4

1K 112 7
                                    

Seperti rutinitasnya setiap pagi untuk menyambangi kastil Miss Bridgetta, pagi ini pun Claire ke sana. Namun tidak seperti pagi kemarin yang tenang, kali ini kamar Miss Bridgetta dikerumuni banyak pelayan. Masing-masing pelayan memegang Miss Bridgetta, wanita itu sedang kambuh.

Kepalanya kesakitan, membanting tubuhnya berkali-kali. Mengamuk seperti orang kerasukan.

Claire diam mengamati sebelum tangannya mengambil suntik dan obat di nampan yang dibawa oleh pelayan.

Menyuntikkan obat itu di tubuh bosnya. Miss Bridgetta yang awalnya histeris berangsur-angsur tenang.

“Setelah dia sadar nanti, berikan sarapan dan camilan kesukaannya.” Ujar Claire, melirik toples yang berada di samping ranjang Miss Bridgetta. Toples baru yang kemarin dia bawa. Lalu Claire melangkah keluar, terpaksa ia harus berangkat kerja tanpa berpamitan dengan bosnya.

.

.

Jadwal pertama Claire pagi itu adalah menghadiri acara amal yang diadakan oleh Tuan George. Tentu saja, acara ini adalah kampanye terselubungnya untuk menarik simpati masyarakat.

Tamu undangan dalam aula itu bertepuk tangan setelah Tuan George menyampaikan pidatonya tentang membuka yayasan bagi anak yatim dan penderita kanker.

Dunia politik memang segelap ini, di hadapan media Tuan George berkata untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat miskin dan anak-anak, namun di belakang ia sendiri kerap menyewa gadis di bawah umur untuk pemuas hasratnya.

Claire sebenarnya muak berada di sana, namun hanya dengan cara ini ia bisa mendapatkan Jazire.

Acara selesai dalam kurun waktu dua jam. Claire segera menarik diri, namun Tuan George dan koleganya tiba-tiba menghampiri.

“Tuan George sepertinya sangat diberkati, bukankah ini kali pertamanya seorang Bridgetta Wylie terjun ke politik?” kelakar kolega Tuan George.

Tuan George lantas tertawa, merasa bangga. “Benar, saya benar-benar tersanjung sekali Tuan. Miss Bridgetta adalah berkah yang sesungguhnya.”

Claire masih memasang raut datarnya. Lalu menyela obrolan tersebut “Kita bisa bicara terkait politik di lain waktu saja Tuan George, saya harus pergi.”

“Buru-buru sekali, tidak ingin ikut makan siang bersama kami?” canda Tuan George.

Bibir Claire sudah terbuka dan ingin mengatakan tidak, namun kehadiran seseorang yang baru datang merebut seluruh atensi tamu undangan.

Mereka tak lagi memperhatikan Claire, melainkan sibuk berbisik karena kedatangan Jazire Habbert yang tiba-tiba.

“Maaf Tuan George, saya terlambat. Acaranya sudah selesai?” tanya Jazire enteng, padahal sudah jelas acara itu berakhir.

“Ah, tidak masalah Tuan. Kehadiran Tuan sudah lebih berharga daripada segalanya.”

Dasar penjilat. Tuan George tadi memuji Claire, namun setelah ada Jazire, kehadirannya dilupakan begitu saja.

“Tuan George...” panggilan menggantung Claire berhasil menarik atensi Tuan George dan Jazire.

Inilah pertama kalinya mata setajam elang itu tertuju pada Claire. Mata yang benar-benar membuatnya penasaran sebab menyimpan berjuta rahasia.   

“Saya akan ikut makan siang.”

.

.

Kehadiran Jazire di acara Tuan George memang sangat tiba-tiba. Bahkan pria tua itu tidak pernah menyangka sebelumnya jika Jazire akan membantu mendukungnya. Karena jika tahu seperti itu, dia tidak perlu memohon pada Bridgetta Wylie.

TWO SIDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang