Yuhi merasa bosan. Chenle tidak membiarkannya pergi tapi lelaki itu juga asik sendiri dengan teman-temannya.
Pertemuan di aula kampus yang kosong itu terdiri dari Chenle dan teman-teman cina nya. Ada Renjun juga disana. Dia bilang akan membahas masalah investasi untuk cafe barunya tapi sudah lewat 2 jam pembahasan itu belum usai. Dan yang jadi masalah terbesar disini adalah mereka semua bicara dalam bahasa mandarin yang tentu saja Yuhi tidak paham.
Yuhi memutar ponselnya di atas meja seolah itu adalah sebuah gasing, gadis itu juga menatap ke segala arah untuk mengalihkan kebosanannya. Sampai arah matanya tertuju pada pintu keluar dan dia tidak sengaja melihat Giselle yang melambai di sana. Wajah Yuhi berubah cerah.
Yuhi melihat Chenle sesaat dan menimbang-nimbang apakah Yuhi akan pergi begitu saja ataukah dia harus memberitau Chenle dulu. Tapi tampaknya pembicaraan mereka sedang serius dan kalau Yuhi meminta ijinnya pasti Chenle tidak akan mengijinkan.
Yuhi terlalu malas memikirkan apakah nanti Chenle akan marah padanya. Yang jadi fokus utamanya sekarang adalah dia benar-benar ingin keluar dari situasi membosankan ini.
Yuhi akhirnya mengambil tasnya, berjalan sepelan mungkin ke arah pintu keluar. Hal baiknya Chenle tidak sadar itu.
"Aku hampir mati bosan." Keluh Yuhi. Giselle terkekeh.
"Aku pernah menemani Renjun ke perkumpulan mereka dan aku tertidur saking bosannya." Giselle menyamakan langkahnya dengan Yuhi dan mereka berjalan tanpa tujuan.
Pada akhirnya langkah tak menentu itu membawa mereka pada salah satu bangku di cafetaria. Dan mereka makan ice cream disana.
"Hey.. aku benar-benar penasaran dengan hubungan kalian." Giselle menyodorkan ice cream strawberry pada Yuhi.
"Kalian siapa?"
"Kau dan Chenle. Kalian sudah benar-benar berbaikan kan??"
Yuhi mengangguk,
"Iya, sudah."
"Apa Chenle memperlakukanmu dengan baik?"
Yuhi mengangguk lagi dan sedikit berpikir.
"Sejauh ini dia tidak pernah berkata kasar atau membentakku, tapi menurutku dia terlalu mengekang."
Giselle mengerti itu, sebagai orang yang mengenal Chenle sejak anak-anak membuat Giselle paham. Gadis itu mengaduk ice creamnya dan kembali bicara.
"Chenle itu memang egois, sejak dulu apa yang menjadi kemauannya ya harus dia dapatkan. Dia benar-benar hidup sebagai tuan muda."
Yuhi bisa mengerti itu. Sebagai anak tunggal dari keluarga kaya, rasanya wajar Chenle berlaku demikian. Tapi Yuhi pikir Chenle tidak seburuk itu. Lelaki itu tidak sombong, tidak terlalu suka berfoya-foya, dan yang paling penting dia bukan orang yang kasar.
Meskipun Chenle memiliki peraturannya sendiri yang tidak bisa Yuhi langgar tapi lelaki itu tidak membuat Yuhi tersiksa akan aturan itu. Bisa dibilang dia bisa membuat Yuhi merasa aman dan nyaman berada di sisinya.
Kedua gadis itu sempat terdiam beberapa saat. Menikmati ice cream masing-masing dengan mata yang menatap lurus ke arah taman. Ini adalah pertengahan musim semi, cuacanya panas di siang hari tapi cukup teduh saat sore. Sebuah pilihan yang tepat untuk menikmati 1 cup ice cream untuk mendinginkan tenggorokan.
"Lalu... " Yuhi menoleh saat Giselle kembali memulai percakapan.
"apa kalian sudah pernah melakukannya? Kulihat Chenle sangat tidak romantis." Giselle mendekat ke arah Yuhi dan berbisik, dia juga memasang senyuman jahil yang terlihat aneh. Sementara Yuhi mengerutkan alisnya karena tidak mengerti ke arah mana obrolan Giseller tertuju.
"Melakukan apa??"
" 'itu' " Giselle membuat gestur aneh dengan tangannya yang masih tidak bisa di pahami oleh Yuhi.
"Sudah."
Dan kedua gadis itu menoleh pada Chenle yang tiba-tiba datang dan duduk di hadapan mereka. Chenle menatap datar ke arah Giselle lalu menatap kesal pada Yuhi.
"Kau mau tau juga berapa kali kami melakukannya dalam sehari??" Sindir Chenle.
Giselle menggeleng dengan tawa datarnya sementara Yuhi yang masih tidak paham menatap 2 orang itu bergantian.
Chenle membalas tatapannya dengan tajam dan menusuk. Dan itu membuat Yuhi seketika menunduk.
"Nyonya Zhong, kau dalam masalah karena sudah berani kabur dariku."
"Maaf.. habisnya... aku bosan.."
Chenle meliriknya sekali lagi. Lirikannya benar-benar tajam dan membuat Yuhi merinding. Tapi entah kenapa Yuhi tidak setakut dulu saat Chenle pertama kali merajuk. Ya karena dia sudah tau letak kelemahan Chenle.
'Goda saja dia, nanti juga luluh.'
******
Yuhi dan Chenle berangkat bersama di kelas Principles of accounting and marketing. Chenle masih enggan bicara dengannya bahkan wajahnya masih cemberut tapi secara tidak sadar dia menunggu Yuhi saat mereka berjalan bersama.
Langkah Yuhi yang kecil-kecil membuat Chenle harus memperlambat langkahnya sendiri agar gadisnya tidak ketinggalan.
'Bahkan saat kesal pun dia masih bersikap manis.' Yuhi senyum-senyum melihat Chenle dari samping.
Kelas sudah ramai ketika mereka masuk dan Yuhi mengekor di belakang Chenle ketika lelaki itu memilih tempat duduk di sudut yang sepi. Menaiki tangga satu persatu sampai ke barisan paling atas.
Chenle duduk lebih dulu dan Yuhi melewatinya untuk duduk di kursi sebelah Chenle, namun karena posisi kaki Chenle ada di tengah jalan itu membuat Yuhi tersandung dan nyaris jatuh. Beruntung Chenle menangkap tubuhnya dan membantu Yuhi kembali berdiri.
"Hati-hati." Gumamnya, lalu menepuk bokong Yuhi pelan.
Yuhi kembali senyum-senyum karena perlakuan Chenle.
Ini tidak biasanya terjadi, Yuhi yang rajin kedapatan tidak memperhatikan dosennya. Gadis itu justru melirik suaminya 1 menit 2 kali lalu dia berbisik,
"Kau marah hm??"
Pertanyaan itu bukan tidak berdasar, karena Yuhi tau Chenle bukan sosok yang mau memperhatikan dosennya 100%. Lelaki itu biasanya akan menggoda Yuhi selama jam kuliah berlangsung tapi kali ini Chenle sangat diam dengan wajah badmood yang sangat kentara.
"Itu tau.." jawabnya dengan enggan.
"Jangan marah."
Chenle tidak menjawabnya dan membuat Yuhi meraih lengannya lalu mengelusnya dengan wajah memohon.
Ini adalah godaan yang Yuhi maksud. Chenle itu tidak tahan dengan skinship.
Dia mudah merasa geli.Tepat seperti dugaannya, Chenle berdehem dengan mata yang mulai tidak fokus. Lelaki itu menyingkirkan tangan Yuhi dari lengannya tapi toh Yuhi yang memang berniat menggodanya itu kembali menangkap lengannya.
"Yuhi.. " gumam Chenle dalam nada rendah.
"Apa??" Yuhi masih gencar mengelus lengan Chenle dan memberinya sensasi menggelitik.
"Mendengarkan kuliah sambil meningkatkan gairah seksual itu tidaklah bagus. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Master | Zong Chenle
FanfictionTidak pernah terpikir dalam benak Yuhi untuk merendahkan harga dirinya dan meminta seorang tuan muda kaya raya untuk menikahinya. Meletakkan asa nya pada seorang Zhong Chenle yang tak percaya pada cinta untuk membantunya keluar dari kehidupan pelik...