Part2: Arlana

414 379 76
                                    

Pukul 07.00 seorang gadis masih bergalut nyaman dengan selimutnya. Jelas-jelas ia akan masuk 15 menit taapi dia masih belum bangun.

Sedetik kemudian dia tergejolat kaget menyadari dia akan terlambat. "Luna, taik"

Arlana bangkit dari tidurnya dan langsung bergegas bersiap-siap. Tampa mandi dia hanya mencuci muka dan menggosok giginya. Setelah siap dia langsung menuruni anak tangga sambil menggendong tas ransel nya.

"Gue, gak akan ngampunin lo, Lun" Arlana mendumel tak karuan.

Saat Arlana membuka pintu. Seorang lelaki parubaya berdiri di depan pintu menatap Arlana sendu.

"Hai, apa kabar?" Tanya seorang itu.

"Ngapain kesini?" Sinis Arlana.

"Kok kamu belum berangkat? Kan ini udah siang. Kamu gak telat?" Tanya lelaki parubaya itu.

"Gimana gue mau berangkat kalau lo disini? Entar di kiranya gak sopan lagi" balas Arlana dengan sinis

"Papa cuman mau jenguk kamu, sayang" balas papa Arlana. Yah orang yang berhadapan dengan Arlana itu ayahnya sendiri.

"Gue baik-baik aja, kan? Lo juga udah liat. Dan---" Arlana menjeda ucapannya. "Lebih baik lo jangan temuin gue. Karena kedatangan lo hanya luka buat gue." Setelah mengatakan itu Arluna pergi dan meninggalkan ayahnya begitu saja.

Lima langkah Arlana berhenti dan menatap sang ayah. Dia menarik nafas dalam-dalam dan berkata. "Assalamualaikum. Arlana berangkat dulu. Lupain yang Anna katakan tadi. Anna sayang papa." Arlana benar-benar meninggalkan ayahnya.


*

**

Allah huakbar.... Allah huakbar...
Suara azan berkumandang. Menandakan bahwa seluruh umat muslim di panggil untuk bersujud kepada sang pencipta.

Dua gadis remaja berdiri menghadap kiblat dengan mukenah yang Terpasang sempurna di tubuhnya,dan sejadah terlentang sebagai alasnya sedang melalukan sholat berjamaah di rumahnya.

Alangkah sempurna hidup jika ayah yang menjadi imam di setiap sholat berjamaah yang ia lakukan? Tapi kenyataannya, kejadian enam tahun lalu yang membuat mereka berdua sulit untuk melakukan nya.

Ibu, dan ayahnya yang sudah berpisah dan memiliki kelua rga masing-masing. Menyulitkan mereka untuk menyatukan keluarga kecilnya dulu. Mereka selalu di buat bimbang antara Ayah, dan Ibunya. Mereka berdua memutuskan untuk tinggal masing-masing. Tidak ikut dengan Ayah, ataupun Ibunya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatu"

Selesai mengucapkan salam keduanya saling berjabat tangan.

"Huftt"

Terdengar helaan nafas dari Arlana membuat Arluna menatap nya. "Napa lo, Na?" Tanya Arluna.

"Coba aja Papa sama Mama gak cerai pasti saat ini kita sholat nya berempat. Dan Papa yang jadi imamnya." Kata Arlana dengan lirih.

Arluna tersenyum mendengarnya dia mengelus punggung adiknya. "Gue yakin Papa sama Mama juga ngerasain apa yang lo rasain,Na"

Arlana memeluk Arluna dengan erat dia tidak mau kehilangan lagi. Apalagi sampai kehilangan saudaranya ini. Dia akan selalu menjaga saudaranya kembarnya ini. Selalu. Itu janjinya.

"Gue Arluna Mahendra, berjanji gak akan pernah pergi ninggalin,ataupun mempentingkan seseorang sebelum Arlana Mahendra. Karena Arlana adalah hidup Arluna." Kata Arluna membuat Arlana tersentuh.

"Makasih, Lun. Gue sayang banget sama lo"

***

Oke maaf kalau ada kesalahan
Tinggal jejak setelah membaca. Jika ada kesalahan penulisan mohon di kritik saya menerima kritik kan

𝚂𝚃𝚄𝙲𝙺 𝙸𝙽 𝚃𝙷𝙴 𝙿𝙰𝚂𝚃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang