Tubuh Zeline meriang, sekujur tubuhnya sangat sakit. Namun, ia masih bisa bangun. Zeline dengan hati-hati bangun mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Tak butuh lama Zeline pun keluar, ia langsung memakai pakain sekolahnya. Zeline bukan perempuan lemah, ia sangat tangguh oleh itu sakit meriang bukan apa-apa bagi Zeline.
“Selamat pagi, Nak Zeline. Sarapan sudah Mbak siapin.”
Zeline mengangguk seraya sedikit tersenyum kepada Mbak Narti. Ia duduk di kursi dengan meja besar di hadapannya. Miris sekali, ia sangat rindu dengan keluarganya dulu. Setiap pagi pasti akan melakukan ritual sarapan di meja besar ini. Tapi, itu dulu kini hanya dirinya seorang.
“Mbak, hari ini Zeline libur dulu les privatnya.”
Mbak Narti yang sibuk membersihkan ruang tamu langsung saja menghentikan aktivitasnya.
“Gimana yah, Mbak bingung. Soalnya hari ini Ibuk sudah balik, kalau Ibuk tahu Nak Zeline libur pasti Ibuk marah.”
Zeline mengangguk sambil mengunyah nasi goreng di dalam mulutnya. Zeline pikir hari ini ia akan bebas, ternyata tak ada hari buat dirinya meresakan hal itu.
“Nak Zeline kenapa? Sakit?” tanya Mbak Narti melihat wajah Zeline hari ini nampak sedikit pucat.
Zeline mengambil segelas susu langsung meneguknya habis. Mengambil potongan roti bakar lalu menghampiri Mbak Narti.
“Zeline hanya sedikit kecapean. Zeline berangkat ya, Mbak.”
“Iya, hati-hati Nak Zeline.”
Mbak Narti menatap punggung Zeline yang kian menghilang di balik pintu besar, ia sedikit menggeleng lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
***
Hari ini Zeline pergi ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku untuk ia pelajari di les privatnya. Mamanya itu percuma memberikan banyak buku tebal, namun tak lengkap bagi Zeline.
“Halo, selamat pagi Zeline.”
Zeline sedikit mengangguk ketika Pak Kim menyapanya. Pak Kim adalah petugas perpustakaan yang sangat baik, beliau juga sangat ramah.
“Pak Kim, sudah ada buku yang kemarin saya cari?”
Pak Kim mengangguk seraya tersenyum manis. Pak Kim sendiri asli orang korea, Zeline dengar-dengar Pak Kim sudah lama menetap di Indonesia. Dibuktikan juga dengan Pak Kim sangat lancar berbahasa Indonesia. Seperti orang korea pada umumnya, Pak Kim memiliki mata sipit dan berkulit putih.
“Baru saja dikembalikan, ada beberapa buku yang saya ingin tunjukkan pada kamu Zeline.”
Zeline mengangguk mengikuti Pak Kim dari belakang. Zeline sedikit kaget karena ada rak baru.
“Buku ini khusus untuk Matematika. Kata Mama kamu, nilai kamu turun bahkan rangking kamu juga ikut turun.”
Pak Kim membuka salah satu rak kaca di hadapannya lalu mengambil beberapa buku untuk diberikan kepada Zeline.
“Buku ini sangat lengkap, kamu bisa mempelajarinya secara perlahan.”
Zeline mengangguk lalu mengambil buku itu dari tangan Pak Kim.
“Terima kasih banyak, Pak Kim.”
“Jangan sungkan, jika kamu memerlukan buku lagi cari saja saya atau Bu Komang.”
Setelah meminjam beberapa buku Zeline kembali ke kelas. Teman-temannya asik bercanda gurau, tidak dengan Zeline yang harus sibuk terus menerus untuk belajar.
“Zeline.”
Zeline menatap Afifah yang memanggilnya. Perempuan berjilbab putih itu sangat cantik, ramah tamah dengannya. Dengan senyum manisnya, siapa saja yang melihat senyum Afifah pasti merasa tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTOPHILE : Mental Health ✔
Teen FictionAku bukan Anisa! Aku adalah Zeline. Zeline Laiba bukan Anisa Laiba. Kita saudara, tapi kita tak sama. Diamku bukan aku takut, melainkan aku malas meladeni semua kemauanmu. Aku adalah aku, bukan Anisa atau yang lainnya. Paham? Zeline hidup dalam ma...