Berasa Spy

17 1 0
                                    


Beberapa hari belakang aku udah kayak detektif bayangan. Ninja atau bahkan samurai yang lagi nyamar untuk mendapatkan info target. Aku bahkan udah melengkapi diri dengan teropong jadul peninggalan kak Al pas dia masih SMP. Yang aku ambil dari gudang. Kalau bukan karena masih bagus aku nggak mau repot-repot dimarahin mamah karena obrak-abrik barang-barang antiknya yang kebetulan di simpan ditempat sama.

Tapi, itu semua kebayar dengan adil. Selama pengamatan, aku tau beberapa info penting tentang kak Yoshi. Pertama dia itu orangnya tepat waktu, dia juga Kayaknya suka yoga. Kenapa? karena asisten rumah tangga kak Yoshi beberapa kali aku liat jemur matras yang biasanya dipake buat alas yoga. Ini dugaan aku, tapi ngeliat postur tubuh kak Yoshi mirip ama artis Ariel Tatum. Kebentuk banget gitu (beh, aku akhirnya tau kenapa Javier suka sama Yoshi yang lebih tua dari dia. Mirip Ariel Tatum soalnya).

Aku yakin kalau kak Yoshi suka yoga. Kalaupun bukan yoga. Apapun yang dikerjain anak tunggal tetanggaku itu. Aku bakalan minta diajarin. Soalnya itu satu-satunya alasan biar bisa sering ketemu dan dapetin info buat Javier.

So, dengan rencana matang, sampai mau bosok. Aku kemaren minta bik Lusi buat bikin kue kering.

Merapat kawan-kawan.

Ini rencana.  Aku bakalan pura-pura nganterin kue ke rumah kak Yoshi. Nah, ini mesti hari minggu dan pagi-pagi. Di saat yang pas buat olahraga. Aku harus bisa masuk kerumahnya dan ketemu dia. Pura-pura terpukau sama kebiasaan sehat kak Yoshi. Aku minta di ajarin sama dia. Ini walau pura-pura tapi sebenernya nguntungin banget. Soalnya kalau kak Yoshi setuju. Aku bakalan bisa mempercantik diri gratis, pan aku juga mau deketin neval. Perlu perawatan diri akunya.

Jadi kayak menyelam sambil makan ikan.

Mantap.

Lebih good lagi. Aku tau kalau besok asisten ama ayah kak Yoshi nggak ada di rumahnya. So, rintangan aku ketemu kak Yoshi makin dikit. Aku udah nggak sabar melancarkan serangan. Karena setelah itu aku bakalan ubah target ke bos besarnya. Alias deketin Neval.

"Ngapain kamu?"

Aku nggak tau sejak kapan kak Al ada di teras kamarnya. Yah, aku dari tadi mantau sekitar pakek teropong dari teras kamar yang lantai dua. Sibuk sama imajinasi sendiri. Sampai nggak sadar kalau rupanya kak Al diteras sebelah. Tumben.

"Lagi liat pemandangan sore."

Ini udah sore, dan lumayan bagus juga langitnya. Untuk meyakinkan aku pura-pura pake teropongnya kak Al buat ngeliat langit.

"Kakak udah sering ngeliat kamu di sini beberapa hari ini. Kamu..."

"Kak Al beberapa hari juga aku liatin kok kayaknya udah kepoan deh. Kenapa sih?"

Biarin aku dikata nggak sopan nyela omongan kakak sendiri. Tapi, aku nggak mau kak Al tau apa yang aku kerjain. Jadi, nggak ada cara lain, aku nanya aja pertanyaan yang nggak mungkin banget bakalan dijawab kak Al. Lagian dia juga nggak kepo-kepo amat. Aku cuma mendramatisir.

"Kenapa nggak boleh kepo sama adik kakak sendiri? Boleh kan?"

Aku liat kebawah setelah denger apa yang dibilang kak Al.

Yang barusan jawab aku bukan kak Al kan?

Tolong seseorang bilang ke aku. Orang di samping aku ini siapa?

Nggak habis pikir. Nggak percaya Setengah mampus. Kok bisa kak Al punya jawaban kayak gitu?

Aku yakin seyakin yakinnyaaa~ kalau kak Al yang asli udah jatuh ke bawah dan yang cuma dibatasi tembok setinggi ketiak anak SD di samping aku ini makhluk halus.

Kalau aku nggak lagi ada misi besar. Aku udah mau ikut terjun bareng kak Al. Tapi, aku yang terkejut ini masih sadar diri.

"Kak Al nggak lagi demam kan?"

Cewek Jelek (Nyol)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang