52

185 28 12
                                    

Bunga-bunga kembali layu dan musim semi yang singkat kembali menjadi musim gugur. Namun mawar di tangan Bastian masih segar merona, memancarkan warna merah gelap dan mekar sempurna.

Aeryn sedang mengamati kuntum daisy kuning yang tumbuh di kebun. Menyadari kehadiran Bastian, dia mendenguskan tawa. "Kau mendapat mawar? Bukannya kau yang seharusnya memberi bunga?"

Bastian menelan ludah, mengamati mawar itu sekali lagi. Dia tidak bisa menilai perasaan seseorang seperti Cecilia, karena itulah kegugupannya tak tertahankan. Bastian bisa melupakan semua ini dan kembali ke rumahnya. Dia tidak jadi menikahi Cecilia; itu saja yang perlu diucapkan, lalu kehidupan kembali seperti biasa.

Akan tetapi, Cecilia benar. Bastian tidak tahu apa-apa soal cinta. Yang dia pelajari selama ini hanyalah soal pengabdian. Sama seperti ayahnya, dia mengabdi pada keluarga Lockwood. Sudah tugasnya menjaga keluarga ini serta memberi mereka kenyamanan yang selayaknya. Ketika Mr. Lockwood mempercayakan dirinya untuk menikahi Cecilia, tanggung jawab Bastian serasa bertambah, tetapi dia menjalaninya dengan sepenuh hati.

Dia sudah melakukan segala sesuatu, memastikan gadis itu terus berada dalam kondisi baik. Dia bersiap menikahinya dan telah membayangkan segala sesuatu yang akan dilakukan demi kebahagiaan Cecilia Lockwood.

Bastian tertawa pelan. Dia tidak bisa melepaskan semua pikiran itu begitu saja, tetapi kehadiran gadis di hadapannya terasa mengoyak hati Bastian. Bukan karena Bastian tidak mencintainya, tetapi karena dia mulai menyadari kesalahannya selama ini.

"Aeryn, aku memang bodoh," katanya. "Kau memperingatiku berkali-kali, tapi aku tidak menyadarinya."

Aeryn mengerutkan kening. "Bastian, kau baik-baik saja?"

Bastian menggeleng. "Aku tidak baik-baik saja. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku." Dia berjalan mendekati Aeryn. "Selama ini aku mengabdikan diri pada keluarga Lockwood, mengusahakan segala cara agar mereka tetap menjadi prioritas. Kebahagiaanku selalu tergantung pada mereka, kau tahu? Karena ayahku mengatakan demikian sejak aku kecil. Bahwa kami tidak layak bahagia jika keluarga Lockwood menderita."

Sorot terluka di wajah Aeryn menambah kepedihan dalam diri Bastian. Gadis itu selalu peduli padanya.

"Aku tidak tahu kalau sikap itu melukai orang-orang di sekitarku," sambung Bastian. "Kurasa aku sudah rusak atau semacamnya. Pola pikir itu tidak bisa kuenyahkan. Namun, untuk kali ini aku ingin melawannya, Aeryn, dan kuharap kau bersedia membantuku."

Bastian mengulurkan buket mawar itu. Mata Aeryn terpaku pada kuntum-kuntum bunga di hadapannya.

"Selama ini bukan Cecilia yang kucari," bisik Bastian. "Aku tidak pernah menyadarinya, tapi sekarang aku tahu kalau kaulah orangnya, Aeryn. Hanya denganmu aku merasa nyaman dan jantungku berdebar kencang. Hanya kau yang mengingatkan bahwa aku pantas bahagia dan mencegahku melakukan hal-hal konyol karena pikiranku yang rusak ini. Aku minta maaf karena baru melihat kebenaran itu sekarang."

Aeryn tampaknya kehilangan kata-kata. Gadis itu seperti baru bangun dari tidur, masih linglung dan lupa pada segala sesuatu. Dia berkedip cepat, mengembalikan kesadaran dalam dirinya.

"Bastian, kau luar biasa bodoh," cetus Aeryn.

"Aku tahu."

"Kau sangat, sangat bodoh."

Bastian mengangguk. Tawa kecil lolos dari mulutnya. "Aku tahu!"

Aeryn menarik bagian depan jubahnya. Bastian tidak tahu bagaimana bisa dia terlarut dalam ciuman itu. Segala sesuatu melebur begitu saja, menjadikan pikirannya campur aduk. Tidak ada yang bisa dia pikirkan selain membalas, mengecap setiap jengkal bibir Aeryn yang serasa tiada habisnya. 

Sebuah perayaan berlangsung dalam dadanya. Kebahagiaan melimpah ruah bagai air bah, menerjangnya dari segala sisi. Kelegaan melapangkan dada Bastian, melepas sebongkah dari begitu banyak beban yang selama ini menghinggapinya.

"Aku tidak akan memaafkanmu," bisik Aeryn. "Kecuali kau menikahiku."

Tawa Bastian kembali lolos dari bibirnya. Dahi mereka saling bersentuhan dan Bastian masih bisa merasakan kehangatan napas Aeryn. Dia mempertemukan bibir mereka sekali lagi; salah satu tangannya menangkup leher Aeryn, sementara yang lain menyusuri helaian rambut cokelatnya.

"Kita akan pilih cincin bersama," janji Bastian, seraya menyelipkan untaian anak rambut Aeryn ke balik telinganya. "Sesuatu yang kau sukai."

Aeryn terkekeh girang. Dia menarik Bastian ke arah kuda, tak sabar ingin pergi ke kota dan memilih cincin pertunangan mereka. Bastian ikut tertawa, memeluk Aeryn sekali lagi.

Jadi, begini rasanya hidup.

≿━━━━༺❀༻━━━━≾

Papa tidak terlalu senang dengan keputusan Cecilia, tapi Dion dan Connor menghela napas lega.

"Artinya, kita akan dapat kesempatan untuk menyeleksi calon suami Cecilia," ujar Connor sambil menyeruput tehnya.

Elm dan Norle merayakan pengumuman itu dengan melahap biskuit di meja lebih rakus dari biasanya.

Cecilia mendengus. "Aku punya penilaian yang baik untuk menyeleksi calon suamiku sendiri." Dia menarik Elm dari meja sebelum naga itu melahap piring. Dion turut melakukan hal serupa pada Norle. Kucing itu kini pindah ke pangkuan Papa. "Selain itu, aku berhasil mengetahui kalau Bastian jatuh cinta pada Aeryn."

"Lalu kau mau apa sekarang?" tanya Papa sembari mengusap kepala Norle.

Semula Cecilia pikir dia akan terbebani dengan keputusan ini. Dia memang perlu memusingkan jodohnya, tapi setidaknya Cecilia tidak akan menyesal karena merebut Bastian dari gadis yang dia cintai.

"Aku akan bekerja di Dragenmore," balas Cecilia sambil menikmati embusan angin musim gugur. "Mengabdikan diriku pada dragenologi dan pada naga adalah sesuatu yang seharusnya kulakukan sejak dulu."

Wajah Papa menunjukkan ketidaksetujuan.

"Boleh, ya, Papa?" Cecilia bertanya penuh harap.

Pria itu memasang wajah tak acuhnya. "Kita lihat saja nanti."

Jawaban tak pasti itu membuat Cecilia mengerutkan bibir.

August berjalan tergesa ke halaman belakang, mendekati meja santai mereka. "Ada surat untuk Master Dion. Dari Qarstone."

Dion berdiri cepat dan langsung meraih surat itu dengan tangan bergetar. Dirobeknya amplop secara tak sabaran. Matanya menelusuri isi surat.

"AKU DITERIMA!" Dion berteriak heboh, mengagetkan Elm. Norle langsung tersentak, membuat Papa ikut kaget. Tanpa menyadari akibat dari perbuatannya, Dion sudah berlari kegirangan mengitari halaman belakang. Dia lalu berlari ke arah Cecilia dan memeluknya erat-erat.

Cecilia tertawa, balas meraih Dion ke dalam pelukannya.

Untuk saat ini, segala sesuatu tampak baik-baik saja. Dan berkatnya, Cecilia bisa sedikit melupakan kenyataan bahwa lawan yang sesungguhnya masih berkeliaran di luar sana.

Satu hal pasti, masalah ini belum berakhir. Nasihat lama Sycamore kembali terulang dalam benak Cecilia.

Jangan menunjukkan rasa takut.

Serang di waktu yang tepat.

Daughter of Naterliva [#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang