15. extra part 4 : tingkah absurd

83 61 34
                                    

"Var..." teriak Nesa seraya berjalan cepat menuju arah varo terbaring di ruang rawat dan bergegas segera memeluk nya erat.

"hei my girls", tutur Varo dengan wajah melemah akibat rasa sakit yg ada di bagian perutnya.

"Lo gakpapa kan var,hksss gua khawatir sama lo", sarkas Nesa sambil mengusap pipi Varo dengan lembut,dan itu membuat Varo sangat nyaman hingga timbul senyuman ketika menatap tajam wajah Nesa.
"Var, sekarang lo istirahat aja ya, ga usah nge bebanin fikiran lo sekarang, lo juga butuh istirahat, luka tusukan lo juga belum sembuh kan" sambung Evan yang kemudian menepuk pelan lengan Varo.

"Hadeuh gua gakpapa Van, santai aja, lagian ga terlalu sakit kok lukanya gua tahan kalau ama yang beginian mah."

"Serah Var"

Disitupun mereka semua berkumpul dalam satu ruangan dan menemani Varo disana.

tidak lebih dengan Varo dan Nesa yang sedari tadi sudah saling menatap dan bucin di sana membuat para temannya hanya menyimak keduanya.

"Hmm, udah bucinnya!!", gumam Gavin sambil memalingkan wajahnya dari Nesa dan Varo.

"Iri bilang bos", balas Varo dengan wajah bergurau.

"Hmm", dehem Vio di samping Gavin dengan tingkah malu.

"Kenapa hah!?" tanya Gavin sambil mengusap rambut Vio hingga berantakan.

"Ih apaan sih vin, berantakan tau ga!", rengek Vio sambil memukul lengan kekar milik Gavin.

"Serah gue dong", lanjut Gavin dengan remeh.

"Tapi yang lo acak acak in tuh rambut gua, bisa liat gak sih lo", gumam kesal Vio pada Gavin.

"Iya iya maaf, gak sengaja hhh".

"Hmm, gini amat nasib jomblo".

"Hmm yoi, mending gua nge kos aja dah ke venus kalau gini".

Sambung Roy dan Bima merasa tak terima karena teman temannya asik dengan pasangannya sendiri.

"udah udah!! Var, adek lo si Veny besok mau balik buat jenguk lo, sekalian dia katanya mau pindah sekolah, nanti biayanya orang tua lo yg tanggung", kata Evan dengan wajah serius.

"Oh yaa, oke van thnks dah ngasih tau", balas Varo berterima kasih kepada Evan.

"Sans aja, btw gua keluar bentar nyari angin" tutur Evan sambil membuka pintu ruang rawat tersebut.

"Oh iya Var, gimana rasanya lo udah enakan?". Tanya Nathan pada Varo yang sedang tengah asik bergurau dengan Nesa.

"Hmmm". Gumam Varo.

"Woii, kalau ditanya tuh jawab goblok!! Gak tau terima kasih lo ye, udah di donorin juga", sentak Nathan pada Varo yang semakin absurd dengan tingkahnya.

"Iye iye makasih Nathan anaknya bu wndrwmnn hmmm", ucap Varo sedikit bergurau, dan itu membuat Nathan sangat kesal dengan kelakuannya.

"Untung lo sakit, kalau ga, udah gua banting lo Var", batin Nathan sangat kesal.

Di lain waktu Evan yang kini sedang berjalan sendirian di luar rumah sakit menuju tempat di mana dia memarkirkan mobilnya.

"Hmm sendirian aja Van?", suara lembut dengan tutur kata yang santun, membuat Evan langsung menoleh dengan tersenyum lirih.

"Hmm iya Ray, lagi nyari angin bntr", balas Evan kepada Raya.

"Oh iya nih gua beliin minum buat lo, lo haus kan dari tadi gak makan apa apa, dan btw mending lo pulang deh, jenguk si varo lanjut bsok aja, lo keliatan capek banget, jangan nyiksa diri lo ya", perhatian Raya membuat Evan sangat nyaman ketika mendengarnya.

"Hhh, perhatian banget sih", gurau Evan sambil mencubit pelan pipi cubby Raya.

"Dih, apaan sih gak usah geer lo ya", gumam Raya dengan sedikit kesal dan mencubit lengan kekar milik Evan, namun dalam hatinya sangat senang ketika setiap saat bersama lelaki itu.

"Hmm serah lo dah, gua mau pulang, masuk mobil", ucap Evan menyuruh Raya untuk ikut pulang.

Di perjalanan, mereka sedang mengobrol dengan asik nya, sehingga Evan pun tidak menyadari ada mobil lain di hadapan mereka, namun segeranya Evan langsung saja berhenti dengan sigap.

"Isssh, lo tu ya, hampir aja Van lo nabrak mobil orang", sarkas Raya sedikit kesal.

"Lagian sih nih macet tiba tiba perasaan tadi aman aman aja", Jawab Evan seketika ingin keluar dari mobilnya untuk mencari tau apa penyebab kemacetan tersebut.

"Permisi mbak ini kok macet tiba tiba ya, perasaan tadi lancar lancar aja perjalanan disini, apa ada kendala?", tanya Evan pada seseorang di depan jalan yang pada waktu itu juga sedang terkena macet.

"Itu mas ada anak geng motor lagi ngerisih katanya", kata orang itu.

"Oh iya iya mbak makasih infonya",

"Iya mas"...

Tanpa basa basi Evan bergegas mencari sekumpulan geng motor itu, dan benar saja geng motor yang mbak tadi maksud itu adalah ANTRAX bersama leadernya yang sedang mengacak acak tempat penjualan di area ini.

"What the f*ck!!", sergap Evan ketika salah satu anggota ANTRAX melihatnya dan langsung berlari menuju mobil nya untuk beralih melewati jalan lain.

"Van ada apa?!", tanya Raya dengan wajah setengah panik.

"Kita harus puter balik Ray, disini ga aman, anak anak ANTRAX bakal ngejar kita".

"Terus gimana van!".

"Mau ga mau kita harus lari, supaya mereka susah buat nyergap kita", ucap Evan dengan nafas ngos ngos an.

Perjalanan yang menegangkan itu sangat membuat Evan tak karuan dengan pikirannya, tancapan gas yang melebihi kecepatan, keringat dingin, namun tidak bisa membuat nya berpikir jelas akan seseorang di samping nya itu. "Gua ga mau lo kenapa napa Ray, kalau bisa gua bakal rela mati demi lo, asalkan lo selamat". Batinnya.

Tampaknya 4 orang anggota ANTRAX pun mengikuti mereka dari belakang, namun Evan tidak akan menyerah, tancapan gas yang kini melebihi batas kecepatan membuat mobil nya hampir saja tertabrak, namun Tuhan masih menyelamatkannya dari bahaya.

"Van hati hati,", sarkas Raya dengan wajah panik pun, saking gemetarnya dengan sigap memeluk Evan dengan erat.

Sudah beberapa kecepatan tinggi yang menyergap mereka dari dalam mobil, akan tetapi ke empat anggota ANTRAX itu tidak berhenti mengejar mereka, hingga Evan masuk perjalanan menuju hutan layaknya pedesaan.

"Kejar terus woi kejarr!!".

Kini kecepatannya terlalu tinggi sehingga Evan tak karuan sekaligus panik dan tidak melihat ada jurang di hadapan mereka.

Namun takdir pun berkata lain, mobil yang di kendarainya pun jatuh masuk ke dalam jurang tersebut.

Ke empat anggota ANTRAX pun langsung melihat keadaan mobil yang di kendarai Evan.

"Aman, semoga tuh anak mati didalam sana!!", ucap salah satu anggota Antrax seraya bergegas bersama teman temannya agar segera pergi dari tempat itu agar tidak ada warga sekitar yang melihatnya.

Keadaan Evan dan Raya sangat memprihatinkan, kepala Raya terbentur sangat keras dan mengeluarkan banyak darah di sela sela dahinya, begitu juga dengan Evan yang hanya mengalami cedera di bagian kakinya.

Akan kah ada orang yang menemukan keadaan mereka?...

I LOVE THAT WOMAN {COMPLETED✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang