Pagi-pagi buta para Wartawan sudah ada dikediaman rumah Pengacara terkenal Merry Laiba. Nampaknya, mereka tidak lelah untuk mencari informasi baru tentang masalah keluarga Merry Laiba.
Seperti kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga yang sedang viral pada akhir-akhir ini. Tidak hanya itu kasus pembunuhan berencana yang direncanakan oleh salah satu Jendral Polisi juga bahkan lebih viral. Banyaknya masalah di Negara tercinta kita membuat para Wartawan memanfaatkan keadaan untuk menggali informasi lebih dalam lagi.
“Sial, mereka pagi-pagi buta sudah ada di sini.” Merry kembali menutup tirai jendala yang membentang tinggi di hadapannya.
“Sudahlah, ayo kita sarapan dulu.” Alya menyuruh semuanya untuk sarapan di meja makan.
Setelah acara makan selesai, Zeline, Nenda dan Nanda berpamitan untuk pergi ke sekolah.
“Jangan lewat pintu depan, semasih ada mereka kalian bertiga pergi ke sekolah lewat pintu belakang,” ujar Merry menatap Zeline, Nenda dan Nanda bergantian.
“Kita jalan kaki?” tanya Nanda menatap Tantenya polos.
“Ikut saja dengan Zeline,” jawabnya tanpa menatap lawan bicara.
“Apa tidak bahaya bagi mereka Mer?” tanya Jenny.
“Sudah ada Zeline, Kak. Tidak perlu khawatir, aku percaya dia bisa menjaga anak-anakmu.”
Zeline mengangguk mantap memberikan isyarat kepada Jenny bahwa tidak perlu khawatir.
“Hati-hati sayang,” ujar Jenny mencium anaknya satu persatu.
“Nana berangkat!” teriak Nanda kencang sambil berlari mengejar Zeline.
***
Mereka sampai di sekolah dengan menggunakan taksi. Zeline pun tidak mau lagi naik Bus, takut kejadian dulu terulang lagi.
“Lo liat berita kemarin gak?!”
“Yang mana anjir? Kasus kdrt itu?”
“Bukan!”
“Kasus pembunuhan berencana itu?”
“Bukan!”
“Terus yang mana bangsat?!”
Zeline berdiam diri di depan pintu kelas. Suara Leo dan Selen sangat terdengar jelas sehingga ia memutuskan untuk tetap di sini sampai mereka selesai berbicara.
Leo melihat sekeliling kelas, aman karena masih pagi. Pintu kelaspun tertutup dengan sangat rapi.
“Bapaknya si Zeline ngehamilin anaknya yang pertama!”
Deg
Tubuh Zeline menegang seketika, sudah pasti berita tentang keluarganya menyebar dengan luas bahkan se Indonesia tahu.
“Serius lo? Jangan ngadi-ngadi anjir. Kalau Zeline denger bisa dikebiri lo!” ujar Selen memastikan.
“Gak boong gue, sumpah. Liat aja tuh di youtube, tiktok udah viral.”
Dengan cepat Selen mengambil ponselnya di dalam tas. Apa yang dibilang Leo tadi ternyata tidak bohong.
“Lo diem ya kalo ada Zeline. Mulut lo jang—”
Brak!
Pintu kelas terbuka dengan kencang, memotong ucapan Selen dan keduanya terkejut melihat Gale masuk ke dalam kelas dengan sok cool.
“Bangsat! Untung gue gak punya penyakit,” ujar Leo memegang dadanya, dramatis.
“Gale, lo bisa gak sih buka pintu pelan-pelan?” Selen menatap Gale garang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTOPHILE : Mental Health ✔
Teen FictionAku bukan Anisa! Aku adalah Zeline. Zeline Laiba bukan Anisa Laiba. Kita saudara, tapi kita tak sama. Diamku bukan aku takut, melainkan aku malas meladeni semua kemauanmu. Aku adalah aku, bukan Anisa atau yang lainnya. Paham? Zeline hidup dalam ma...