6

231 39 4
                                    

Cecilia tahu ayahnya menyimpan alkohol jahe di suatu tempat. Dia menemukannya setelah membongkar isi kabinet dapur.

"Minum ini." Cecilia menuang minuman tersebut ke lima gelas yang berbeda. Masing-masing dari mereka hanya perlu seteguk untuk mendapatkan kehangatannya.

Robert menyambar gelasnya duluan dan meneguk minuman itu tanpa pikir panjang, tetapi sekujur tubuhnya langsung berjengit. "Demi langit, apa kau memberi kami air seni kuda?"

"Wah, pasti kau pernah minum air seni kuda," komentar gadis bernama Aeryn. Wajahnya pun mengerut dalam saat meneguk minumannya, tapi dia tidak banyak protes.

Edwin satu-satunya yang terlihat tenang tatkala meminum bagiannya. "Ini dari Hangara, bukan?"

"Benar, magistra," jawab Cecilia.

"Ayahku juga pernah membelinya. Minum sedikit saja sudah bisa membuatmu panas," jelasnya. "Miss Lockwood, kami minta maaf karena kau harus menemukan kami dalam kondisi kacau."

Cecilia mengangguk kecil sembari mengembalikan botol ke tempat semula. Saat meminum alkohol jahe itu, tubuh Cecilia nyaris bergetar seperti genta yang dipukul sewaktu sensasi pedas menyengat melintasi tenggorokan. Kehangatan yang timbul setelahnya memang sebanding dengan rasanya yang tidak enak.

"Kita tidak akan melakukan itu lagi," kata Bastian pada ketiga temannya. "Tidak akan ada yang dekat-dekat dengan naga atau mengganggu mereka."

"Aku setuju," Aeryn menimpali.

Edwin terlihat paling keberatan. "Oh, ayolah—"

"Edwin, tidak." Bastian mengerang setelah menghabiskan minumannya dalam sekali teguk. "Tidak ada bantahan lagi. Kalau kau nekat, lebih baik aku mengikatmu ke kamar atau membuatmu koma selama setahun."

"Atau menghapus ingatanmu soal semua ide tentang naga itu," saran Aeryn, membuat Cecilia meletakkan gelasnya terlalu keras ke meja.

Semua mata terarah padanya.

"Dingin sekali, ya?" Cecilia mengusap-usap lengannya. "Akan kunyalakan api di ruang duduk."

"Tolong jangan repot-repot, Miss Lockwood." Aeryn beranjak dari tempat duduknya. "Kami tidak bisa berlama-lama di sini. Bas akan terkena masalah."

"Kau mau kita kembali subuh-subuh begini?" keluh Edwin.

Mata Aeryn terbuka nyalang. "Memang gara-gara siapa kita melakukan ini?!"

"Orang-orang di rumah ini belum bangun sampai pukul lima," ucap Cecilia. "Akan kusiapkan teh dan donat."

"Miss Lockwood, kami sudah cukup merepotkanmu," kata Bastian. "Teman-temanku akan pergi. Benar, kan?"

Wajah Robert mengerut tak setuju. "Tapi teh dan donat—" Dia memasang wajah memelas.

Kalau Cecilia bisa melupakan ancaman Robert, dia akan termakan belas kasih dan membiarkan orang-orang ini tetap tinggal sejenak. Namun Cecilia diam saja dan membiarkan Bastian mengurus teman-temannya.

≿━━━━༺❀༻━━━━≾

"Ini konyol, Bas!" Robert mendesis.

"Rencana ini juga konyol," Bastian mengingatkan. "Dan kalian tahu apa yang akan terjadi kalau orang tuaku tahu."

"Killin tihi ipi ying ikin tirjidi kili iring tiiki tihi," Robert mengejek.

Api membara dalam dada Bastian. Dia mencengkram gagang pintu lebih erat.

"Rob, hentikan," tegur Aeryn.

"Kenapa? Bastian akan memukulku?"

"Dia akan mencabut nyawamu," Edwin meralat.

Bastian mengatur napas. Dia tidak ingin mencabut nyawa sahabatnya walau keinginan itu sudah menguat. Sudah bertahun-tahun mereka mengenal satu sama lain, dan dia masih belum terbiasa dengan sikap menjengkelkan Robert.

Daughter of Naterliva [#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang