Bel di flat kecil itu berbunyi. Memekakkan telinga, dan membuat tidur sang pemilik terusik.
'Sialan, siapa yang pagi-pagi begini bertamu?' batin Claire.
"Permisi, ada paket."
Claire menyipitkan matanya. Melihat ke arah jendela. Rupanya matahari sudah di atas kepala. Artinya hampir delapan jam ia tertidur. Namun sudah beristirahat begitu lama, bukannya segar, justru ia merasa tubuhnya remuk redam. Akibat penerbangan panjang dari Kanada ke tanah air yang sangat melelahkan.
"Permisi, paket," kurir itu masih berdiri di sana rupanya. Claire beranjak dan mengambil ikat rambut sebelum menggelung rambutnya secara asal. Kemudian membuka pintu flat yang sudah lapuk itu. Bangunan yang terdiri dari tiga lantai dan memiliki 30 unit kamar dengan ukuran 5x5 meter ini adalah yang paling murah di kota Claire.
"Dengan Ms. Claire Adena?" seorang pria dengan celana belel dan kaos yang beberapa ada noda bekas oli berdiri di depan pintu. Pria itu mengenakan topi, kepalanya menunduk untuk menyembunyikan wajahnya.
Claire tersenyum, perusahaan pengiriman mana yang menerima kurir lusuh seperti ini?
"Iya, saya sendiri," jawabnya.
"Silakan ditanda tangani, tanda terimanya Miss."
"Mau ditanda tangani di mana Pak?"
"Di sini, sebelah hati saya," bisik kurir itu, kemudian Claire tertawa.
"Jemian, kenapa kamu mengganggu tidurku?" rengeknya.
Pria yang berakting sebagai kurir itu lantas memeluknya. Pria itu Jemian, kekasih Claire. Pria yang sudah ia pacari selama dua tahun, juga pria yang membuatnya bisa merasakan kehidupan normal.
"Kenapa tidak mengabariku kalau sudah sampai?"
Jemian dan Claire bertemu karena suatu insiden, di mana mobil Claire mogok saat ia baru pergi dan merasakan kehidupan bebas. Jemian yang tak lain seorang montir dengan mudahnya membuat mobil bututnya kembali berjalan.
Nyatanya tak perlu menjadi superhero yang menyelamatkan dunia untuk membuat Claire terkesan, cukup hal kecil seperti itu dia sudah jatuh cinta.
"Tidak sempat, aku mendarat pukul satu pagi."
"Hem, kasihan pacarku," Jemian menciumi seluruh wajah kekasihnya, membuat Claire tertawa.
"Aku belum mandi."
"Kamu masih tetap wangi," Jemian tidak bohong, meskipun belum mandi tapi Claire selalu wangi. Aroma alami tubuh Claire bahkan sangat menghanyutkan.
"Kenapa kamu pagi-pagi sudah ke sini? Tidak ke bengkel?"
"Sudah kubilang aku merindukanmu, mana bisa bekerja jika tidak bertemu dulu?"
Claire berdecih tapi kemudian ia kecup bibir kekasihnya.
"Tapi aku yang harus ke kantor sebentar lagi."
Claire bekerja sebagai akuntan di perusahaan swasta, begitu yang Jemian tahu.
"Bosmu tidak memberi cuti?"
"Tidak."
"Kejam sekali."
"Memang."
"Resign saja."
"Lantas bagaimana aku membayar sewa flat ini? Walau hampir roboh, untuk tinggal di sini tetap butuh uang."
"Tinggal bersamaku saja," katanya enteng. Seolah melupakan bahwa pria itu juga berbagi kamar dengan temannya untuk meringankan sewa.
"Jemian, sudah berapa kali kubilang, aku tidak mau seperti itu. Aku ingin mandiri, berdiri dengan kedua kakiku sendiri selama aku mampu."
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO SIDES
Storie d'amoreClaire Adena berniat balas dendam pada orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Untuk menjalankan misinya dia harus mendapatkan dukungan dari orang paling berpengaruh di seluruh Iluasia itu. Dia adalah seorang mafia kelas atas bernama Jazire H...