1. Kehilangan

109 28 0
                                    

SELAMAT PAGI, SIANG, SORE, MALAM, TENGAH MALAM, SUBUH.

MAKASIH MASIH BACA CERITA INI. MOHON DIKOREKSI BILA ADA PENULISAN YANG SALAH.

HAPPY READING

Roda brankar dan lantai rumah sakit saling beradu, empat orang perawat mendorong brankar itu dengan cepat, sementara di sisi kanan ada seorang anak lelaki yang sudah menumpahkan air matanya sejak tadi.

"Mama bangun." ucapnya terisak, hatinya terasa dihantam oleh batu yang besar kala melihat kondisi sang mama.

Pintu IGD terbuka otomatis membuat keempat perawat itu langsung masuk, kecuali anak lelaki tadi, ia tidak diperbolehkan masuk dan hanya menunggu di luar saja.

Dirinya tidak bisa tenang sekarang, pikirannya kacau, bagaimana jika mamanya tidak selamat? Tidak, tidak, jauhkan pikiran seperti itu dari otaknya, mamanya pasti bisa selamat.

Anak itu mondar mandir di depan ruang IGD, duduk pun hanya seperkian detik lalu kembali berdiri dan mengintip apa yang tejadi di dalam sana lewat kaca pintu berukuran kecil, menggigit kuku jarinya dengan gelisah, kenapa pintu itu tak kunjung terbuka juga?

"Sarga!" panggil seorang pria

Anak itu berbalik, perasaannya kini campur aduk, antara sedih karena kondisi mamanya. Di satu sisi ia marah, bagaimana bisa pria itu datang setelah apa yang diperbuatnya?

"Ngapain kesini?" tanyanya datar.

"Jangan kurang ajar kamu, saya papa kamu." ucap pria bernama Adinata.

Sarga menyinggungkan bibirnya, apa katanya? Papa? di mana letak seorang papa yang selalu memukuli anaknya? di mana letak seorang papa yang selalu bertindak semena-mena terhadap anaknya sendiri? Jika diperlihatkan, sudah banyak luka yang Sarga terima akibat pria itu.

"Kalau mama saya kenapa-napa, kamu ga saya anggap sebagai papa lagi." ancamnya menunjuk pria yang masih berstatus sebagai papanya.

Ting

Pintu IGD terbuka lebar, seorang dokter wanita dan dua perawat di sampingnya keluar dari ruangan. Sarga yang masih marah dengan Adinata melupakannya sejenak, ia beralih mendekati dokter itu.

"Mama saya kenapa Dok?"

"Mama saya baik-baik aja kan?"

"Dokter ngomong dong, jangan diem aja."

"Dokter, mama saya ga kenapa-napa kan?"

Pertanyaan bertubi-tubi Sarga berikan kepada Dokter wanita itu. Wanita dengan setelan jas berwarna putih itu menghela nafas panjang lalu menggelengkan kepalanya.

Sarga tahu maksudnya tapi Sarga tidak akan percaya begitu saja tanpa adanya bukti.

"Maksud Dokter apa?"

Dokter itu terdiam lalu mendekati Sarga dan menepuk pundak anak lelaki itu dengan lembut.

"Yang sabar ya, mama kamu udah tenang sekarang."

Hati Sarga benar-benar hancur, dunianya sudah pergi meninggalkannya. Hatinya serasa ditikam oleh pisau yang tajam. Rasa sakitnya sekarang lebih menyiksanya dibanding ketika Adinata memukulinya.

Sarga terduduk dengan lemas, ia tidak tahu harus bagaimana, satu-satunya orang yang paling disayangnya sudah pergi meninggalkannya.

Sorot matanya lalu beralih kepada Adinata dengan ekspresi biasa di wajahnya, tidak sama sekali menunjukkan raut wajah sedih karena kehilangan istrinya.

SARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang