"Buna, hiks adek gak mau, adek takut", ucap jungwon yang terus saja memeluk bundanya, ia sangat takut Sungguh melihat kedua paruh baya yang menatapnya tajam, mereka sangat marah setelah melihat perbuatan jungwon, dan tentunya tidak habis pikir, bagaimana bisa ia dengan mudahnya melepas infusan dan masker oksigen yang sekarang sedang menjadi penunjang hidupnya.
"Adek gak usah takut, itu kan ayah sama Daddy adek masa takut sih", jawab eunha yang mencoba menenangkan jungwon.
"Mereka kayak mau hiks makan adek", ujar jungwon lagi dan semakin menyembunyikan wajahnya agar tidak melihat kedua muka paruh baya itu.
"Astaga, enggak adek, ayo berbaring dulu, buna temani, tenang aja mereka gak akan nyakitin adek, ada buna", ucap eunha dan akhirnya jungwon mengangguk karena tubuhnya sudah sangat lemas sekarang mungkin efek kecapean.
Setelah melihat jungwon berbaring, seokjin menyiapkan alat yang baru karena yang lama sudah tidak steril lagi mengingat jungwon melempar nya ke arah lantai, setelah semua siap seokjin mengode eunha untuk memeluk jungwon dan jangan biarkan jungwon melihat apa yang seokjin lakukan.
Eunha mengangguk dan langsung saja memeluk jungwon, jungwon tahu apa yang akan di lakukan oleh ayah nya itu makanya ia menerima saja eunha peluk bahkan tangan kanan nya yang masih membengkak menggenggam erat baju eunha agar menyalurkan rasa sakit nya di sana.
"Ahkk", teriak jungwon setelah merasakan sensasi rasa dingin di punggung tangan nya.
"Kok udah teriak aja sih, ayah baru aja kasih alkohol swab", ujar seokjin agak mencibir.
"Alkohol swab nya kayak ada jarum nya, sakit", ujar jungwon mengada-ada, padahal tadi ia hanya kaget, semua yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan pikiran random jungwon.
"Siap-siap ya dek", ujar seokjin mengintruksiksi, jungwon yang mendengar itu segera memejam matanya erat, tidak tahu kenapa saat di tusuk rasanya sakit, tapi saat jungwon melepas nya secara paksa rasanya tidak sesakit itu, padahal kalau ia lepas secara paksa akan keluar darah setelah nya.
"Huaa Buna sakit", teriak jungwon setelah jarum itu menusuk punggung tangan nya, seokjin segera memasangkan banyak perekat karena melihat jungwon sudah mulai memberontak.
"Cup, udah gak usah nangis, cowo kok cengeng", cibir jungkook sembari mengusap rambut hitam panjang jungwon.
"Daddy diem deh, Buna lihat Daddy".
"Jungkook, jangan kayak gitu, nanti tambah nangis anaknya, kalo sampai sesek nafas si adek kamu tidur di luar", ancam eunha yang membuat Jungkook ciut mendengar nya, sungguh eunha tidak pernah main-main dengan omongannya, bahkan ia pernah beberapa kali tidur di ruang tamu karena membuat jungwon menangis, tapi walaupun begitu ia tidak pernah kapok untuk menjahili jungwon, itu seperti kesenangan tersendiri.
"Udah gak usah dengerin Daddy, adek sarapan dulu ya, udah lewat banget nih", eunha mengambil bubur di atas nakas yang masih hangat dan mulai menyuapkan satu sendok sampai bubur di dalam mangkuk itu habis tidak tersisa.
"Sakit gak dadanya?", Tanya seokjin.
"Enggak", jawab jungwon acuh tak acuh.
"Jangan bohong adek, ayah ini dokter loh".
"Iya iya sakit, cuma sedikit doang tapi", ujar jungwon yang akhirnya memberitahu apa yang ia rasakan, tidak ada gunanya kalau berbohong di rumah sakit, pasti akan ketahuan.
Seokjin menghela nafasnya, ia melepaskan dua kancing paling atas jungwon dan menempelkan stetoskop di sana, dan ya lagi-lagi ia menghela nafasnya.
"Adek dengerin ayah ya, adek diem dulu di atas brankar sampai makan siang nanti, Jangan bergerak ya, jangan coba-coba buat ngelepas paksa infus sama masker oksigen nya, bisa?".
KAMU SEDANG MEMBACA
ADEK
Teen Fictionbagaimana keseharian sunoo, Jungwon dan juga Riki yang sangat rusuh. Ft heeseung, Jay, Jake, sunghoon.