Besok Senin.Malam ini hujan deras...
Seakan mewakili hati aku. Hujan di luar sana bising dan dingin. Saking dinginnya sekalipun aku udah berselimut tebal di atas kasur. Sampe ulu hati pun aku masih merinding.
Yah, walau mungkin penyebabnya bukan hujan di luar sana. Yang jelas sampe tengah malam ini pun aku belum bisa tidur. Kalau biasanya denger suara Guntur kayak dengerin suara bel masuk kelas waktu abis istirahat. Bawaannya panik buru-buru abisin bakso dalam mangkok. Intinya takut.
Bahkan suara guntur yang mengelegar kali ini nggak ngaruh dan bagai angin lalu. Aneh. Tapi perasaan galau Gegana merana dan sengsara kali ini terlalu membuat aku ngefrozen. Membeku.
Aku tahu, sebagai anak manusia yang nggak pernah cukup diberi kasih sayang Ama orang tua. Sekalinya dibaikin, di perhatiin, di kasih kata-kata manis, dan harapan. Langsung melambung tinggi terbang jauh ke atas langit. Ampe lupa kalau jatuh itu sakitnya nauzubillah. Apalagi jatuhnya nggak pakek aba-aba. Tetiba aja udah di bawah. Remuk badan patah hati dan tulang.
Kayak yang aku alami misalnya. Jamal contohnya. Dia bilang ini itu lah. Tapi tadi pagi minggu menjelang siang. Yang aku liat dari cara dia, tingkah dia, ucapan dia. Gimana dia bersikap di depan kak Yoshi. Dengan akrab dan intimnya. Berasa lebih dari saudara. Itu yang aku lihat.
Aku akhirnya lagi-lagi merasakan sakit tak berdarah. Emang harapan itu perasaan paling mematikan. Bodohnya aku. Padahal udah pengalaman cinta bertepuk tangan Ama Neval. Tapi masih aja....
Haaahhh.....
Anak kecil kayak aku banyak banget pikirannya. Bego...
Setelah berjam-jam aku memutuskan.
Aku nggak bisa kayak gini. Besok masih harus sekolah. Telat atau bahkan nggak pergi bukan cara aku. Sekalipun aku ini cewe jelek, alien dan tak dianggap. Aku masih seorang murid SMA yang punya kewajiban untuk nuntut ilmu. Jadi dengan paksa aku merem. Berharap segera tidur.
---------------------
Aku nggak pernah pasang alarm. Karena tiap hari selain hari Minggu kebiasaan aku bangunya emang jam enam pas. Tapi kali ini aku bangun lebih ceper sejam setengah. Karena aku nggak bisa balik tidur lagi aku bangun dan beribadah. Nggak doa macem-macem. Cuma minta dikasih kesehatan fisik dan mental, serta di ampuni dosa ortu juga.
Abis itu aku liat-liat foto Neval. Nggak tau mau mendeskripsikan gimana perasaan aku Ama dia sekarang. Aku juga males untuk terlalu berpikir kayaknya hari ini. So, setelah beresin kamar. Aku langsung turun kebawah. Kali ini aku mau makan dulu baru mandi.
Turun kebawa. Kedapur tepatnya, bi Susi lagi masak nasi goreng. Kebiasaan kalau bik Lusi masak gini buat sarapan itu yang ngeriques kak Al. Pasti anak kesayangan mama itu udah duluan mampir kedapur.
Aku biasanya jugak suka makan nasi goreng. Apalagi bik Lusi gorengin ikan tuna buat lauknya. Kalau yang lain lebih suka ayam atau telor goreng. Cuman kali ini aku skip nasi goreng.
"Eh, non. Kok cuma roti sele sama pisang aja?"
Bik Lusi yang dari awal ngeliat tingkah aku dan nggak ngomong apa-apa akhirnya bersuara pas aku ngeluarin roti bantal sama pisang dua dari kulkas.
"Nggak mau nasi goreng?"
"Oh aku tadi malam kebanyakkan makan nasi bik, jadi masih penuh."
Aku makan biar ada isi perut aja bik. Kan nggak mungkin aku bilang gitu. Bocil rendahan kayak aku mah, kalau ngomongnya ngegalau kan cuman bikin ilfel aja. Beda lah sama rakyat goodloking.
"Oh, gitu. Kalau bibik bontotin mau? Ada ikan tuna goreng. Yang anakkan ini."
Bik Lusi nggak putus asa nawarin aku nasi gorengnya. Walau aku nggak enak nolak. Aku masih harus bilang enggak. Takutnya nggak kemakan. Bisa terbuang sia-sia. Kalau di rumah kan bik Lusi bisa makan atau bawa pulang untuk anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Jelek (Nyol)
Teen FictionIni si Nyol yang selalu tersakiti. Udah comback guys~~~ Emang yah. kalau jadi cewek jelek itu susah. temennya dikit. sukak Ama cowo eh cinta bertepuk sebelah kanan. sering dikhianati. di rumah sendiri malah kayak orang buangan. berasa nggak ada hara...