SELAMAT PAGI, SIANG, SORE, MALAM, TENGAH MALAM, SUBUH.
MAKASIH MASIH BACA CERITA INI.
MOHON DIKOREKSI BILA ADA PENULISAN YANG SALAH.HAPPY READING
Sarga terbangun dengan bantuan sinar matahari yang masuk menembus jendela. Sarga segera membereskan tempat tidurnya.
Nola masuk setelah tiga ketukan di balik pintu, "Sarga, ayo, sarapan dulu." ajak Nola.
Mereka berkumpul di meja makan berbentuk persegi dengan banyak makanan tertera di atasnya. Riyan merasa senang melihat istrinya yang begitu antusias mempersiapkan semua ini. Ini juga pertama kalinya Nola memasak makanan sebanyak ini.
"Sarga, ayo dimakan." Nola mendekatkan semua makanan ke arah Sarga. Sampai melupakan piring suaminya yang masih kosong.
Dengan dehaman kecil, Nola tersadar dan segera mengambilkan nasi serta lauk pauk untuk Riyan. Hal yang sama dia lakukan untuk Sarga.
Sarga menatap makanan di hadapannya. Apa benar ia boleh makan ini? Apa orang-orang ini bisa Sarga anggap sebagai keluarganya sekarang?
"Kenapa? Kok nggak dimakan?" tanya Nola.
"Nggak Bu, ini Sarga mau makan." balasnya lalu menyantap masakan Nola.
Nola menatap gerakan mulut Sarga mengunyah masakannya membuat wanita itu menunggu reaksi Sarga tentang masakannya.
"Gimana? Enak nggak?" tanya Riyan mewakili istrinya.
"Iya. Makasih ya, Pak, Bu." balas Sarga tersenyum.
Beberapa menit berlalu, tiga orang sudah mengisi perutnya masing-masing. Setelah merapikan kembali meja makan dan mencuci piring, Nola bersiap-siap untuk ke toko nya dan kembali menyambut pelanggan. Sedangkan Riyan, sudah bersiap untuk berangkat kerja.
Sarga menatap kedua orang yang tampak sibuk itu, "Kalian mau ke mana?" tanyanya.
"Ibu mau buka toko, kalau Bapak mau pergi ke tempat kerjanya." jawab Nola.
"Kamu di sini aja ya, kalau kamu lapar, nasi sama lauknya ada di atas meja."
"Sarga ikut Ibu." ucap Sarga memegang tangan Nola.
"Nggak usah, kamu di sini aja tunggu kami pulang."
Sarga menggeleng, tidak mungkin ia leha-leha di sini sedangkan pemilik rumahnya dengan susah payah bekerja di luar sana. Setidaknya ia bisa sedikit membantu sebagai tanda terima kasihnya kepada mereka.
"Ya sudah, kalau gitu kamu ganti baju dulu."
"Tapi ... " Sarga menatap bajunya yang tampak lusuh, "Sarga nggak punya baju lagi selain ini." lanjutnya.
"Bapak ada baju yang kekecilan, bentar ya." Riyan masuk ke dalam kamarnya lalu kembali dengan membawa bajunya.
"Celananya mana, Pak?" tanya Nola.
"Celana Bapak besar semua buat Sarga. Kamu nggak apa-apa, kan, pakai celana kamu yang itu dulu? Nanti Bapak belikan yang baru."
Sarga menggeleng dengan cepat, entah ada apa dengan orang-orang ini tapi mereka sangat baik terhadapnya.
"Nggak usah, Pak. Sarga bisa pakai yang ini aja.""Nggak mungkin, kan. Kamu pakai itu terus."
Sarga terdiam, memang benar tidak mungkin ia hanya memakai pakaian yang sama selama beberapa hari. Tapi, jika mereka harus sampai membelikannya yang baru, Sarga merasa tidak enak hati, ia hanya seorang anak yang datang tanpa apa-apa tapi mereka menerimanya dengan senang hati dan mengurusnya dengan baik.
Sarga masuk ke dalam kamar untuk mengganti bajunya. Begitu ia keluar, Riyan dan Nola terkekeh kecil melihat baju yang dikenakan Sarga kebesaran.
Baju kaos berwarna hitam itu hampir mencapai lutut Sarga. Lengannya sedikit melewati sikut anak itu.
"Kalau bajunya kayak gini, Sarga bisa pakai buat tahun-tahun depannya lagi." canda Sarga membuat tawa kedua orang itu lepas. Nola sampai menyeka sedikit air matanya.
"Ada ada aja kamu. Ayo, kita pergi sekarang." ajak Nola diangguki oleh Sarga.
Karena posisi rumah yang berada di dalam gang. Saat tiba di jalan raya, Nola dan Sarga harus berpisah dengan Riyan yang perjalanannya berlawanan arah dengan mereka.
Sarga kira toko makanan Nola hanyalah toko makanan pada umumnya yang ramai pengunjung hanya jika jam makan siang saja. Tapi nyatanya, toko Nola ini sangat ramai peminat. Awalnya Sarga berpikir hanya satu sampai dua orang saja yang datang karena masih pagi. Tapi ternyata, begitu toko dibuka, satu persatu pelanggan mulai berdatangan dan memenuhi meja.
Sarga turut membantu membawakan pesanan para pelanggan, membersihkan meja, membuang sampah. Ia melakukan apa saja yang bisa ia lakukan untuk membantu Nola, walaupun tidak banyak, tapi Sarga harap, bantuannya bisa membantu Nola walau hanya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SARGA
Teen FictionSarga berusaha merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya dari orang-orang licik yang merebutnya. Namun itu semua butuh bantuan serta dorongan dari orang lain. Namun dia di sini, berdiri, seorang diri. Apa ada yang bersedia membantunya?