipun mentalnya masih labil.
Yuta terus berdiri di samping Yuhi selama persidangan berlangsung, dan gadis itu tampak jauh lebih tenang ketika memberikan kesaksiannya hari ini. Yuhi mulai bisa menerima semuanya termasuk kenangan pahit yang pernah singgah dalam setiap memori otaknya. Gadis itu belajar mengendalikan dirinya dan berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Bahwa setiap hal buruk yang terjadi itu di luar kehendaknya dan bukan kesalahannya.
Yuhi tidak belajar melupakan namun dia akan belajar menerimanya sebagai salah satu kisah kelam dalam hidupnya. Melupakan itu hanya akan membuat dirinya terbebani, sebaliknya belajar menerima semuanya akan membuat jiwanya terbebas dari beban.
Yuhi duduk dengan wajah jauh lebih cerah dari saat acara pemakaman tempo hari. Meditasi benar-benar memberinya sensasi lain dalam hidup. Banyak hal yang harus ia lihat di depan sementara masa lalu hanya cukup menjadi kenangannya saja.
Mulai sekarang Yuhi akan fokus menata hidupnya kembali, bersama Yuta kakaknya dan Zhong Chenle, seorang luar biasa yang menyelamatkannya dari kisah kelam ini.
"Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir. " Gumam gadis itu. Yuhi tenang sejak awal persidangan namun tidak dengan Chenle dan Yuta yang menatap khawatir padanya. Kedua lelaki itu setia mendampinginya hingga pembacaan keputusan sidang.
Kris dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, 5 kali lipat lebih ringan dari tuntutannya. Sebenarnya dia dijatuhi hukuman seumur hidup namun Yuhi memohon untuk meringankan hukuman ayahnya karena dia sudah memaafkan kesalahan pria itu.
Yuhi bahkan tidak menuntut Kris atas penyiksaannya selama bertahun-tahun pada Yuhi. Dan Kris hanya di kenai hukuman atas pembunuhan adik Ayuzawa Yukina yang bernama Ayuzawa Yukino.
Lamat-lamat Yuhi menatap wajah pucat ayahnya. Sorot mata tajam itu menghilang, digantikan tatapan kosong seseorang yang sedang dilanda depresi.
Yuhi sebenarnya tidak tega memenjarakan pria itu. Biar bagaimanapun dia adalah sosok yang telah membiarkannya hidup dan membiarkan Yuhi sekolah dengan layak meski perlakuannya pada Yuhi sangat kejam. Tapi mau bagaimana lagi. Hukum tetap berjalan, Kris harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Atas sebuah nyawa yang ia renggut dengan keji. Dia harus membayar semuanya.
*********
Yuhi kembali ke Korea setelah persidangan Kris. Gadis itu di sambut dengan jamuan makan yang disiapkan dengan baik oleh para maid.
Siapa sangka Suho dan Irene juga tengah menunggunya di meja makan. Mereka tak hentinya bertanya tentang keadaan Yuhi.
"Sungguh, aku sudah lebih baik sekarang." Yuhi menatap mereka meyakinkan.
"Oh dear, lihatlah kau kurus sekali. Makanlah yang banyak setelah ini hm.. kau aman disini, tidak akan ada lagi yang berbuat jahat padamu." Irene mengusap kepala Yuhi. Rasanya hangat dan nyaman.
Yuhi tersenyum. Sungguh ia bahagia. Chenle memberinya semua hal. Tentang perasaan di cintai dan di anggap berharga. Selain itu Irene dan Suho juga telah mewujudkan keinginan Yuhi untuk memiliki keluarga lengkap yang bahagia.
Ngomong-ngomong Chenle baru selesai mandi, lelaki itu masuk ke ruang makan 15 menit kemudian.
Rambutnya masih setengah basah dan tubuhnya tampak lebih segar tapi tidak untuk wajahnya. Entah apa yang dia alami hingga membuat wajah masam itu terlihat menyeramkan.
Chenle menghampiri kursi Yuhi lalu melempar sepaket obat warna warni milik Yuhi.
"Chenle..." Gadis itu melotot lalu menatap Chenle.
"Apa maksudnya ini???" Chenle menatapnya tajam.
Irene dan Suho ikut melirik obat di depan Yuhi. Itu adalah pil kontrasepsi yang selama ini Yuhi konsumsi.
"I-itu..."
"Aku sudah bilang kan.. aku menginginkan seorang anak. Kenapa kau lakukan ini??"
"Chenle... Aku bisa jelaskan."
"Apa yang mau kau jelaskan? Kau menolak memiliki anak denganku?"
Yuhi menggeleng. Dia sempat melirik canggung pada orang tua Chenle sebelum menggeret lelaki itu menjauhi meja makan. Tidak enak rasanya bertengkar di hadapan mertua.
Sayangnya Chenle menghempaskan tangannya dengan kasar dan kembali menatap galak pada Yuhi.
"Bukan begitu Chenle. Aku hanya butuh waktu, aku masih kuliah."
"Chenle..." Irene berusaha melerai meski di abaikan.
"Tidak ada yang melarang mahasiswi hamil saat kuliah." Chenle memotong panggilan ibunya yang berusaha menenangkan mereka.
"Memang iya, tapi hamil sambil kuliah itu sulit Chenle."
"Apanya yang sulit Yuhi? Kau tidak perlu melakukan apapun. Segala hal sudah di kerjakan oleh para maid. Apa susahnya hanya membawa seorang anak di perutmu."
"APA??"
Chenle nampaknya terbawa emosi hingga dia tidak sadar betapa kasarnya kata-katanya barusan.
Secara tidak langsung dia sudah meremehkan pekerjaan mulia seorang wanita yang harus hamil dan melahirkan.
"Bisa-bisanya kau bicara begitu bahkan di depan ibumu. " Yuhi menatap tidak terima. Persetan dengan pertengkaran mereka yang menjadi pertunjukan di meja makan. Yuhi bahkan sudah tidak peduli jika harus memakai nada tinggi di depan Suho dan Irene.
"Aku benar kan .. hamil itu tidak sulit.. apa susahnya ..."
"ZHONG CHENLE !!!!"
Kali ini Suho tidak bisa hanya tinggal diam. Putranya itu sudah keterlaluan bahkan dia pun merasa tersinggung dengan perkataan Chenle barusan.
Yuhi mengalihkan pandangannya. Gadis itu pergi begitu saja ketika Suho mulai memarahi Chenle habis-habisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Master | Zong Chenle
FanfictionTidak pernah terpikir dalam benak Yuhi untuk merendahkan harga dirinya dan meminta seorang tuan muda kaya raya untuk menikahinya. Meletakkan asa nya pada seorang Zhong Chenle yang tak percaya pada cinta untuk membantunya keluar dari kehidupan pelik...