43. Repeatedly

147 16 4
                                    

"Pih.."

"Aku yakin kau sudah mendengar semuanya dari pengasuh Yuhi."
Kris diam, sedikit melirik putranya yang hanya mematung beberapa langkah di belakangnya.

"Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak masalah kalau kau mau menembak kepalaku sekarang. Bahkan aku sudah lama menahan diriku agar tetap hidup dan mendampingimu."

Yuta berjalan mendekat, berdiri sejajar di samping ayahnya dan menghadap keluar jendela kaca besar yang menampakkan pemandangan matahari terbit.  Bahkan malam telah berlalu dan berganti hari namun kedua pria itu tak bisa menenangkan dirinya dan pergi tidur.

"Kenapa papi melakukan ini?"

"Apa gunanya aku memberitahumu alasanku? Kau tidak akan memahamiku. Kau tidak akan mengerti perasaanku."

Kris memutar tubuhnya menghadap Yuta. Tatapan dingin si sulung yang selalu ia banggakan itu hari ini tidak terlihat. Yuta menatapnya secara berbeda, bahkan Kris tidak pernah berharap anak laki-lakinya itu akan memaafkannya.

"Lakukan apa maumu. Penjarakan aku atau.... Tembak kepalaku. Kita selesaikan semua kebencianmu disini. " Lelaki bermata tajam itu merogoh saku blazernya, ia menyerahkan sebuah pistol revolver hitam pada Yuta namun lelaki berambut gondrong itu tak mau menyentuhnya.

"Aku tidak akan melakukannya. Rasa sakitmu sudah menghapus setengah kebencianku, tapi aku akan tetap  menyelesaikan ini secara hukum."

Kris tersenyum miring lalu mengantongi kembali senjatanya.

"Terserah padamu. Aku tidak akan menolak proses hukum itu. Ahh .. ya satu lagi." Kris membuka satu kancing kemejanya lalu menarik putus kalung perak dengan liontin berbentuk kunci kecil. Dia menyerahkan benda itu pada Yuta.

"Aku menyimpan ibumu disana." 

Kris mengusap kepala Yuta. Mungkin itu adalah sentuhan sayang terakhir yang bisa dia lakukan untuk putranya.

Pria berwajah garang itu berjalan keluar ruangan dengan aura pekat yang biasa menyelimutinya. Wajahnya muram namun bukan kemarahan yang terpatri disana, melainkan kesedihannya yang mendalam pada kenangan masa lalu yang belum bisa dia lupakan.

Ayuzawa Yukina, satu nama yang berhasil meremukkan batu besar yang tertanam dalam hatinya. Terlahir menjadi sosok yang kejam, seorang Nakamoto Hiro takhluk di hadapan wanita cantik itu.

Namun rasa kehilangan telah merubahnya kembali menjadi monster yang kejam. Yukina adalah kebahagiaan terbesarnya sekaligus menjadi patah hatinya yang paling hebat.

Kehilangan tidak pernah terasa sesakit ini. Sosok yang dulu menganggap nyawa manusia itu tidak ada artinya akhirnya bisa merasakan betapa berartinya sebuah nyawa hanya karena dia kehilangan orang yang paling dia cintai.

Kris mengangkat kepalanya begitu pintu lift yang membawanya ke lantai dasar terbuka. Dejavu seolah menghantam kepalanya ketika dia melihat sosok Ayuzawa Yukina dalam diri seorang gadis yang selama ini dia benci.

Nakamoto Yuhi, entah bagaimana berdiri di depannya dengan tatapan mata yang tak bisa terbaca.

Sementara Yuhi terlihat terkejut, dia tidak mengira akan bertemu Kris disini. Meskipun dia sudah menduga kalau pria itu pasti ada di Nakazono. Namun Yuhi tidak berharap akan bertatap muka dengannya secepat ini.

Gadis itu menatap Kris yang tersenyum miring padanya. Kebencian itu masih tertera dalam sorot mata Kris yang tajam. Namun pria itu tidak mengatakan apapun padanya dan berlalu pergi begitu saja.


"Papimu seram ya ". Komentar Jaemin ketika memandang punggung Kris yang mulai menjauh.

Yuhi diam sejak pertemuannya dengan nenek Chenle. Itu sedikit membuat Jaemin khawatir. Namun Jaemin tidak bisa berbuat banyak selain hanya mengikuti kemanapun Yuhi pergi.

Gadis itu akhirnya menemukan nomor kamar Chenle dengan bantuan nenek. Dia sekarang berjalan kesana. Namun hal tak terduga justru menyambutnya di tengah lorong menuju kamar Chenle.

Lelaki China bermarga Zhong itu tengah Berdiri di tengah lorong dan berpelukan dengan seorang gadis. Lebih tepatnya gadis itu yang memeluk Chenle.

"Ryujin..." Sahut Jaemin. Lelaki itu sengaja mengeraskan suaranya agar adegan tak terduga itu segera berakhir.

Chenle terkejut melihat Yuhi disana bersama Jaemin, dia reflek mendorong Ryujin menjauh.

Sementara Yuhi yang memang sudah diselimuti mendung tidak ingin tersulut amarah karena melihat suaminya dipeluk wanita lain. Gadis itu tidak memiliki hasrat lagi untuk salah paham atau terbakar api cemburu, karena separuh isi kepalanya masih shock akan kebenaran yang baru dia ketahui.

"Yuhi kenapa kau disini??"

"Ahh..." Yuhi memasang wajah datar.

"Aku datang untuk berselingkuh dengan Jaemin. Sepertinya kami salah lantai."

Yuhi tidak ingat kapan dia menjadi seakrab ini dengan Jaemin sampai-sampai dia tidak sungkan lagi untuk memeluk Jaemin dan mengecup pipinya di hadapan Chenle, lalu menggandeng Jaemin yang masih melotot ke arahnya. Yuhi memaksa Jaemin berbalik arah menuju lift.


"Yuhi... Hey.... NA JAEMIN..!!!"



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Young Master | Zong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang