36

723 91 33
                                    

Miranda mendekatkan wajahnya, sebentar lagi bibirnya akan bertemu dengan bibir Jazire yang begitu diidamkan seluruh wanita di Iluasia itu. Jazire adalah miliknya, dan tak akan dia biarkan siapapun merebutnya.

"Aku milikmu sepenuhnya malam ini, Jazire."

"Apa yang kau lakukan?" cegah Jazire saat Miranda berniat melepas kancing jasnya. Pria itu mencengkeram tangan Miranda dengan kuat hingga sang empu merintih kesakitan.

"Jazire, aku hanya berniat membantumu melepas...ahh!" Jazire mendorong Miranda hingga wanita itu tersungkur ke lantai. Ujung sepatu hitamnya menyentuh dagu Miranda.

"Kau memanggilku apa? Sudah kubilang panggil aku Tuan!"

Miranda mulai menangis ketakutan karena bentakan Jazire yang begitu mengerikan tersebut.

"Membantuku? Tampaknya kau salah paham tentang kedatanganku. Dan siapa pula dirimu hingga berhak melahirkan pewaris untukku?"

Jazire berjongkok, mencengkeram pipi Miranda kuat.

"Apa menjadi istri utamaku membuat dirimu berhak melakukan segalanya? Jalang sepertimu berani-beraninya melepas tawananku!" bentak Jazire dengan murka.

Jazire baru mengetahui jika Miranda yang melepaskan Paul, si dalang utama yang menyakiti Claire di masa lalu.

Miranda gemetaran, Jazire mengetahui perbuatannya!

Paul adalah salah satu orang yang ingin Jazire binasakan karena telah memberi Claire trauma yang teramat, namun wanita di depannya itu justru membebaskannya. Di mana sekarang pria itu!"

"A-ampuni saya Tuan, maafkan saya! Saya tidak menyembunyikan Paul."

Jazire menghempaskan Miranda yang memegangi kakinya.

"Jangan berpura-pura, aku yakin kau mengetahui keberadaannya!"

"Tuan saya bersumpah tidak mengetahui ke mana pria itu pergi. Memang saya yang melepasnya, tapi saya tidak menyembunyikan dia. Ampuni saya Tuan Jazire!"

Jazire menendang Miranda, dia tidak peduli meski Miranda adalah seorang wanita atau bahkan istrinya sekalipun, jika telah merusak rencana Jazire, maka tidak akan dia biarkan.

"Jangan memanggil namaku! Mulut kotormu itu tidak pantas menyebut namaku. Aku sudah menuruti permintaanmu untuk menjadikanmu istri utama, tapi inikah yang kau lakukan usai mendapatkan gelar itu? Coba pikirkan hukuman apa yang pantas untukmu."

"Ampun Tuan, saya mohon ampuni saya!" tangis Miranda meraung-raung. Dia tidak ingin mati sia-sia seperti Emily, tapi Jazire tentu saja tak akan memberikan pengampunan untuknya.

Jazire melemparkan sebuah pisau ke hadapan Miranda dan membuat wanita itu meneguk ludah.

"Habisi dirimu sendiri, atau kau lebih suka jika pistolku yang melubangi kepalamu?"

Dengan gemetar Miranda mengambil pisau yang dilempar Jazire. Dia tatap suaminya yang amat kejam itu dan menggores nadinya.

"Ingatlah Jazire, di kehidupan selanjutnya aku akan membalas dendam padamu."

Darah mengucur dari lengan Miranda, Jazire tersenyum miring.

"Baiklah, aku tunggu pembalasanmu."

Lalu Miranda terjatuh dan tak sadarkan diri. Jazire berjongkok untuk mengeceknya dengan meletakkan tangannya di hidung Miranda. Tidak ada napas.

Jazire melangkah keluar dari kamar yang mulai digenangi darah Miranda itu. Di depan pintu Jazire melonggarkan dasinya yang terasa mencekik, pria itu juga melempar jasnya pada Alex.

TWO SIDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang