22

892 126 23
                                    

Claire menyentuh lehernya yang nyeri, meski sudah diobati dan dibalut perban namun bukan berarti rasa sakitnya hilang.

Dia terbangun seorang diri. Jazire selalu meninggalkannya usai menggunakan tubuhnya, sama seperti yang dilakukan Hans.

Dia pejamkan mata sejenak, memikirkan tentang Jazire hanya akan mengorek luka lamanya. Jadi dia alihkan pikiran dengan bagaimana caranya agar Jazire bisa membawanya ke mansion rahasia pria itu yang akan dia gunakan untuk senjata sekaligus tawaran bekerja sama membalaskan dendamnya.

Memang satu-satunya cara hanya dengan membuat Jazire jatuh cinta padanya. Maka agar hal itu segera terealisasi, Claire harus memancingnya sesering mungkin agar Jazire ketagihan padanya dan kemudian bertekuk lutut.

Lagi pula Claire telah lama diperlakukan sebagai pelacur, harusnya untuk menjadi pemuas pribadi Jazire dan diperlakukan seenaknya juga bukan apa-apa.

Meski hatinya menjerit merindukan Jemian dan ingin kembali merasakan kehangatan serta kelembutan pria itu. Meski pria itu juga yang telah melesakkan peluru di bahunya saaf terakhir kali mereka bertemu. Claire tetap ingin Jemian.

Lama melamun, Claire mendengar derap langkah kaki yang bergema di lorong. Kini dia sudah hafal jika langkah lebar yang terkesan kuat dan mengintimidasi itu adalah milik Jazire. Langkah yang sama saat dia dengar untuk pertama kali di pemakaman Emily.

"Aku membawa dokter, obatilah lukamu," ucap Jazire pertama kali alih-alih sapaan manis dan bertanya kabarnya.

Claire bergeming di kursi santainya. "Aku baru mengobatinya tadi pagi. Suruh saja dia kembali."

"Bridgetta!"

"Kali ini aku bahkan tidak mengungkit apapun tentangmu Jazire, jadi harusnya kau tidak ada alasan untuk marah."

Jazire seketika diam. Claire benar, kenapa dia jadi emosi jika wanita itu tak mau mengganti perbannya?

Lalu Jazire memberi isyarat pada Alex juga dokter yang bersamanya untuk meninggalkan dirinya dan Claire.

Kini Jazire duduk di hadapan Claire, menarik kursi wanita itu mendekat dan membuat Claire sedikit terkejut.

"Apa yang kau lakukan?"

"Jika kau tak ingin dirawat oleh dokter, maka aku yang akan merawatmu. Atau juga membantumu minum obat seperti waktu itu?"

Jazire menyentuh leher Claire dengan lembut. Membuka perbannya perlahan, berbanding terbalik dengan kekejiannya yang mencekik Claire dengan kuat waktu itu, Jazire tampak telaten.

Jazire mengambil saleb untuk nyeri dan mengoleskannya di leher Claire. Lagi-lagi napas beratnya berhempus di leher jenjang istrinya.

Entah dia melakukannya dengan lembut karena kasihan, atau memang sengaja ingin menggoda Claire.

Usai mengobati leher Claire, tangan Jazire merambat untuk menurunkan lengan gaun Claire. Memperlihatkan bagian atas bahunya yang terdapat bekas luka tembak.

Jazire mengambil saleb lain di dalam kotak untuk mengobati bekas luka itu.

"Harusnya kau tak banyak bertingkah Bridgetta, agar tak makin banyak luka di tubuhmu. Atau memang kau bernuat menambah luka lagi?"

"Kau berniat melukaiku di tempat lain?"

Jazire tersenyum miring lalu tangannya menarik gaun Claire terus ke bawah.

"Ya, mungkin aku akan menggores pisau di sini..." telunjuk Jazire turun menyentuh tulang selangka Claire.

"Di sini juga..." kali ini menuju belahan dada Claire.

TWO SIDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang