12. Orang Baik

19 3 0
                                    

SELAMAT PAGI, SIANG, SORE, MALAM, TENGAH MALAM, SUBUH.

MAKASIH MASIH BACA CERITA INI. MOHON DIKOREKSI BILA ADA PENULISAN YANG SALAH.

HAPPY READING


Hari mulai gelap, matahari mulai menenggelamkan dirinya di sebelah barat. Bulan yang berbentuk bulat sempurna mulai terlihat di langit bersamaan dengan bintang-bintang yang juga mulai menampakan diri mereka.

Sarga memegang uang yang didapatnya di taman bermain, tempat ia memakan kue pemberian wanita tadi. Sarga tidak tahu berapa jumlah dari uang yang dimilikinya ini, tapi Sarga harap, ini bisa membeli sesuatu untuk ia santap.

Melihat rumah makan kecil, tanpa berpikir lagi, Sarga segera masuk ke dalam. Lonceng yang berbunyi jika pintu dibuka menjadi penanda bagi pemilik toko bahwa ada yang berkunjung.

Seorang wanita paruh baya menghampiri Sarga yang masih berdiri di depan pintu.

"Willkommen, Sie können dort sitzen." ucapnya menunjuk meja yang ada di pojok.

Willkommen, Sie können dort sitzen.
(Selamat datang, kamu bisa duduk di sana.)

Sarga menatap kedua mata hitam milik wanita itu lalu menyodorkan uang yang ditemukannya tadi kepada wanita tersebut. Setelah menerimanya, wanita itu menuntun Sarga ke meja yang berada di pojok. Tidak perlu waktu lama, wanita itu datang kembali dengan membawa makanan.

"Essen Sie." Wanita itu mendekatkan piring berisi makanan kepada Sarga.

Essen Sie.
(Makanlah.)

Perlahan Sarga mulai mencicipi makanan yang disediakan oleh wanita itu, ia pikir makanan yang ada di sini tidak sesuai dengan lidahnya sebagai orang Indonesia. Namun, nyatanya berbeda. Rasa makanan ini sangat sesuai dengan lidahnya, bahkan rasanya sama dengan beberapa makanan yang pernah Sarga coba dengan ibunya. Apa pemilik rumah makan ini menggunakan bumbu-bumbu dari Indonesia? Apapun itu, Sarga merasa senang karena bisa merasakan kembali rasa makanan rumahan dari negaranya.

Pengunjung terakhir yang keluar membuat wanita paruh baya itu memijat bahunya pelan. Setelah mengganti tulisan 'open' menjadi 'closed' di depan pintu tokonya, ia mulai bersih-bersih. Alat makan yang sudah digunakan oleh para pelanggannya, dibawa ke dapur untuk dibersihkan. Meja-meja dilap hingga tak ada kotoran maupun debu yang hinggap di sana.

Wanita itu sedikit terkejut saat melihat seseorang masih berada di dalam tokonya. Beberapa detik kemudian, ia ingat, seorang anak laki-laki memberinya uang datang ke tokonya. Anak laki-laki itu tampak tertidur dengan kedua tangannya di atas meja sebagai bantal.

"Aufwachen. Junge, steh auf. Du musst nach Hause gehen." Dengan lembut, wanita itu membangunkan Sarga.

Aufwachen. Junge, steh auf. Du musst nach Hause gehen.
(Bangun. Nak, bangunlah. Kau harus pulang.)

Melihat kondisi ruangan yang sudah kosong, Sarga paham kalau toko ini sudah tutup. Apa itu artinya ia harus pergi juga? Kali ini ke mana ia harus pergi?

Dengan wajah lesu, Sarga bangkit dari duduknya dan sedikit menundukkan kepalanya.

"Terima kasih." ucapnya.

"Thank you." ralatnya saat menyadari kalau tadi ia menggunakan bahasa Indonesia.

"Kamu bisa bahasa Indonesia?" tanya wanita itu membuat Sarga dengan cepat mendongak ke arahnya.

SARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang