16. Autophile

18 3 0
                                    

Anisa masih menangis, permintaan Merry sulit untuk dikabulkan. Terakhir bertemu dengan Fajar 7 bulan yang lalu, saat kandungannya menginjak 2 bulan. Kalimat terakhir yang dilontarkan laki-laki itu bahwa ia tidak mau bertemu lagi dan memutuskan hubungan secara sepihak. Dan tentu Fajar tidak mau bertanggungjawab.

“Ma, aku mohon biarkan aku sendiri yang merawat anakku. Fajar sudah pergi. Dia tidak mau bertanggungjawab,” kalimat terakhir diucapkan dengan nada yang sangat pelan.

Merry menatap tajam Putrinya yang sejak tadi tidak berhenti menangis. Rasa kasihan pasti ada, tapi rasa kecewa lebih besar dihatinya.

“Jika laki-laki itu tidak mau mempertanggungjawabkan anak yang kamu lahirkan, Mama akan bawa ke jalur hukum Anisa!” Merry cukup menguras tenaga jika berbicara dengan Anisa sekarang.

“Kekuasaan Mama lebih besar ketimbang laki-laki itu. Jabatannya sebagai polisi tidak mencerminkan sekali dengan profesinya.”

Merry sejak awal sudah menduga bahwa Fajar bukanlah laki-laki baik. Walaupun Fajar adalah seorang Polisi bukan membuat Merry kagum atau hal yang semacamnya. Ia tidak pernah melihat seseorang dari segi manapun, jika baik luar dalam pasti ia sangat setuju.

Please, Ma! Aku mohon. Ini permintaan terakhir Nisa, biarkan Nisa yang merawatnya tanpa adanya Fajar.” Anisa sangat memohon membuat Merry tidak habis pikir, kenapa Putrinya sangat melindungi Fajar?

“Kamu takut karena dia Polisi?” Anisa menggeleng, dia bukannya takut dengan Fajar melainkan ancaman yang diberikan oleh Fajar.

“Lalu kenapa kamu sangat melindunginya? Bahkan melarang Mama untuk membawanya ke jalur hukum?” Pertanyaan yang terus Merry lontarkan kepada Anisa membuat putrinya sulit untuk menjawabnya dengan jujur.

Anisa lupa bahwa Mamanya seorang Pengacara. Mamanya pasti akan membawa kejadian yang telah menimpa dirinya ke jalur hukum.

“Nisa gak bisa menjawabnya, tapi mohon ini permintaan terakhir Nisa. Lupakan dia dan Nisa bakalan fokus merawat dan membesarkan Cleo,” ujar Anisa kembali memohon dengan wajah melasnya.

Cleo?” gumam Merry.

Anisa mengangguk, “Iya, Cleo. Nama cucu Mama.”

Cucu?

Bahkan Merry tak menyangka dirinya sekarang sudah menjadi Nenek. Merry menghela napas panjang, pusing di kepalanya semakin dihantam oleh balok kayu.

“Jujur Mama sangat kecewa sama kamu. Jangan biarkan masalah ini bocor ke Wartawan dan awak media. Jika bocor kamu tahukan apa yang terjadi?”

Anisa mengangguk mantap, lalu memeluk Merry dengan erat. Merry tak membalasnya karena hatinya masih diselimuti oleh rasa kecewa.

Di balik pintu Imel tersenyum senang. “Karena rencanaku gagal kemarin, sekarang aku yakinkan rencana ini akan berjalan dengan mulus.” Imel nampaknya sangat bahagia melihat keluarga Merry ditimpa masalah.

***

Kehadiran Ojo membuat semua teman-temannya mengajukan beberapa pertanyaan kenapa dirinya kemarin tidak sekolah. Laki-laki dengan wajah meneduhkan itu menghela napasnya sejenak.

“Kakakku meminta untuk pindah sekolah tanpa alasan.”

“Pindah?!” ujar Leo dan Selen bersamaan.

Ojo mengangguk lesu, namun akhirnya ia tidak jadi untuk pindah karena alasannya satu semester lagi akan lulus. Sudah ratusan kali dibantah oleh sang Kakak, namun Ojo tetap dengan pendiriannya. Bahkan alasannya yang pertama yaitu tidak mau meninggalkan teman-temannya.

AUTOPHILE : Mental Health ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang