33

143 30 14
                                    

Seorang pria melangkah maju. Tubuhnya barangkali hampir dua meter, dengan badan tegap dan dada bidang yang kokoh. Kalau Cecilia menabraknya, pasti akan terasa seperti menabrak tembok.

Terdapat beberapa guratan pucat dari bekas luka di kulit wajahnya yang kecoklatan. Rambut hitam pria itu terlihat sedikit berantakan; tumbuh hingga menyentuh bahu dan sebagian diikat ke tengah, sementara tatapan dari mata kuning ambarnya terlihat datar tanpa ekspresi.

"Kudengar kau menolong anakku," dia berkata dengan logat Ellesvore yang agak kaku. Dari tampang pria itu saja, Cecilia bisa menebak siapa yang dimaksud.

"Uh ... kurasa benar, sir." Cecilia sedikit berdeham, membersihkan tenggorokannya yang tak lagi mampu mengeluarkan suara. "A-apa aku dalam masalah?"

"Apa mereka masih hidup?" Suara beratnya kembali terdengar, terasa menggetarkan hingga ke ulu hati.

"Ma-masih," cicit Cecilia. "Mereka masih hidup dan sehat. Kami juga sudah—"

Pria itu mengangkat tangan. Dia menoleh ke arah rekan-rekannya, mengatakan sesuatu dalam bahasa yang tidak Cecilia pahami. Kemudian, pria itu kembali ke arahnya. "Aku tidak perlu informasi lain. Terima kasih."

Dengan begitu saja, mereka semua menjauh dari Cecilia.

Itu saja? Cecilia bertanya dalam hati.

"Eh, kau tidak mau bertemu mereka?" tanya Cecilia, memberanikan diri.

Pria itu menggeleng. "Semakin sedikit informasi yang kutahu semakin baik."

"Kenapa?"

Dia membalikkan badan. "Bisakah kau tidak banyak bertanya?"

Cecilia mengerutkan bibir. Demi dewi, pria ini mirip sekali dengan pemuda menjengkelkan bernama Espen. Tak heran kalau mereka punya hubungan darah.

Pria itu kembali mendekati Cecilia, membuatnya langsung menyesali ocehan tadi. Apa Mr. Elosvari bisa mendengar omelan Cecilia barusan?

Pria itu menundukkan tubuh raksasanya, mengamati Cecilia dari dekat. Seandainya saja Cecilia bisa mengubur diri atau menyatu dengan tanah, mungkin dia bisa menyelamatkan diri—Yah, sebenarnya Cecilia bisa melakukan itu semua, tapi dia memilih diam.

Untunglah pria itu segera menjauhkan diri lagi. "Apa kau kenal Jaromir?"

Cecilia menelan ludah. "Ya, sir?"

"Apa kau adik yang sering dia sebut-sebut itu?"

Dahi Cecilia mengerut. "Adiknya?"

Pria itu mengangguk. "Aku bukannya berniat tidak sopan, tapi kalian mirip. Bedanya, dia lelaki dan kau perempuan."

Cecilia berusaha sebaik mungkin untuk tidak menyinggung pria ini. "Mr. Elosvari, kurasa Anda salah orang. Aku dan Jaromir tidak mirip."

"Sungguh? Dengan rambut merah keriting dan mata hijau yang sama, dan wajah pucat penuh bintik-bintik?"

Darah serasa surut dari wajah Cecilia. "Jaromir ... dia berambut pirang."

Sejenak pria itu terheran, lalu dengusan tawa kecil lolos dari bibirnya. Untuk sesaat, Cecilia tidak melihat apa pun selain pepohonan. Kemudian setelah beberapa detik berlalu, kesadaran kembali ke benaknya dan terdengar suara Bastian memanggilnya dari kejauhan.

Orang-orang tadi telah menghilang dan Cecilia bahkan tidak menyadarinya.

≿━━━━༺❀༻━━━━≾

Cecilia belum menyampaikan apa-apa soal kehadiran Mr. Elosvari dan pasukan kecilnya, yang entah kenapa tidak mau tahu banyak soal keadaan anak-anaknya atau kemajuan misi mereka. Satu-satunya sekutu yang Cecilia miliki hanya Dion.

Daughter of Naterliva [#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang