TWELVE

1.7K 161 26
                                    

Jungwon masih saja sesegukan di pangkuan jimin, ia benar-benar takut kalau tadi ia di periksa bisa saja sekarang ia sudah berada di rumah ayah nya itu dengan infus yang pastinya sudah menancap di salah satu punggung tangan nya.

"Adek mau sama father aja di sini ya", ujar jungwon memelas.

"Gak dek, pulang sama ayah sekarang", bukan nya jimin yang menjawab melainkan seokjin, amarah nya benar-benar memuncak sekarang, tidak tahu kenapa.

"Hiks gak mau, adek gak mau hiks mau sama father aja", ujar jungwon yang semakin kencang menangis.

"Baiklah, adek sama father di sini, shutt jangan menangis lagi ya sayang, nanti dada nya bisa sakit", jawab jimin menenangkan, jungwon mengangguk dan berusaha menghentikan tangisannya.

"Adek mau bobo, ayo kita ke kamar, adek gak mau di sini", ucap jungwon setelah tadi sedikit mengintip ke arah ayah nya yang menatap nya dengan tatapan yang tidak bersahabat.

"Oke ayo kita bobo", ujar jimin dan langsung bangkit dari duduknya dengan jungwon yang berada di gendongannya, tidak lupa ia juga mengode Seokjin agar lebih tenang.

Jimin menaiki lift menuju ke kamar jungwon yang memang ada di rumah nya, ia menaruh jungwon di kasurnya dan memeluk tubuh mungil itu dari samping tidak lupa mengusap dada jungwon pelan, "jantung sayang kamu jangan nakal ya, kasian adek, ngerasain sakit mulu setiap kamu nakal", ujar jimin seakan ia berbicara kepada jantung jungwon.

"Dia udah gak suka nakal lagi kok, jantung nya sudah baik sama adek", ujar jungwon dengan senyuman manis nya.

Jimin mengulas senyum tipis, "kalo jantung nya nakal lagi, langsung kasih tau father ya dek, nanti father marahin", ucap jimin tulus.

"Iya nanti langsung adek kasih tau father kalo dia nakal lagi".

"Yaudah sekarang bobo", jungwon mengangguk semangat dan langsung menutup matanya, dan benar saja tidak lama dari itu jungwon sudah masuk ke dalam alam mimpinya, jimin tersenyum tipis dan memperbaiki selimut jungwon hingga menutupi tubuh itu sampai batas dada, dan tidak lupa menyesuaikan suhu ruangan nya agar jungwon tidak kedinginan.

Jimin keluar dari kamar jungwon dan menghampiri Seokjin yang masih saja duduk di ruang tamu, sedangkan Sunghoon dan jake mungkin sudah pergi ke kamar jake untuk bermain.

Jimin duduk di sebelah Seokjin yang raut mukanya masih tersirat rasa kemarahan, "kak lo kenapa si?, gak biasanya kayak gini?", tanya jimin bingung, karena tidak biasanya Seokjin marah kepada jungwon sampai seperti ini.

Seokjin menghela nafas nya pelan, benar ada apa dengan dirinya hari ini, "gua cuma banyak pikiran aja", jawab Seokjin pelan.

"Gak mungkin cuma itu aja, gua juga banyak pikiran tapi masih bisa ngendaliin emosi gua ke adek, dari kita bertiga lo paling sabar kak, cerita semuanya ke gua, biar lo lebih tenang", ujar jimin yang seakan tidak percaya kalau itu adalah alasan nya.

"Gua cuma khawatir aja jim, gua yakin adek pasti sering nutupin semua rasa sakitnya, gua cuma takut kalau semua nya makin parah, makanya tadi gua maksa buat periksa adek".

"Gua tau perasaan lo, tapi jangan kayak gini lagi ya, gua tau perasaan lo yang mungkin takut kehilangan adek, gua juga takut kak", ujar jimin, jadi sebenernya sebelum ada nya Sunghoon Seokjin sempat mempunyai anak laki-laki tapi saat anaknya baru menginjak dua tahun anak itu meninggal dengan penyakit yang hampir sama dengan jungwon.

"Makasih ya jim, gua mau periksa adek boleh gak, mungkin gua mau ngasih suntikan buat nambah imun nya aja, gua yakin dia sempet kambuh tadi di sekolah", ujar Seokjin meminta izin.

"Pelan-pelan aja ya kak", Seokjin mengangguk dan segera pergi ke kamar jungwon.

Seokjin masuk dengan tenang, ia duduk di sebelah jungwon dan mengusap rambut jungwon sayang, "maafin ayah ya dek, ayah cuma khawatir sama adek", ujar Seokjin menyesal.

ADEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang