Malam ini Madrid diguyur hujan. Claire berada di balkon kamar hotelnya. Duduk menyilangkan kaki ditemani sebotol red wine yang usianya lebih tua dari umurnya sendiri. Jemari runcingnya yang dihiasi kuteks merah mengetuk di pegangan kursi. Membentuk alunan nada seiring rintik hujan yang menjatuhi bumi. Bibir ranumnya menghisap nikotin. Mulutnya terasa sepat sepanjang hari karena tak bisa menghisap benda itu.Kepulan asap keluar dari mulut Claire. Hari ini sungguh melelahkan. Ia harus menghadapi banyak 'tikus kecil'.
Menjadi kacung Bos Besar benar-benar bukan pekerjaan mudah. Ia harus bermain peran dengan sempurna demi bisa mencapai apa yang ia inginkan.
Harusnya berada di kota indah dan penuh sejarah ini paling tepat menghabiskannya dengan berwisata, bukan berurusan dengan para manusia hina itu. Namun bagaimana lagi, para tikus itu memang butuh diberi pelajaran.
Ratusan anak tangga sudah Claire lalui demi berada di titik ini. Bagai sampah, ia juga sering diinjak-injak oleh kaum yang mengaku dirinya bangsawan. Maka untuk sejenak, biarkan Claire menarik napasnya dengan lega.
Duduk bersila di atas singgasana yang kini menjadi miliknya.
Bibirnya tersenyum mengingat raut seseorang yang dua jam lalu baru saja pergi ke akhirat. Seseorang yang pantas mendapatkannya. Bahkan karena Claire, orang itu mendapat bonus sepuluh tahun untuk menunda kematiannya. Karena pada tragedi sepuluh tahun lalu, nama orang itulah yang harusnya terpampang paling depan dalam daftar kematian yang diserahkan polisi.
Namun karena Claire, dia masih bisa 'menikmati' sepuluh tahunnya di dunia. Bukankah Claire sangat baik hati?
Oke, mari berhenti membicarakan orang itu. Sebab kini ponsel yang berada di sebelah mejanya bergetar. Muncul nama seseorang yang sudah Claire rindukan. Segera Claire matikan rokoknya sebelum mengangkat panggilan video itu, sebab kekasihnya tak suka melihat ia merokok.
“Sayang, akhirnya aku bisa menghubungimu. Aku khawatir seharian tak tahu kabarmu”
Claire tersenyum mendengar ocehan panjang kekasihnya. Pria itu benar-benar cerewet. Tapi Claire menyukainya.
“Maaf, aku sibuk seharian ini. Begitu banyak presentasi dan tak sempat memegang ponsel.” kilahnya.
“Apakah aku mengganggu waktu istirahatmu?”
“Tidak, aku belum berniat tidur. Kau sendiri, kenapa tidak istirahat? Bukankah besok bekerja?”
“Aku tak bisa tidur karena terlalu merindukanmu”
“Kau memang ahli menggombal”
Kekasihnya tertawa.
“Kapan kau kembali ke sini?”
“Lusa.”
“Aku menunggumu. Kembalilah dengan selamat. Selamat beristirahat.”
Panggilan itu terputus.
Claire menaruh kembali ponselnya. Menyesap red wine-nya. Memejamkan mata sejenak.
Senang mendengar suara pria itu. Lelahnya sedikit terobati. Claire sangat mencintainya. Pria itupun sepertinya demikian bahkan berharap Claire segera pulang.
Sayangnya, kekasihnya tidak tahu, bahwa setelah panggilan itu berakhir, Claire tak pernah kembali.
*******
Ayo tebak siapa pacarnya Claire?
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO SIDES
RomanceClaire Adena berniat balas dendam pada orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Untuk menjalankan misinya dia harus mendapatkan dukungan dari orang paling berpengaruh di seluruh Iluasia itu. Dia adalah seorang mafia kelas atas bernama Jazire H...