•••HAPPY READING••
Siang ini seorang gadis sedang duduk di taman sendirian, jika biasanya dia kemari bersama seseorang sekarang tidak dia sendiri.
Bayang-bayang an saat dirinya dan sang kakak bertengkar terputar kembali di ingatannya.
---"Egois? Lo yang egois. Lo ikut organisasi tanpa ngasih tau gue? Apa gue udah gak penting bagi lo? Apakah lo gak butuh persetujuan dari gue sampai lo ngambil keputusan tanpa gue?"
"Gue bisa jelasin. Lo jangan langsung marah, gue gak ada niatan buat gak jujur sama lo."
"Alasan mati!! Bilang aja lo gak mau ngasih tau gue karena takut gue larang kan? Takut kalau lo gak bisa ketemu sama dia lagi!! Iya kan?"
Plakk!!
---
"Huftt. Capek sih tapi yaudah gak pa-pa, namanya juga hidup," Katanya terus mengelah nafas.
Hari ini begitu melelahkan baginya, di tambah pertengkarannya bersama sang kakak membuatnya lelah.
Dia mengambil tas dan kameranya, berdiri lalu meninggalkan taman itu. Tapi siapa sangka baru saja dia berjalan sepuluh langkah, langkahnya terhenti ketika seorang wanita paruh baya memanggilnya.
"ARLANA!!"
Arlana berbalik dan melihat wanita paruh baya itu, dia memutar bola matanya malas, kenapa dia bertemu dengannya di waktu yang tidak tepat.
Terlihat wanita paruh baya itu melambaikan tangan ke arah Arlana. Tak ada pergerakan dari Arlana, akhirinya wanita paruh baya itu menghampirinya.
"Kamu, sendirian sayang?"
Arlana langsung mundur selangkah kalah wanita paruh baya itu ingin menyentuh bahunya.
"Kenapa, nak?" Tanya Rianti.
"Gak ngapa-ngapain, tante!" Arlana menjawab dengan dingin.
Lalu di susul dengan dua orang lelaki, yang satu paruh baya, dan satunya masih sekitar umur 6 tahun.
"Lohh, anak papa di sini?" Tanya lelaki itu yang tersebut adalah ayah dari Arlana.
Arlana tersenyum getir, matanya memanas. Memaksakan untuk tersenyum, padahal hatinya sangat hancur.
"Ha? Papa?" Tanya Arlana yang linglung.
"Kenapa, sayang?" Mahendra memegang bahu Arlana, ketika Arlana menunduk.
Arlana benar-benar hancur kali ini, menahan tangis untuk tersenyum, dan menunjukkan kebahagiaan yang palsu itu sangat menyakitkan.
"A.. Arlana. Arlana gak pa-pa kok, pah." Jawab Arlana. Dia berbalik dan berlari kencang meninggalkan taman. Rasanya dia sangat hancur untuk saat ini.
Setelah di rasa cukup jauh dia berlari, dia menghentikannya. Dia berbalik dan bersandar pada tembok. Dari kejauhan dia melihat sang ayah yang sedang tertawa dan bahagia bersama keluarga barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚃𝚄𝙲𝙺 𝙸𝙽 𝚃𝙷𝙴 𝙿𝙰𝚂𝚃
Teen Fiction[Follow sebelum membaca!!] Hanya penulis amatir yang berharap bisa sukses dengan karya pikiran nya sendiri. ---- "Tersenyum untuk terluka, adalah hal sangat luar biasa sakitnya." "Terkadang kita harus bahagia, untuk menutupi luka."--- Arlana. "Dan t...