"KALIAN GILA!"
Ingin rasanya Cecilia mengangguk, menyetujui tuduhan Mr. Hesse, sang kepala desa Wirlow.
"SINTING! HILANG AKAL! EDAN!"
"Mr. Hesse," Cecilia mencoba memanggil pria itu, tapi gagal.
"Membawa naga ke sekolah? Miss Lockwood, apakah kebaikan kami belum cukup? Setelah membiarkan anak-anak kami mempelajari dragonologi, sekarang kau mau kami membiarkan mereka dekat-dekat dengan naga? Naga sungguhan, Miss Lockwood !"
Mengingat keberhasilan mereka dalam mengajari para murid selama hampir sebulan belakangan, Cecilia dan Espen punya rencana yang cukup gila—walau Cecilia yang lebih bersikeras melaksanakan rencana ini.
Setelah mempelajari naga daun, Cecilia juga mengundang para naga bunga untuk datang ke sekolah. Sekarang, mereka memasuki materi naga pohon. Cecilia dan Espen pikir, tidak ada salahnya membawa Sycamore untuk diamati dan diajak berinteraksi secara langsung.
Lagi pula, Cecilia yakin Sycamore bisa diajak bekerja sama dalam hal ini. Yang menjadi masalah adalah semua orang tua murid pasti akan mati-matian menentang kedatangannya.
"Kami mengenal naga itu dengan baik," Cecilia beralasan. "Sycamore—"
Pria itu mengangkat tangan. Cecilia menutup mulutnya, membiarkan Mr. Hesse menenangkan diri terlebih dahulu. Cecilia meraih teko air di atas meja dan menuangkan segelas untuk pria malang itu.
Mr. Hesse meraih air yang diletakkan di depannya dan menghabiskan dalam sekali teguk. Pria itu belum siap bicara.
Cecilia mengawasi pergerakan jarum jam. Dia meraih teko lagi, berniat menuangkan air untuk Mr. Hesse. Pria itu menggeleng kecil.
"Kami akan menunggu di luar," Cecilia berbisik kecil. Dia duluan berjalan pergi, diikuti Espen dari belakang. Keduanya menunggu di kursi teras depan.
"Sudah kubilang. Ide konyol," celetuk Espen di tengah kebisuan.
Cecilia menyentuh kelopak dari salah satu bunga carnation yang tumbuh dalam sebuah pot, memberi kesegaran bagi tanaman yang agak layu itu. Digesernya pot tersebut keluar dari bayang-bayang kanopi teras agar terkena cahaya matahari.
Espen mengerang samar. "Rambut Api, sekarang bukan saatnya menjadi tukang kebun."
"Dan sekarang bukan saatnya pesimis," balas Cecilia. "Mr. Hesse bisa saja mengusir kita, tapi dia memilih berpikir dulu."
"Mungkin dia tidak mau bicara lagi. Kau saja yang salah sangka."
Sebagai jawaban, Mr. Hesse keluar ke teras rumahnya. Cecilia segera berdiri, memandangi pria itu dengan penuh harap.
Mr. Hesse berkacak pinggang. "Bawa aku ke naga itu," katanya. "Biar aku yang langsung menilainya."
≿━━━━༺❀༻━━━━≾
"Tundukkan kepalamu, Mr. Hesse" Cecilia mengingatkan.
Setelah sekian detik terpana oleh sosok Sycamore, akhirnya Mr. Hesse menunduk. Sycamore mengamati pria itu, mengendus kepala dan tubuhnya. Cecilia tetap berada di dekat mereka, memastikan proses perkenalan itu berjalan lancar. Tak lupa dia merapalkan doa sehingga sang naga bisa langsung berkomunikasi dengan Mr. Hesse tanpa perantaraan.
Sycamore duduk dengan kaki belakang terlipat, sementara kaki depannya masih menahan tubuh. Kepalanya terjulur ke arah Mr. Hesse, mengawasi pria itu lebih lekat.
Mr. Hesse mengembuskan napasnya dengan hati-hati. "Kenapa rasanya dia mau mencaplok kepalaku?"
"Aku pemakan tumbuhan," balas Sycamore, membuat Mr. Hesse berjengit. "Dan kalau aku ingin menyerang, maka kemungkinan besar aku akan menendangmu."
Jawaban itu tidak memberi ketenangan pada Mr. Hesse.
"Sycamore tidak akan menyerang," Cecilia segera menengahi. "Benar, 'kan?"
"Tidak. Tapi pria ini membuatku gelisah dengan ketakutannya." Sycamore mendekatkan kepala pada Mr. Hesse. "Tidak perlu takut padaku. Lagi pula, kalau Cecilia menyatakan bahwa aku aman, maka kau bisa percaya padanya."
"Kami sudah pernah menemui macam-macam naga," Espen menambahkan. "Dan tidak mungkin kami sembarangan membawa naga ke sekolah yang penuh anak-anak."
Pria itu merengut. "Lalu kenapa kalian ingin membawa naga pohon?"
"Sudah kubilang, karena naga pohon bisa diajak bekerja sama," kali ini Cecilia menjawab. "Tidak ada salahnya kita mengenalkan Sycamore kepada anak-anak, sekaligus mengajarkan kepada mereka mengenai cara bersikap hormat supaya tidak menyinggung naga."
"Sebenarnya untuk apa belajar dragenologi jika orang sepertimu bisa mengendalikan naga, Miss Lockwood ?"
Pertanyaan itu menimbulkan gumpalan tak kasatmata di tenggorokan Cecilia, mencekik dan mempersulitnya untuk bernapas.
"Baiklah, semisal kalian mau mengajar dragonologi agar anak-anak punya pengetahuan mengenai naga, aku bisa saja menerimanya," balas Mr. Hesse. "Tapi apakah pengetahuan semacam itu berguna ketika Tahun Api?"
Gumpalan di tenggorokan Cecilia semakin besar. Tidak ada kata-kata yang bisa Cecilia ucapkan. Sekadar menghela napas pun tidak bisa.
"Tuan, aku yakin kau tidak perlu mencemaskan itu," Espen mengambil alih tugas menjawab. "Setelah peristiwa bulan lalu, apakah Anda pernah melihat Cecilia menyuruh naga menghancurkan sekolah?"
Keraguan terbit di wajah Mr. Hesse. "Kalau soal itu—"
"Harus kuakui, yang anak-anak itu lakukan sangat tidak terhormat." Espen bersedekap. "Bagaimana bisa mereka melempar batu, bahkan sampai melukai seorang perempuan?"
Untuk ukuran pemuda yang pernah menghina Cecilia habis-habisan, siapa sangka Espen masih bisa terdengar seperti pria yang terhormat.
"Kudengar penyihir yang menyuruh mereka," kilah Mr. Hesse.
"Berarti anak-anak itu tidak punya pendirian. Mereka bahkan tidak bisa melakukan tugas sebagai murid dengan baik."
"Mr. Elosvari!" Kesabaran sang kepala desa menipis. "Aku tidak suka mendengarmu membicarakan anak-anak kami seperti itu."
Cecilia melerai keduanya. "Mr. Hesse, aku yakin Espen tidak bermaksud demikian. Buktinya, anak-anak yang kami ajari sangat baik dan mudah diajari. Mereka luar biasa."
Espen mendengus mendengar pujian itu. Mr. Hesse tidak terlalu terkesan.
"Saya berharap kesalahan Marcus Wickham tidak dikaitkan dengan saya," ujar Cecilia. Kemampuan bicaranya pulih lagi. "Saya belum bisa mengendalikan hewan apa pun, apalagi naga. Mengajari dragonologi adalah tindakan paling sederhana yang bisa saya lakukan untuk membantu membayar kesalahan Mr. Wickham."
Jawaban panjang Cecilia sedikit mengubah ekspresi Mr. Hesse. Walau wajah pria itu masih memperlihatkan pertentangan, setidaknya tatapan mata sang kepala desa tidak setajam sebelumnya.
"Aku perlu membicarakan ini dengan para orang tua," Mr. Hesse memutuskan.
Mendengarnya, Cecilia mengembuskan napas lega. "Terima kasih!" Dia meraih tangan Mr. Hesse dan menjabatnya sedikit terlalu kuat. "Terima kasih, Mr. Hesse!"
"Ini belum tentu disetujui, nona," dengus Mr. Hesse. "Sampai ada izin, jangan bawa naga ini ke sekolah."
"Tentu!" Belum apa-apa, pipi Cecilia sudah sakit saking lebarnya dia tersenyum. "Mari, akan kuantar kau ke halaman depan."
"Tidak, tidak perlu," tolaknya. "Selamat siang, Miss Lockwood, Mr. Elosvari." Pria itu mengenakan topinya dan menjauh dari halaman belakang rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daughter of Naterliva [#1]
FantasíaHidup Cecilia yang tenang berubah seratus delapan puluh derajat ketika tiga orang asing mendatanginya. | • | Yang Cecilia Lockwood inginkan hanyalah menikahi pria baik dan menjalani hidup tenang bersama keluarganya. Namun, keadaan tidaklah semudah...