15. Autophile

15 4 0
                                    

Seminggu berlalu kini Merry sudah diperbolehkan untuk pulang. Namun, dalam pengawasan Dokter. Merry akhirnya mau untuk melakukan Fisioterapi demi kesembuhannya, membuat Zeline senang.

“Mama butuh apa? Biar Zeline ambilkan,” ujarnya dengan semangat.

“Mama pengen sendirian, kamu boleh keluar.” Rasa sakit di area mulutnya sudah semakin membaik, tetapi jika banyak bicara membuatnya sedikit pegal dan nyeri.

“Nanti kalo pengen apa-apa panggil Zeline aja ya, Ma.”

Merry menggeleng menatap putrinya dalam. “Ada Mbak Narti. Kamu fokus belajar saja, jangan bolos dari les privat. Seminggu lebih kamu bolos, kini saatnya fokus belajar.”

Zeline menghembuskan napasnya kasar. Ia keluar begitu saja dan bertemu dengan saudara tiri Mamanya yang pertama.

“Apa kabar Zeline Laiba?” sapa Imel— Kakak tiri Merry beda Ayah.

Sedikit informasi mengenai keluarga Merry. Merry mempunyai dua Kakak beda Ayah. Imel Virda Vaigorz— anak pertama dari Aliya dengan Sinanta Oldap Vaigorz lalu anak kedua bernama Gilang Vaigorz. Saat usia 10 tahun Imel dan Gilang ditinggalkan oleh sang Ayah karena mengidap penyakit Diabetes. 2 tahun kemudian Aliya menikah lagi dengan Yoga Adipati dikaruniai seorang putri cantik bernama Merry Adipati.

Merry menikah dengan Hanu Laiba dan kini namanya menjadi Merry Adipati Laiba. Namun sering kali dikenal Merry Laiba oleh kalangan Pengacara. Mereka memiliki dua putri cantik bernama Anisa Laiba dan Zeline Laiba. Usia anak mereka terpaut 9 tahun, saat usia anak kedua mereka Zeline berumur 17 tahun Yoga Adipati meninggal dunia.

Zeline hanya menatap Imel sebentar lalu tanpa menjawabnya ia pergi begitu saja, membuat Imel menggeram dalam hati.

“Ah anak tak berguna itu sama seperti dulu. Masih tak menyukai keberadaanku,” gumam Imel.

Raut wajahnya langsung berubah ketika Merry menatapnya. Ia langsung bersedih menghampiri adik tirinya.

“Halo adikku tersayang, maafkan aku. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga aku baru saja bisa menjengukmu,” ujarnya dramatis.

Merry menyunggingkan senyumannya ke atas lalu ingin memeluk Imel. “Tidak perlu minta maaf, Kak.” Setelah pelukan mereka terlepas Imel berpura-pura terkejut. “Kenapa dengan kakimu?” tanyanya lalu duduk seraya mengelus kaki Merry yang terbalut perban coklat.

“Ah itu, kakiku mengalami kelumpuhan. Tapi, bisa sembuh dengan menjalani fisioterapi.”

“Aku turut berduka ya, Mer. Karena aku datang terlambat bolehkah aku menginap di sini beberapa bulan ke depan? Anggap saja aku menebusnya,” ujar Imel seolah-olah ingin melepas rindu.

Tanpa pikir panjang Merry mengangguk. Imel seorang janda, diusianya yang kini memasuki kepala empat dirinya masih sendiri. Ia hanya menyibukkan diri untuk bekerja, tanpa pernah berhenti. Dan sekarang entah apa alasannya ia ingin tinggal dikediaman Merry.

“Memudahkanku untuk mengirimmu ke sisi Tuhan.”

Seringaian licik muncul di wajah Imel saat dirinya tak bertatapan dengan Merry.

***

Selama dua bulan Merry fokus menjalani fisioterapi dan usahanya mendapatkan hasil. Kini Merry sudah bisa berjalan dengan lancar dan normal. Dan dua bulan lebih juga suami dan anaknya belum menampakkan diri mereka.

“Kali ini jangan halangi aku untuk menemui Hanu. Dari kecelakaan dan kini sampai sekarang kamu sembuh Hanu dan Anisa belum menampakkan dirinya.”

Gilang sangat marah, jika bukan karena permintaan adiknya untuk tidak menghubungi Hanu dan Anisa ia pastikan akan menyeret mereka berdua untuk pulang.

AUTOPHILE : Mental Health ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang