SELAMAT PAGI, SIANG, SORE, MALAM, TENGAH MALAM, SUBUH.
MAKASIH MASIH BACA CERITA INI. MOHON DIKOREKSI BILA ADA PENULISAN YANG SALAH.
HAPPY READING
Ddrrrrt
Ddrrttt
Reva terbangun saat merasakan getaran ponselnya yang ia letakkan di bawah bantal.
Bukannya mengangkat panggilan telepon, gadis itu terlebih dahulu melihat jam yang tertera di sana.
06.00
Siapa yang menghubunginya di hari minggu ini, pagi-pagi pula, tidak ada kerjaan sekali. Reva membiarkannya dan kembali tertidur. Tapi belum juga dua menit ponselnya kembali bergetar, itu penelpon yang sama pasti.
"Hmm." gumamnya meletakkan ponsel itu di telinganya.
"REVAAAA, BANGUUNNNN!" teriak suara di seberang sana membuat Reva bangun seketika dan menggosok telinganya yang terasa berdengung karena teriakan itu.
Kalian tahu pelakunya siapa?
ALBARA SANJAYA
Jika membunuh saudara sendiri itu tidak akan membuatnya di penjara maka gadis itu sudah lama membunuh manusia satu itu.
Reva lalu bangkit dan segera berlari keluar kamar untuk memberikan hadiah kepada Bara karena sudah mengganggu tidurnya.
Brakk
Reva menendang pintu kamar Bara jika saja tidak ada sistem keamanan ini sudah dipastikan ia menerobos masuk dan segera mengamuki orang itu.
"KAK BARA, BUKAAA." teriaknya memukul-mukul pintu di hadapannya.
Ting Ting ting Ting
Terdengar suara tandanya Bara memasukan sandi agar pintu bisa terbuka, dan pintu pun terbuka hanya sedikit, hanya mata cowok itu yang terlihat.
"Keluar lo." ucap Reva dengan bantal yang sudah siap di tangannya.
Kini Bara membuka pintu lebar-lebar, begitu ia keluar Reva dengan cepat memukul tubuhnya dengan bantal yang sudah gadis itu siapkan.
Bara melindungi dirinya dengan tangan agar bantal itu tidak tepat mengenai wajahnya yang tampan paripurna ini, itu kata Bara sendiri, kalau kata Reva, Bara itu sangat mirip dengan hewan yang ada di kebun binatang, suka bergelantungan di atas pohon dan penyuka pisang.
"Iya iya, maaf. Udah dong mukulnya." teriak Bara memohon agar Reva tidak terus memukuli dirinya.
"Kurang kerjaan banget lo, nelfon gue jam segini." ucapnya berkacak pinggang, gadis itu membenarkan rambutnya yang sedari tadi sudah bermekaran bagaikan bunga.
"Gapapa, gabut aja gue." jawab cowok itu enteng.
"Gabutmu sangat meresahkan wahai kakak ku yang paaaaaliiiiingggg ... "
"Paling ganteng pasti." tebak Bara dengan senyum di wajahnya, tangannya menyisir rambutnya ke belakang bergaya ala-ala artis ternama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SARGA
Teen FictionSarga berusaha merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya dari orang-orang licik yang merebutnya. Namun itu semua butuh bantuan serta dorongan dari orang lain. Namun dia di sini, berdiri, seorang diri. Apa ada yang bersedia membantunya?