5. Mau tidak mau

40 17 0
                                    

SELAMAT PAGI, SIANG, SORE, MALAM, TENGAH MALAM, SUBUH.

MAKASIH MASIH BACA CERITA INI. MOHON DIKOREKSI BILA ADA PENULISAN YANG SALAH.

HAPPY READING

"AAAARRRGHH" teriakan wanita itu menggema di dalam ruangan tertutup, siapa lagi kalau bukan Adira. Wanita itu dibuat pusing dengan Sarga yang kabur entah kemana, sedangkan anak buahnya yang bodoh belum juga menemukan bocah sialan itu.

"Kenapa anak buah kamu ga ada yang becus sih mas cari anak itu." kesalnya lalu mendudukkan pantatnya dengan kasar di atas permukaan sofa.

"Tenang aja sayang, anak itu ga bakal pergi jauh. Ga ada yang bisa bantuin dia." balas Adinata.

"Pokoknya ga mau tau, anak kamu dan berkas-berkas itu harus segera di bawa ke pengacara istri kamu biar masalah ini selesai."

Berkas-berkas yang dimaksudkan adalah seputar warisan yang diberikan oleh Sania__ibu Sarga, kepada anak keduanya itu.

Beberapa minggu sebelum kematiannya, Sania telah mengurus berkas-berkas terlebih dahulu agar Sarga mempunyai kebebasan nantinya dengan menggunakan harta yang diberikannya.

Adira dan Adinata sudah sering kali membawa berkas kepada pengacara Sania beserta tanda tangan Sarga, tentu saja itu palsu.

Sang pengacara tidak menerimanya jika tidak melihat secara langsung Sarga sendiri yang menanda tanganinya, itu juga yang disampaikan oleh mendiang Sania ketika mereka bertemu


***


Bruk

Sarga tumbang, ia tidak bisa lagi menahan rasa pusing di kepalanya. Terakhir ia hanya mendengar suara Reva menyuruhnya untuk bangun, setelahnya semua menjadi gelap entah apa yang terjadi padanya setelah ini.

"Eh, eh, eh" panik Reva saat Sarga tiba-tiba saja terjatuh di atas lantai. Gadis itu langsung berlari ke arah Sarga dan mengguncangkan tubuh cowok itu guna membangunkannya.

"Sarga! Sarga bangun!" teriaknya

Karena tak ada respon sama sekali, Reva beralih menatap Bara yang masih duduk santai di sofa sambil mengunyah permen karetnya.

"Kak bantuin dong, jangan diem aja." ucap Reva saat mendapati kakaknya itu belum ada tanda-tanda untuk menolong Sarga secepat mungkin.

Dengan susah hati, Bara bangkit lalu berjalan ke arah mereka. Ia mengambil posisi jongkok dan membelakangi Reva. Bara menepuk pundaknya dua kali, mengerti dengan isyarat yang diberikan, dengan cepat Reva membangunkan tubuh Sarga lalu segera meletakkannya di punggung Bara.

Bara bangkit lalu membawa Sarga ke kamar tamu yang berada di lantai satu rumahnya.

Sekarang mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela. Bara harus menerima keberadaan Sarga di rumahnya. Walaupun ia tidak bisa sepenuhnya mempercayai anak itu tapi ia akan menerimanya untuk di rawat beberapa hari, dilihat kondisi fisik Sarga yang sangat parah tidak memungkinkannya untuk melakukan hal-hal berbahaya.

"Gue mau lanjut tidur, lo urusin tuh." ucapnya lalu melenggang pergi. Reva kira kakaknya itu hanya berpura-pura ternyata ia memang kembali naik ke lantai atas, dan kini waktunya yang harus menonton drama kesukaannya sambil menyeruput minuman yang di belinya tadi harus dibatalkan karena ia kedatangan tamu tak diundang, ah bukan, dia yang membawa tamu kerumahnya sendiri, untung saja Bara masih ada rasa simpati menerima Sarga.

SARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang