Sorot mata itu tampak lebih kosong hari ini. kesan bengis rasanya telah menguap dari irisnya yang tajam dan beralih dengan tatapan sendu.
Kesepian dalam jiwanya terus membuatnya tenggelam dalam rasa sakit karena kehilangan. Dampaknya sungguh luar biasa hingga lebih dari 15 tahun rasanya masih tetap sama.Sesak di hatinya selalu membawa air matanya ikut turun, dalam ruang gelap dan kesendiriannya dia menangis tanpa suara.
Jemari panjangnya memutar alat suntik kecil dengan jarum yang masih tertutup. Matanya menatap sedih foto seorang wanita cantik yang tersenyum, seolah menatapnya tanpa rasa bersalah."Yukina... " Ia memanggil sosok yang tidak lagi berwujud. Menganggap seolah-olah raga itu tengah duduk di hadapannya sekarang.
".... Maafkan aku.. aku sungguh tidak bisa melupakanmu dan tidak bisa lebih lama lagi bertahan di dunia ini. Sesuai keinginanmu, aku telah membesarkan putramu dengan sangat baik, tapi sekali lagi maaf, aku tidak sanggup merawat seorang putri yang sangat mirip denganmu."
Kris menangis, isakannya terdengar begitu memilukan. Pedih itu tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Satu tangannya bergerak membuka penutup suntikan itu dan membiarkannya jatuh, membiarkan ujung jarum itu menyapa permukaan kulitnya.
"Yukina... Mari kita bertemu disana, kau bisa menghukumku karena tidak bisa membesarkan putrimu dengan baik.... "
Kris memejamkan matanya, membiarkan air matanya jatuh ketika tangannya yang lain menekan alat suntikan itu dan membiarkan racun dalam benda itu mengaliri pembuluh darahnya.
"Aku merindukanmu Yukina....."
Braaaakkkk....
"Dia disana tangkap dia.... "
Kris masih tersenyum licik seiring dengan tubuhnya yang ambruk tak berdaya. Polisi itu hanya akan mendapati tubuhnya tapi tidak dengan nyawanya.
"Oh tidak apa kita terlambat??"
"Dia menyuntik mati dirinya sendiri."
"Medis... Aku butuh tenaga medis..."
********
Yuta sudah dengar perihal Kris yang dibawa ke UGD karena percobaan bunuh diri tepat saat dia akan di tangkap. Pria itu selamat meski masih belum melewati masa kritis.
Yuta khawatir, tapi ya... Hanya itu saja, dia khawatir tapi tidak cukup sedih. Sekedar khawatir yang biasa saja.
Entahlah, sisi empatinya menolak bereaksi berlebihan terhadap pria yang telah mengajarinya tentang betapa kerasnya hidup.
Kekejaman Kris dimasa lalu membuat Yuta enggan bersimpati pada lelaki itu. Dia cukup tau tapi tidak ada keinginan darinya untuk mengunjungi pria itu di rumah sakit. Sebaliknya Yuta berdiam diri di rumahnya dan tidak melakukan apapun.
Yuhi dan Chenle juga ada di rumah dan tidak keluar kamar sepanjang hari, sepertinya obat penenang membuat Yuhi tidur panjang.
Yuta duduk sedikit gelisah di sofa kamarnya, membuka ponselnya sebagai pengalihan tapi apalah daya, debaran jantungnya tidak bisa dikendalikan.
Sosok gadis berambut panjang di hadapannya lah yang menjadi alasan mengapa Yuta mengalami hal itu.
Sunhye datang, dia sudah mendengar kabar penangkapan Kris dan dia datang mengunjungi Yuta untuk menghibur lelaki itu.
Ya... Katanya sih begitu...
Tapi gadis itu justru duduk diam seperti anak anjing di depan Yuta tanpa mengatakan apapun.Hubungan mereka masih canggung. Bahkan dulu saat mereka bertunangan pun mereka tak banyak mengobrol, hanya saling bertukar tatapan di setiap kesempatan mereka bertemu.
Keresahan gadis itu terbaca dengan mudah oleh Yuta karena Sunhye yang menghela nafas berulang kali sembari memilin dress nya. Gadis itu terlalu malu untuk bicara, atau mungkin takut?
"A-aku pulang saja ya .. ini sudah malam."
"Jangan.." Yuta langsung mencegahnya dengan suara yang sedikit meninggi. Lelaki itu bahkan terkejut kenapa dia berlaku demikian.
"Eh.. mm.. papamu memintaku menjagamu malam ini." Yuta berkilah.
Sebenarnya dia tidak ingin Sunhye pulang. Yuta kesepian dan menginginkan gadis itu tetap bersamanya. Jadilah dia mengirim pesan pada papa Sunhye untuk meminta ijin agar Sunhye menginap.
"Hah...???" Sunhye tidak mengerti maksud dari perkataan Yuta. Untuk apa papa nya meminta Yuta menjaganya ? Ini sesuatu yang tidak biasa papanya lakukan.
"Menginaplah disini."
Sunhye tampak bingung. Dia menggembungkan pipinya dengan satu tangan menggaruk belakang lehernya.
"Eehh... Ya.. mm.. okey. "
Sunhye terkadang bisa jadi pemalu dan Yuta juga pendiam. Ini perpaduan yang pas untuk menciptakan backsound suara jangkrik di antara mereka.
"Kalau mengantuk tidur saja dulu, aku akan tidur di sofa." Kata Yuta. Lelaki itu menghampiri ranjangnya dan menata selimut untuk Sunhye.
Gadis itu menurut saja padanya. Dia merebahkan tubuhnya disana bahkan tanpa mengganti pakaian dan menghapus make up nya. Suasana canggung ini membuatnya lupa segala hal, termasuk bersikap normal.
Hampir setengah jam Sunhye berguling di ranjang namun matanya menolak terpejam. Gadis itu menatap Yuta yang masih sibuk dengan ponselnya. Lelaki itu benar-benar mengabaikannya, rasanya Sunhye ingin pulang sekarang juga.
Yuta yang merasa sedang di perhatikan akhirnya menatapnya. Efek tatapannya yang tajam itu membuat Sunhye terkejut lalu menutup setengah wajahnya dengan selimut.
"Kenapa belum tidur?"
"Tidak bisa tidur." Jawab Sunhye jujur.
"Mau aku tidurin??"
Sunhye terkejut dan Yuta menyadari kesalahan dalam pemilihan kata yang dia pakai. Lelaki itu buru-buru meralat.
"Eh... Maksudnya seperti menyanyikan lagu Nina Bobo.." Lelaki itu menggaruk belakang kepalanya dan menatap ke arah lain.
"Boleh aku minta sesuatu yang lain??" Sunhye menggembungkan pipinya dan menatap penuh harap.
"Ya??"
"Peluk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Master | Zong Chenle
FanfictionTidak pernah terpikir dalam benak Yuhi untuk merendahkan harga dirinya dan meminta seorang tuan muda kaya raya untuk menikahinya. Meletakkan asa nya pada seorang Zhong Chenle yang tak percaya pada cinta untuk membantunya keluar dari kehidupan pelik...