9

229 38 2
                                    

Tidak banyak yang bisa Freya lakukan di dalam gua naga. Sesekali dia bermain bersama anak-anak naga pohon atau berbincang dengan para naga dewasa. Freya ingin saja berjalan-jalan di sekitar daerah Pegunungan Andorra, tetapi musim dingin membuatnya kembali lebih cepat ke dalam gua.

Keadaan menyiksanya sampai ke tulang, bukan hanya karena udara dingin tapi juga karena kejenuhan. Jaromir menyarankan permainan bola salju, tapi Freya sedang tidak berminat memainkan sesuatu yang begitu kekanak-kanakan. Yang dia butuhkan hanyalah jawaban, atau lebih tepatnya persetujuan Cecilia untuk membantu. Dengan itu saja, niscaya Freya bisa bertahan melalui sepuluh musim dingin.

Ketika dia merasakan sentakan dalam dadanya, Freya membuka relung pikiran, membiarkan suara siapa pun itu masuk.

Freya, Cecilia bilang dia sudah punya jawaban, kata Elm. Dia ingin kau datang malam ini, tapi tolong berhati-hatilah. Ada penyihir di rumahnya.

Penyihir? Freya tak habis pikir tatkala mendengar kata itu. Untuk apa penyihir masih di rumahnya?

Kelihatannya salah satu dari empat orang jahat itu akan menikah dengan Cecilia, dengus Elm. Cecil bilang pria yang ini tidak jahat, tapi tetap saja, dia sudah mengganggu kami.

Freya terpana mendengarnya. Dari semua orang di dunia, tidak adakah pria yang lebih layak dinikahkan kepada seorang Putri Naterliva?

Setelah berterima kasih, Freya menutup benaknya lagi, kemudian bergegas menemui Espen dan Jaromir. Espen sedang bermain dengan anak-anak naga pohon di dalam gua, sementara Jaromir sibuk membuat ukiran kayu.

"Cecilia ingin kita datang malam ini," Freya mengumumkan. "Dan Jaromir, tahukah kau kalau adikmu akan menikahi penyihir?"

"Akan menikahi apa?" Jaromir langsung tersentak, mengagetkan para anak naga dan membuat mereka berlarian kembali ke induk masing-masing. Untuk sesaat pria itu melupakan kayu yang tadi diukir dengan penuh kehati-hatian. "Dari mana kau dengar itu?"

"Elm mengabari. Aku tidak tanya lebih lanjut."

Espen menepuk-nepuk pundak temannya dengan prihatin. "Masih belum terlambat untuk muncul di hadapan keluargamu dan menghentikan semua ini."

Sejenak, Jaromir memang mempertimbangkan pilihan itu. Namun, dia mengedikkan bahu, menunjukkan keraguan. "Lalu setelahnya apa? Aku bahkan belum tahu pendapat Cecilia soal pernikahan ini. Selain itu, Ratu Eleonora bisa membawaku pergi kapan saja. Kenapa aku harus memberi harapan palsu pada adikku dengan muncul di hadapannya?"

"Persetan dengan sang ratu," Espen berucap santai.

"Espen!" desis Freya.

"Kenapa? Mau membela calon mertuamu?"

"Calon mertua atau bukan, dia tetap pemimpin kita."

Espen tertawa kecil. "Pemimpin yang iri karena dia dan anaknya tidak sebaik kau dan Ayah."

Freya tidak ingin termakan oleh keangkuhan dalam dirinya. Dia berbohong kalau mengaku tidak pernah memandang rendah Ratu Eleonora. Dari segi manapun, Jenderal Dagen Tanaquil, alias ayahnya, memang lebih pantas memimpin kaum mereka. Bahkan ibu Freya punya wibawa yang lebih baik, dengan kemampuan bertarung mumpuni dan otak yang tak kalah cerdas dari pasangannya.

Orang tua Freya bisa menjadi pemimpin yang lebih baik, tapi tidak dengan cara brutal. Untuk apa melanggar hukum kuno jika mereka bisa mengambil alih kepemimpinan dengan cara lain?

"Jangan katakan sesuatu yang bisa menjerumuskanmu ke dalam masalah," tegur Freya. "Sudah cukup sekali ini kita dihukum."

Espen memutar bola mata. "Seharusnya kau berterima kasih padaku, Freya. Kau bukannya suka pada Shadrick."

"Shadrick memang terlalu timpang jika dibandingkan denganmu," Jaromir berkomentar sambil kembali memupuk fokus pada potongan kayu yang sedang dia ukir. "Seperti anak laki-laki dan ibunya yang perkasa." Dia dan Espen sama-sama terkekeh.

Freya berdecak pelan, menahan diri untuk tidak membenarkan fakta tersebut. "Tidak usah mendukung Espen, Jaromir. Kau membuatnya makin liar."

Jaromir mengangkat kedua tangan. "Aku hanya menyampaikan kebenaran, mumpung kita berada jauh dari Ramara Veliqar."

Freya masih menyembunyikan kebanggaan yang meluap-luap dalam dirinya. Tidak ada gunanya bersombong ria jika rencananya gagal total. "Kalau Cecilia masih keras kepala, aku terpaksa mengungkapkan wajah aslimu, Jaromir. Jadi tidak perlu memujiku dulu kalau kau berniat memakiku nanti." Freya tersenyum tanpa dia sadari. Entah kenapa kedua sudut bibirnya terangkat dengan sendirinya. "Tapi entah kenapa, aku punya firasat yang bagus."

≿━━━━༺❀༻━━━━≾

Cuaca malam itu cukup bersahabat. Salju tidak turun, yang mana sudah menjadi pertanda baik. Cecilia menunggu di dekat jendela, sehingga bisa langsung melihat ketika Freya, Espen, dan Jaromir memanjat masuk ke balik pagar dan berlari menuju pohon sycamore di halaman belakang rumah.

Ketika Freya tiba di dekat jendela, Cecilia membuka jendela dan mundur, membiarkan Freya melompat dan menggapai bingkai kayu, lalu memanjat ke dalam kamar dengan kelincahan bak seekor tupai. Espen dan Jaromir menyusul tak lama setelahnya.

"Jadi, bagaimana?" tanya Freya tanpa basa-basi.

Cecilia tidak tahu kenapa dirinya merasa kesal. Rasanya dia baru saja memberikan Freya kemenangan. Namun, pilihan antara 'hidup tenang dengan beban penyesalan' atau 'menjerumuskan diri dalam kekacauan untuk menyelamatkan nyawa yang tak bersalah' bisa dibilang sama-sama buruk. Lebih baik memilih sesuatu yang membuatnya merasa sedikit lebih baik.

"Aku setuju untuk membantu, tapi," Cecilia langsung memberi penekanan, "aku punya beberapa syarat."

"Katakan," Freya berucap tanpa pikir panjang.

"Aku akan membantu selama tindakan kita bebas dari bentuk kejahatan apa pun yang akan membahayakan kehidupan orang banyak," ujar Cecilia. "Dan aku tidak mau aksi sihir-menyihir yang tidak penting. Kalau kalian ingin meminta izin raja, maka kalian harus membangun kepercayaan dari awal."

"Memangnya kau tahu kami hendak apa?" Freya bersedekap.

Cecilia mengangguk meski ragu. "Dragenologi, 'kan?"

"Ah, kutebak Jaromir memberi tahu." Freya tersenyum ke arah pemuda itu.

"Nah, bersumpahlah demi dewa atau dewi yang kalian hormati."

"Tidak secepat itu, nona muda," ujar Freya. "Aku juga perlu kau untuk bersumpah agar tidak mengkhianati kami."

"Sepakat," sambut Cecilia. Mereka berempat mengucapkan sumpah masing-masing. Berkatnya, kadar kepercayaan dalam diri Cecilia sedikit meningkat. "Silakan duduk. Aku sudah menyiapkan perapian."

Mereka menempati tempat masing-masing di lantai, dan Cecilia kembali membuka pembicaraan. "Kenapa dragenologi?" tanyanya.

Freya masih sibuk mengulurkan tangan, mencoba meraih kehangatan dari api sebanyak yang dia bisa. "Kurasa itu cara terbaik kalau hanya ada tiga orang. Empat, bila ditambah dirimu."

Cecilia menggaruk tengkuknya. "Entahlah, kupikir kalian bisa menyihir semua orang untuk patuh dibandingkan bersusah payah."

Freya tergelak pelan. "Sihirku tidak bekerja semudah itu jika sasaranmu adalah seluruh Ellesvore. Lagi pula, bukankah kita ingin menyelesaikan misi ini dengan cara jujur? Apa gunanya menyihir orang-orang kalau pada akhirnya semua itu tidaklah ikhlas? Kemudian mengenai dragenologi, kupikir itu cara termudah untuk memulai. Orang-orang butuh pengetahuan sebelum mereka menghadapi sesuatu, barulah mereka akan merasa lebih tenang."

Cecilia mengangguk setuju. "Masuk akal."

"Dan kebetulan kau sudah mempelajari dragenologi," Freya berucap. "Tapi sebagai persiapan tambahan, kupikir tidak ada salahnya memberimu pelajaran eksklusif."

"Kalian akan mengajariku dragenologi lagi?" tebak Cecilia.

Freya menggeleng. "Lebih baik dari itu. Para naga yang akan mengajarimu."

Daughter of Naterliva [#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang