—13 April 2022—
“ZELINE!”
Merry berteriak memanggil nama putrinya, sebuah kertas putih ia lempar tepat pada wajah Zeline. Sontak si empu kaget, lalu mengambil selembar kertas putih yang berada tepat di hadapan kakinya.
Nilai Matematikanya sangat rendah, pantas saja Mamanya marah. Hampir sempurna memang nilainya, hanya saja nilai matematika sangat mengganggu penglihatan Mamanya itu.
Zeline mengangkat ujung bibirnya, lalu memutar bola matanya malas. Sebuah wejangan akan ia dengar beberapa detik lagi.
“Kenapa nilai Matematika kamu bisa turun Zeline?!”
“Les private masih kurang buat kamu?”
“Kenapa kamu sangat berbeda dengan Anisa? Lihat dan contoh Kakakmu itu!”
Zeline bersedekap dada, menatap Mamanya lekat. Entah ia benci atau kecewa pada Mamanya. Tapi, Zeline sangat menyayangi wanita paruh baya di hadapannya saat ini.
“Aku bukan Anisa! Aku adalah Zeline. Zeline Laiba bukan Anisa Laiba.”
Zeline berujar dengan nada datar. Merry tak lepas dari tatapan putrinya, ia memberikan tatapan tajam kepada Zeline.
“Kita saudara, tapi kita tak sama.”
“Diamku bukan aku takut, melainkan aku malas meladeni semua kemauanmu.”
“Aku adalah aku, bukan Anisa atau yang lainnya. Paham?”
Zeline langsung memutar badannya, melempar kertas putih itu di sofa. Ia langsung menaiki anak tangga secepat mungkin agar segera sampai di kamarnya. Entahlah, ia durhaka atau tidak telah melawan Mamanya sendiri.
“ZELINE!”
“ZELINE BERHENTI!”
“MAMA BELUM SELESAI BERBICARA ZELINE LAIBA!”
Merry terus berteriak memanggil nama putrinya. Namun, Zeline terus melangkah menaiki anak tangga menghiraukan panggilannya.
“Anak itu sangat berbeda sekali dengan Anisa.”
***
Cerita baru kembali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTOPHILE : Mental Health ✔
Fiksi RemajaAku bukan Anisa! Aku adalah Zeline. Zeline Laiba bukan Anisa Laiba. Kita saudara, tapi kita tak sama. Diamku bukan aku takut, melainkan aku malas meladeni semua kemauanmu. Aku adalah aku, bukan Anisa atau yang lainnya. Paham? Zeline hidup dalam ma...