Bulan Juni datang tanpa disadari.
Mengajar bersama Espen sebenarnya cukup mudah karena dia kooperatif dalam hal bekerja sama. Di luar dugaan, pria itu cukup profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Hari ini mereka membahas soal naga sungai. Sayangnya spesies naga ini butuh air untuk bertahan dalam waktu lama. Masalah lainnya, mereka tidak suka dimasukkan ke wadah dan dibawa pergi dari sungai.
Di akhir pelajaran, Cecilia turut menambahkan pengumuman mengenai ujian yang akan dilaksanakan pada hari Jumat mendatang. Seisi kelas mengeluh secara bersamaan.
"Kami bahkan belum melihat naga laut dan sungai secara langsung," seorang murid merengek. "Tidak bisakah Miss Lockwood membawanya kemari?"
"Kuharap bisa, Timon, tapi naga sungai dan laut tidak bisa jauh dari habitat mereka terlalu lama." Melihat wajah murid-muridnya yang makin suram, Cecilia turut menambahkan, "Setelah ujian, akan ada naga lain yang bisa kuajak datang."
Janji itu cukup mengobati kekecewaan anak-anak. Ketika waktu tersisa lima belas menit, Cecilia memberi kesempatan untuk semua anak agar memeriksa kembali catatan dragenologi mereka dan segera bertanya ketika merasa ada yang kurang. Cecilia dan Espen berjalan mengelilingi kelas, membantu murid mana saja yang butuh penjelasan ulang.
Cecilia baru saja memberi penjelasan ulang kepada Cornelia ketika dia mendengar suara ribut dari barisan meja seberang, tempat Espen berada.
"Ayolah, Mr. Elosvari!" pinta beberapa anak secara bergantian. "Kita bisa mengulang materi ini lusa saja! Kami ingin mendengar ceritamu!"
"Ada apa di sana?" tanya Cecilia ke arah keributan.
"Mr. Elosvari menceritakan kehidupan naga di wilayah asalnya," Alice menjawab. "Kami ingin tahu tempat seperti apa yang ditinggal Mr. Elosvari."
Rengekan anak-anak kembali terdengar. Waktu tersisa sepuluh menit dan mereka tidak berniat belajar lebih lama lagi.
Cecilia pernah bertanya satu-dua hal mengenai pulau bernama Ramala Veliqar itu, tetapi tidak pernah mendapat jawaban yang memuaskan. Freya seringkali menjawab bahwa di sana sama saja dengan Ellesvore. Jaromir memberi segelintir cerita mengenai kehidupan masyarakat di sana, tapi masih menyembunyikan cukup banyak hal. Sementara Espen hanya mengabaikan pertanyaan Cecilia dan menggantinya dengan topik lain.
"Tidak ada yang bisa kuceritakan," Espen gagal diluluhkan oleh sorot mata memohon dari para murid. "Kami memang dekat dengan naga. Itu saja."
"Bagaimana bisa? Kenapa masyarakat di wilayah Arvelia tidak pernah seperti itu?" tanya seorang anak.
"Kurasa karena perbedaan budaya dan kepercayaan," balas Espen. "Di tempat asalku, kami sangat memuja Naterliva, bahkan menganggapnya sebagai dewi utama, karena dia berkontribusi besar dalam menciptakan alam yang kita tinggali. Maka dari itu, kami akrab dengan banyak makhluk hidup, terlebih naga."
Penjelasan yang diberikan tidak memberi banyak informasi. Cecilia tenggelam dalam pikirannya selagi para murid mencoba mengorek informasi lebih dalam walau masih saja tidak mendapatkan informasi berarti. Ketika jarum jam menunjukkan pukul sepuluh, Cecilia dan Espen segera mengakhiri kelas.
"Kurasa aku akan pergi ke perpustakaan sebentar," Cecilia memberi tahu ketika dia dan ketiga temannya berada di istal. "Beri tahu orang-orang rumah. Aku akan kembali sore nanti."
"Biar kutemani," tawar Jaromir.
"Tidak, tidak," tolak Cecilia. "Aku akan mencari novel romansa terbaru." Kebohongan itu sudah dilatih dalam hati secara berulang, tetapi tetap saja Cecilia gugup. Dia memilin tali kekang Felipe. "Tenang saja, aku akan menjauh dari kelompok Naterliva itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daughter of Naterliva [#1]
FantasyHidup Cecilia yang tenang berubah seratus delapan puluh derajat ketika tiga orang asing mendatanginya. | • | Yang Cecilia Lockwood inginkan hanyalah menikahi pria baik dan menjalani hidup tenang bersama keluarganya. Namun, keadaan tidaklah semudah...